Enambelas.

139 12 51
                                    


Zalia mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang berada tepat di sebelah kamarnya, yang tak lain adalah kamar Azka.

Zalia mulai memegang knop pintu lalu membuka pintu itu. Ia langsung melihat seorang cowok yang tengah duduk berhadapan dengan komputer dan sebuah headphone yang berada di kepalanya.

"Ka," panggil Zalia sembari menggoyangkan bahu Azka.

Azka menoleh kemudian melepas headphone yang berada di kepalanya. "Eh Jal. Kenapa?"

Zalia mendengus. "Gue udah bilang, nama gue itu Zalia. Pake 'Z'."

"Yaudah iya. Kenapa, Zal?"

"Gue mau nanya. Lo.."

"Hm?"

"Lo itu.."

"Ck. Apaan sih?"

"Eh iya iya. Gini, tadi kan gue liat lo ngobrol sama Dio. Lo kenal sama dia?"

"Dio? Kenal. Dia temen futsal gue. Kenapa?"

Zalia mengembangkan senyumnya Dan memulai dunia khayalnya.

Azka yang memperhatikan Zalia hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya pun angkat bicara.

"Lo kenapa sih? Gue nanya, bukannya di jawab malah senyum-senyum sendiri!"

Zalia terkekeh. "Eh iya. Gapapa kok, Bang."

"Tumben lo manggil gue 'bang'. Ada maunya nih."

"Tau aja lo. Lo deket ga sama dia?"

"No wonder, huh."

"Answer my question!!" geramnya.

"Deket sih enggak, cuman ya kan sering ketemu tiap latihan. Kenapa sih?"

"Jadi gini Ka. Gue itu trying to be his silent admirer."

"Adek gue udah besar ya. Kemarin sama Zidan sekarang sama Dio," balas Azka sambil mengacak rambut Zalia lalu bangkit menuju kasurnya.

Zalia mulai mengikuti Azka ke tepi kasur.

"Huft. Gue gada apa-apa sama Zidan."

"Tapi Zidan yang ada apa-apa sama lo."

"Apaan sih. Back to topic. Hm, lo bisa ga cari tau tentang dia? Buat gue, Ka. Please?"

"Cari tau apa?"

Zalia meletakkan jari telunjuknya di dagunya. "Hm, cari tau dia deket sama siapa."

"Kenapa harus gue? Kan lo yang suka sama dia."

"Yaampun gue punya abang gini amat ya," ucap Zalia sambil mengelus dadanya. "Kan sekalian gitu pas lo latihan. Lo perhatiin dia, ada yg deketin dia ga. Gitu," jelas Zalia.

Azka bergidik ngeri. "Ih nanti gue dikira apaan merhatiin cowok."

"Bukan gitu maksud gue. Ya pinter-pinter lo jadi mata-mata lah."

"Gak ah. Lagian gue prefer lo sama Zidan, Zal."

"Tapi gue sukanya sama Dio."

"Gue sukanya lo sama Zidan."

"Apaan sih, Ka. Jadi, lo mau bantuin gue ga?"

"Kalo gue inget," balasnya cuek kemudian mengambil ponselnya dan mulai memainkannya.

"Bantuin gue, Ka," rayu Zalia sambil menggoyangkan tubuh Azka.

"Haduh, Zal. Gue mau nulis typo mulu ini."

Silent AdmirerWhere stories live. Discover now