18

8.2K 1.7K 195
                                    

Hari ini jauh lebih mendung dihari sebelumnya, jauh lebih gelap, senada dengan pakaian mereka semua. Hitam.

Sembilan dari mereka duduk bersebrangan di halaman rumah ibu  Jiho, berdiam diri tanpa suara.

Lisa mengigit bibirnya lagi begitu suara tangisan dari dalam rumah terdengar lagi. Ia memilih menyembunyikan wajahnya di dalam tangan dan lututnya.

June, Jungkook terdiam. Kedua pemuda yang dominan bermain game itu kini menatap kosong sepatu dan sendal yang mulai penuh dengan tanah kuburan.

Rose dan Jihyo jujur saja tak lelah menangis, saling menguatkan beberapa kali.

Jaehyun bermain ponsel, bukan apa-apa hanya sedang menghubungi teman teman yang lain, memberi tahu berita duka ini.

Yugyeom duduk di dekat mereka, namun sedang bercakap dengan Paman Jiho, entah tentang apa, tapi yang jelas bukan cerita bahagia.

Mina dan Mingyu duduk paling ujung, berdekatan. Mingyu duduk agak menyerong, untuk lebih mudah menghapus air mata yang terus menetes dipipi Mina.

Teralu terbiasa, Mina menyender dibahu Mingyu, menggengam tangannya erat. Tapi air mata itu tak bisa ditahan.

Sudah cukup kematian mendadak Bambam, kenapa kini harus disusul Jiho dengan mengenaskan?

Dan kenapa, saat keadaan retak seperti ini?

"Kalian, udah mau pulang?" Yugyeom akhirnya membuka pembicaraan setelah sekian lama. "Sekarang udah siang, keluarga makin banyak yang dateng, kasian privasi mereka."

Lisa yang pertama bangkit, mengangguk, berjalan duluan untuk memakai sepatu.

"Kerumah gue dulu,"

Jaehyun mendapat atensi seluruhnya. Pemuda itu menghela sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Banyak kan yang harus kita bicarain? Ayo, sekarang."

Tak biasanya pemuda tampan itu sedingin ini. Tapi nyatanya Jaehyun langsung melengos pergi menuju mobilnya, menunggu jawaban.

"Yaudah, ayo," ujar Mingyu. "Kita harus selesain."

Mereka semua akhirnya berdiri, memasuki kendaraan mereka masing masing.

Yugyeom bersama Lisa dan Jungkook, June bersama Rose dan Jihyo, Mingyu dan Mina bersama sementara Jaehyun sendiri.

Menghidupkan mobil, mereka pun menarik gas pergi dari sana. Dari rumah Ibu seorang gadis cantik nan kuat, sahabat mereka, Jiho.























-

Biasanya celetukan alay dan kagum lebay selalu keluar di rumah Jaehyun. Tapi kini mereka masuk seolah rumah itu hanya terbuat dari bata tanpa ada hal yang spesial.

Jaehyun duduk di tengah, sementara para lelaki, Rose dan Lisa menatapnya.

Kemana Jihyo, Mina? Mereka disuruh tidur disalah satu kamar oleh Jaehyun sangking lelahnya menangis.

"Akhirnya kita bisa kumpul lagi, seperti yang gue mau," ujar Jaehyun. "Walau gak harus nunggu sampe gak komplit kaya gini."

Tak ada yang menjawab. Terasa tersindir.

"Gue nggak tahu harus mulai darimana, karena kita sendiri juga gak tahu kenapa ini bisa terjadi," lanjut Jaehyun. "Tapi gue mohon lupain untuk sesaat, kita gak bisa gini terus,"

"Gue tahu emosi kalian pasti lagi terguncang, gue ngertiin, apalagi lo, Lis," Jaehyun menatap Lisa.

"Tapi apa yang lebih parah daripada saat kaya gini, lo gak ada pendamping?"

bam's vlogWhere stories live. Discover now