"Apa maksudmu, acara makan bersama?" Aku mendongakkan kepala dari buku cetak biologi yang separuh distabilo pada Lily yang bergelantungan di gagang pintu kamarku.
"Makan malam perdana keluarga setelah pernikahan Grandpѐre," kata Lily. Lalu ia menyeringai. "Ya, aku sudah mencari arti kata itu di kamus."
"Boleh pass tidak? Besok ada ulangan sel dan jaringan dan yeah, ini penting sekali." Sebenarnya ulangan biologi masih dua hari lagi, tapi aku hanya beralasan lantaran tidak ingin mengambil risiko bertemu dengan Rylan nanti.
"Grandmѐre akan kecewa," kata Lily. "Jangan salahkan aku kalau nanti wajahmu diedit lagi ke dalam foto keluarga." Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.
"Oh, itu idemu, ya?" Aku memelototi Lily sambil mengarahkan ujung stabilo kuning ke arahnya dengan mengancam.
"Apanya! Aku hanya anak kelas tujuh yang polos dan tak tahu apa-apa!" seru Lily membela diri, lalu melompat ketika sesosok makhluk menerjang masuk melalui bawah ketiaknya. Makhluk kecil itu menjatuhkan diri di atas tempat tidur dan memeluk bantal gulingku.
"Hei, hei, keluar, keluar!" perintahku, mendorong Rose turun dari kasur.
"Aku mau tidur di sini nanti!" katanya sambil berguling untuk menghindariku. "Boleh, ya, boleh, ya?" Ia berdiri di atas kasur dan melompat senang.
"Ih, kamar jorok begini," cela Lily, tapi malah ikut bergabung bersama Rose. Dia berlebihan. Sebagian besar barangku sudah kutata di lemari dan rak. Hanya ada sebuah keyboard yang tergeletak di lantai karena mejanya patah dan sekardus kumpulan boneka dan patung kecil yang kurencanakan taruh di sudut setelah membeli rak pajangan.
"Hei!" teriakku lagi. "Aku benci ini! Seharusnya ini kamar pribadiku dan bebas dari gangguan kalian. Keluar sana!"
Rose menurut dan melompat ke lantai, hanya untuk mengambil boneka kuda berwarna merah muda di kardusku. "My Little Pony!" serunya. "Mau!"
"Kamar ini bahkan tidak menerimamu. Hari pertama saja lampunya sudah pecah," ejek Lily, berguling di tempat tidurku.
"Keluar!" Kutarik Lily-"Dasar Squidward!" decaknya-dan Rose, praktis menyeret mereka keluar dari pintu kamar, lalu mencabut boneka dari pelukan adikku yang paling kecil itu.
Kemudian melihat Papa berdiri tidak jauh di sana, menatap kami sambil berkacak pinggang.
"Ganti baju dalam lima menit!" perintahnya dengan nada tak terbantahkan.
***
Aku tidak bisa menolak lagi ketika Papa mulai menyuruh kami bersiap-siap, lalu memberi ceramah dengan bahasa yang hanya kupahami separuh selama perjalanan. Pokoknya yang bisa kutangkap kira-kira hanya 'kau-memang-punya-kamar-pribadi-tapi-kau-tidak-boleh-memperlakukan-adikmu-seperti-itu', tapi dijabarkan dalam setengah jam.
Kudalih dengan mengatakan kalau aku tidak ingin mereka sakit akibat debu-debu di kamarku, tapi Lily langsung menyahut, "Sedang menipu siapa kau?" di kursi paling kanan dengan bahasa Mandarin sempurna yang membuat iri berhubung tidak ada satupun kalimat Mandarin yang bisa kuucapkan dengan lancar selain 'wo ai ni'-bukan berarti aku sering mengucapkannya.
Selain wajahku yang tidak mendukung, lidahku juga tidak mau diajak bekerja sama.
"Dan Papa tidak mau mendengar kau berbicara yang aneh tentang Rylan lagi, mengerti?" tambah Papa, masih menggunakan bahasanya.
"Je comprends, Papa." (Aku mengerti, Papa.)
"Dari mana kau belajar itu?" Mama menoleh padaku sambil tersenyum. Walaupun Mama setengah Prancis, ia tidak pernah mengajari kami bahasanya. Bahkan aku jarang mendengarnya menggunakan bahasa itu selain ketika Mama berbicara pada Grandpѐre-itu pun hanya pada waktu tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAUNTED (tamat)
ParanormalDaisy tidak percaya hantu, hingga salah satu dari mereka mengusik Daisy di kamar barunya. Dibantu paman tirinya-Rylan-yang merupakan seorang indigo, Daisy kira permasalahannya sudah selesai. Tetapi, rahasia milik Rylan justru membuat semuanya bertam...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi