Sebelas.

172 47 8
                                    


Sebenarnya Zalia berbohong pada Zidan mengenai alasannya tidak ikut rapat tadi. Zalia sudah lelah, karena sedari tadi ia berjalan kesana kemari tanpa sempat mengisi perutnya. Bahkan untuk sekedar beristirahat pun, ia rasa belum. Ditambah sikap Dio yang sulit diartikan. Dio itu baik, namun sedetik kemudian sikapnya mampu membuat siapapun yang berada di kelilingnya kesal. Dio, cukup dingin.

"Ra, tadi ngapain aja?" tanya Zalia saat mendapati Rara yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Rara menoleh. "Jamkos daritadi." Zalia mengangguk paham dan langsung duduk di tempatnya.

Zalia bersandar pada tangannya yang sudah diletakkan terlebih dahulu di atas meja.

"Lo, sakit?" tanya Rara.

Zalia mendongakkan kepalanya menghadap Rara. Gadis itu menggeleng dan tersenyum, lalu kembali bersandar. Rara mengangguk paham.

"Kok gue dicuekin, sih?" batin Zalia.

Zalia merubah posisinya menjadi duduk. "Ra, lo mau tau sesuatu ga?" tanya Zalia.

"Hm?" jawab Rara yang tetap fokus pada ponselnya.

"Ih dengerin gue, Ra. Serius nih," rengek Zalia.

Rara segera meletakkan ponselnya di atas meja lalu memalingkan wajahnya ke arah Zalia dan mulai menatapnya serius.

Zalia terkekeh. "Lo ngapain natap gue kayak gitu, huh?"

"Tadi lo bilang serius. Gue seriusin, eh malah dibercandain. Deep, emang!"

Zalia mulai menarik nafasnya sembari berfikir bagaimana cara mengawali ceritanya. "Hm, gajadi deh. Sebentar lagi bel pulang, mau balik," jelas Zalia. "Nah itu udah bel," lanjutnya saat mendengar bel pulang yang baru saja berbunyi.

"Lo tau ga? Dibuat penasaran tuh.." Rara menggantungkan ucapannya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Zalia terkekeh, namun seketika senyum yang sudah terukir di wajah gadis itu luntur perlahan saat melihat seseorang memasuki kelasnya dan terlihat berjalan ke arah tempat dimana Zalia dan Rara duduk.

"Lo?"

"Iya. Kenapa?"

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa disini?"

"Biar lo ga kabur."

"Lo duluan aja, gue nyusul."

"Gue sama lo."

"Gue bukan anak kecil. Gue tau jalan."

"Ruang guru aja lo gatau, itu yang namanya tau jalan?"

"What?!" batin Zalia saat mengingat kejadian tadi. "Gue ke toilet dulu," ucap Zalia sebelum pergi meninggalkan Zidan sembari menarik tangan Rara untuk mengikuti dirinya.

Zidan menaikkan sebelah alisnya, lalu pergi meninggalkan kelas itu menuju ruang osis.

Setelah menuruni anak tangga, Zalia mendengus. "Ra, gue capek, males banget rapat."

"Rapat apa? Kok lo ga cerita?"

"Iya. Rapat persiapan pasmita. Gue disuruh ikut sama Vino," balas Zalia.

"Trus yang tadi siapa?" tanya Rara.

"Oh itu. Dia kakak kelas, temennya Rita."

"Tapi kok sampe nyamperin lo gitu. Trus bilang 'gue sama lo' gitu," balas Rara yang mencoba meniru gaya bicara Zidan tadi.

"Gue gatau kalo soal itu," balasnya santai.

"Hm, curiga gue."

"Curiga gimana?"

Silent AdmirerWhere stories live. Discover now