Two

910 155 27
                                    

Jadilah pembaca yang baik, harap hargai kerja keras penulis.
.
.
.
.
( author side )

Teriknya matahari siang ini tidak menghalangi kegiatan ribuan manusia. Mereka tetap semangat menjalankan berbagai kesibukannya. Seperti seseorang yang sekarang tengah menjaga stand fakultas seni Seoul National University.

"Renjun! Tolong antarkan hotdog ini ke meja diujung sana ya!" teriak seseorang.

Yang dipanggil menolehkan kepalanya, dia menghampiri seseorang dibalik penggorengan.

"Baiklah koki Na Jaemin.." Renjun mengambil dua porsi hotdog itu dan meletakkannya di nampan.

Setelah selesai mengantarkan makanan itu kepada pelanggan, Renjun kembali ke tempat dimana hotdog tadi dibuat. Ia membantu teman-temannya dibagian dapur seperti memotong timun atau tomat. 

Jaemin menghampiri Renjun, memberikan sebotol air mineral yang ia genggam.

"Lelah?" ujar Jaemin setelah memberikan sebotol air mineral tersebut pada Renjun.

"Tidak kok! Aku senang bisa membantu disini!" balas Renjun dan setelahnya tersenyum kepada pria disampingnya.

"Kalau kau lelah, istirahat dulu sebentar. Lagi pula ada yang lain." Jaemin mengelus surai kecoklatan milik Renjun.

"Eiyy.. Kau berlebihan, sungguh aku tidak lelah!" tegas Renjun.

Suasana stand milik fakultas seni mulai ramai, Jaemin memutuskan untuk kembali ke dapur setelah berpamitan dengan Renjun.

Renjun pun bangkit dari duduknya, berjalan menuju bagian depan stand. Membantu Yujin menulis pesanan para pelanggannya.

•••

Mark memasuki rumah besar itu. Ia mengehela nafas untuk kesekian kalinya. Para maid menyambutnya, memberi tahu Mark bahwa Tuan Lee sudah menunggunya di ruang kerja.

Pintu kayu berwarna coklat itu terbuka, Ia dapat melihat seseorang yang sekarang tengah sibuk dengan beberapa berkas dimejanya. Ia berdehem.

"Oh kau sudah datang.. Duduklah.." perintah pria dihadapannya.

Mark mendudukkan dirinya disofa. Tuan Lee melakukan hal yang sama, duduk bersebrangan dengan putra sulungnya.

"Kau kemana semalam? Sekertaris Kim menjemputmu dibandara, tapi kau tak muncul juga.." Tuan Lee memulai pembicaraan.

"Aku dijemput temanku." balas Mark.

"Kenapa tidak langsung kemari? Kenapa malah menemui teman-temanmu itu setelah pergi lama." Tuan Lee kembali berucap.

"Kalian mengharapkanku?" ucap Mark dengan nada sinisnya.

Tuan Lee menatap anaknya, menghadapi putra sulungnya ini memang membutuhkan usaha ekstra.

Melihat sang ayah hanya berdiam diri, Mark bangkit dari duduknya.


"Sepertinya ini hanya akan membuang waktu berharga anda Tuan Lee.. Lebih baik sekarang aku pergi, Permisi." membungkukkan badannya dan meninggalkan sang ayah.

YoungBlood // HIATUSWhere stories live. Discover now