° 26

9.8K 2K 205
                                    

"Kamu pegang ini sama ini ya chan." Ucap Jaehyun sambil memberikan Haechan sebatang kayu yang lumayan berat dan beberapa batu seukuran kepalan tangan.

"Ini buat apa kak? Ini berat loh btw."

"Sst. Udah gausah banyak protes kamu kalo mau cepet-cepet keluar dari sini." Haechan hanya terdiam sambil melempar pandangannya ke arah lain.

"Jaemin, udah siap?" Tanya Jaehyun.

"Siap kak, tinggal tembak!" Seru Jaemin bersemangat yang membuat Jaehyun bergindik ngeri melihatnya karena Jaemin menjawab pertanyaannya sambil menodongkan senapan padanya, ia juga sudah menarik pelatuknya.

"Eits, jangan dimajuin ke kakak gitu dong. Kan ga lucu kalau nanti malah kakak yang kena tembak." Ucap Jaehyun yang hanya direspon cengiran oleh Jaemin.

"Kakak ga pake senjata apapun?" Tanya Haechan keheranan yang melihat Jaehyun tak memegang benda apapun untuk dijadikan senjata sebelum mereka pergi mencari teman-teman mereka yang hilang.

Jaehyun menggeleng santai sebagai jawaban. Jaemin dan Haechan mengangkat alis mereka bingung.

"Ilmu beladiri yang kakak pelajari emang terkesan santai, tapi mematikan buat yang menyepelekan." Jelas Jaehyun.

"Jadi kakak cuma ngandalin fisik buat lawan zombie?" Tanya Haechan lagi yang dibalas anggukan oleh Jaehyun.

"Diantara kalian berdua, ada yang bisa beladiri juga ga? Karate atau taekwondo mungkin?" Tanya Jaehyun. Haechan mengacungkan tangannya yang membuat batu yang dipegangnya berjatuhan, untungnya tidak mengenai kakinya.

Jaemin tertawa terbahak-bahak melihatnya sedangkan Jaehyun hanya menggelengkan kepalanya.

"Serius bisa?" Tanya Jaehyun lagi yang diangguki oleh Haechan.

"Bisa kak, tapi kalo harus ngelawan puluhan zombie sekaligus kayanya engga deh. Maksimal ya 20 zombie aja, lebih dari itu bisa modar aku." Jawab Haechan.

"Bagus." Haechan mengangkat alisnya bingung sedangkan tawa Jaemin semakin menjadi karena ucapan Jaehyun.

"Sst, diem coba min." Ucap Jaehyun.

"Hehe, aduh sorry kak, kelepasan." Ucap Jaemin.

"Bagus apanya kak?" Tanya Haechan.

"Ya bagus dong. Karena kamu bisa beladiri, berarti saya ga perlu ribet-ribet nyari senjata buat dipake sama kamu. Paling itu tadi batu sama kayu doang buat kamu lempar-lempar, kalau habis ya berati kamu harus gelut gebuk-gebukan sama zombie." Jelas Jaehyun panjang lebar.

"Si Jaemin aja dikasih senjata, giliran gue engga." Gerutu Haechan.

"Siapa cepat, dia dapat." Ledek Jaemin sebelum akhirnya tawanya kembali pecah karena melihat wajah Haechan yang katanya meme-able.

"Ini lama-lama zombie juga pada modar paling denger ketawanya si Jaemin. Coba aja tuh kurung zombie trus biarin dia dengerin suara ketawa Jaemin 48 jam, auto mati dah itu." Ucap Haechan tak mau kalah.

"Dih bisa gitu masa. Kata siapa emang suara ketawa gue bisa bikin zombie modar?"

"Bisa lah, kan kata gue."

"Tengil bangsat." Ucap Jaemin lalu menampol kepala Haechan.

"Ayo gelut, saya ga suka kalian akur." Ucap Jaehyun lalu tertawa renyah.

"Bodo kak, bodoo." Balas Jaemin.

"Kak Jae kok kayanya agak berubah dikit ya semenjak pergi dievakuasi?"

"Hooh anjir, makin bobrok gue rasa." Jawab Jaemin.

"Sst!" Intruksi Jaehyun tiba-tiba yang membuat Haechan dan Jaemin pun terdiam.

"Kenapa?" Tanya Jaemin yang dibalas gelengan oleh Haechan.

Jaemin menyentuh bahu Jaehyun.

"Kena--"

"Sst, diem dulu coba."

kresek kresek *bukan plastik gais

Jaemin menyentuh bahu Haechan namun Haechan malah menaruh jari telunjuk didepan bibirnya mengisyaratkan untuk diam.

"Zombie hutan." Ucap Jaehyun berbisik.

Haechan menaruh kayu dan batu-batunya ditanah lalu mengambil dan menggenggam satu buah batu. Jaemin mengeratkan tangannya pada senjata yang dipegangnya.

"Siap?" Tanya Jaehyun masih dalam mode berbisik yang diangguki oleh Jaemin dan juga Haechan.

Jaehyun pun mulai menghitung mundur waktu.

"3..."

"2..."

"1."

DOR
DOR

Zombie itu tumbang.

Jaehyun, Jaemin, maupun Haechan pun saling menatap satu sama lain setelah tertembaknya zombie hutan tadi.

Jaemin memang memegang senapan, tetapi bukan dia yang menembak zombie tadi.

"Halo kalian."

"Eh?"

"Ci Wen?"

"Kak Wendy?"

"Hai." Sapa Wendy yang muncul setelah zombie tadi tumbang, lengkap dengan senyumnya yang tak jauh beda dengan senyuman Renjun.

"Baru aja saya sama mereka mau cari cici." Ucap Jaehyun.

"Aku tau kalo kak Wendy ga bakal kalah lawan zombie sebanyak apapun." Ucap Jaemin yang dibalas tawa oleh Wendy.

"Kalian ngapain cari saya?" Tanya Wendy disela-sela tawanya.

"Ya biar kita bisa cepet pergi ke pemerintahan." Jawab Haechan.

"Pemerintahan? Emang kalian tau di pemerintahan ada apa?" Tanya Wendy lagi dengan senyum usilnya.

Tak ada satupun diantara Haechan dan Jaemin yang hendak menjawab pertanyaan Wendy. Padahal sebelumnya mereka sangat bersemangat untuk pergi ke pemerintahan bersama-sama.

"Santai, saya juga tau kok ada apa di pemerintahan. Tadi iseng aja mau nanya hehe. Ga usah dipikirin, saya tau kok pasti diantara kalian ga ada yang nolak kalau diajak ke pemerintahan."

"Oh iya kak, Jeno--" Belum selesai Jaemin berbicara, seolah bisa membaca pikiran Jaemin, Wendy bisa tau apa yang akan dikatakan oleh Jaemin bahkan sebelum Jaemin menyelesaikan perkataannya.

"Tau kok, itu juga jadi salah satu tujuan aku kesini. Tapi soal Renjun," Wendy menggantungkan kalimatnya.

"Dia diculik sama salah satu profesor yang tinggal dibawah tanah hutan ini, profesor itu juga yang udah ngatur segalanya tentang semua monster yang kalian temuin selama ada dihutan ini."

"Jadi selama ini, semua monster dihutan ini ada yang ngatur?" Tanya Jaemin hampir tak percaya.

Wendy mengangguk sebagai jawaban.

"Ga logis." Ucap Haechan.

"Ada 1 fakta yang bahkan bikin aku kaget bukan main waktu nyari tau data diri tentang profesor yang nyulik Renjun. Ini ga logis dan ga masuk akal parah." Jelas Wendy.

"Kenapa kak?" Tanya Haechan.

"Profesor yang udah nyulik Renjun itu ternyata adalah,"











"Salah satu bawahan ayahnya Renjun."

[1] Keep Running;Where stories live. Discover now