2.

83.9K 1.8K 4
                                    

"Bagaimana jika kita pergi ke club? Sedikit bersenang-senang?" ujar Jack mengusulkan, matanya beralih menatap kedua sahabatnya.

Daniel menatap tanpa minat, menggeleng. Tanda bahwa pria itu menolak usulan sahabatnya.

Jack menghela napasnya kasar. "Sudahlah, Niel. Lupakan wanita itu! Sudah berapa kali ku katakan, dia memang tidak pernah pantas untukmu. Karena menurutku wanita itu sama saja, hanya uang yang ada di otak mereka."

"Ya, Jack benar, Niel. Kau harus melupakannya, lagi pula masih banyak wanita di dunia ini. Hidupmu tidak harus selalu berpusat pada wanita medusa itu!" ujar Angelo menyambung, ia menatap sahabatnya serius.

"Dia juga telah mengkhianatimu dengan berselingkuh jika kau lupa." Angelo melanjutkan ucapannya.

"Come on, Niel." Seru Jack tak sabar.

"Baiklah-baiklah, ayo kita berangkat." Daniel berujar pasrah. Percuma juga ia menolak ajakan kedua sahabatnya, mereka tetap akan memaksanya dengan berbagai macam cara. Apalagi Jack yang selalu memiliki cara konyol yang membuatnya selalu bergidik ngeri.

Daniel, seorang pria yang memiliki kadar ketampanan yang tinggi membuat ia dikagumi banyak wanita. Ia begitu sempurna, bahkan para wanita rela membuka selangkangan untuknya. Hingga merendahkan harga diri mereka hanya untuk bersama Daniel walau satu malam saja, tetapi tidak semua wanita datang kepadanya, ia terima terima begitu saja. Sudah banyak wanita yang ditolak karena tidak memenuhi kriterianya.

Harta.
Tahta.
Wanita.

Bisa Daniel dapatkan dalam waktu bersamaan, bukan begitu hidupnya selalu enak. Justru di balik itu semua ia memiliki masa lalu yang sangat kelam. Tidak ada yang tau apa itu, sahabatnya sekalipun. Semua disimpan rapi olehnya.

Sesampainya di sebuah club mewah yang terletak di kota New York, Daniel beserta kedua sahabatnya turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju pintu masuk. Hampir setiap hari mereka selalu datang ke sini. Menempatkan diri di ruang VVIP dari pada berkumpul menjadi satu dengan banyak orang. Ia melonggarkan dasinya, tadi sore kedua sahabatnya itu tiba-tiba datang ke kantornya dengan membuat gaduh. Jack dan Angelo dengan tingkah seperti anak kecil mengacak-acak ruangnya ketika ia sedang rapat.

Bungkus snack yang berserakan di lantai, beberapa minuman kaleng yang berserakan di meja. Lalu tv yang menyala, meja kerjanya yang berantakan dengan berkas-berkas yang berserakan membuatnya naik pitam, tetapi Daniel bersabar. Memilih merendam emosinya. Ditambah dia, sosok yang selalu ada di otaknya. Mungkin masih ada di dalam hatinya. Membuatnya selalu dibayang-bayang oleh masa lalu. Wanita yang dicintainya, berkhianat. Membuat perasaan dendam lebih menguasai daripada cinta.

''Akh ....." Daniel mendesah frustrasi, kedua tangannya meremas rambutnya.

"Kau terlihat frustrasi, Niel?''

Jack mengangguk setuju dengan Angelo. "Apa yang kau lamunkan?'' ujarnya menambahkan.

"Apa jangan-jangan kau melamunkan si medusa itu, Niel?" Lanjut Angelo menebak.

Tidak mendengar jawaban yang keluar dari mulut sahabatnya, Angelo dan Jack serempak menghela napas pasrah. Ia paham, bahwa sahabatnya itu masih belum bisa melupakan wanita di masa lalunya. Baiklah, mereka akan memberikan waktu untuk Daniel. Atau justru memberikannya kejutan tak terduga dari Jack.

Daniel masih diam tidak merespon pertanyaan kedua sahabatnya. Ia lebih memilih menegak segelas vodka yang dipegangnya hingga tandas. Hingga membuat ia tidak memperhatikan tingkah sahabat-sahabatnya, terutama Jack. Pria itu seperti membisikkan sesuatu pada beberapa jalang yang ada di situ, sedangkan Angelo yang hanya menonton menggelengkan kepalanya. Tidak menunggu lama, beberapa jalang yang entah dibisikkan apa oleh Jack langsung ke posisinya masing-masing.

Mereka mengusap-usap tubuh Daniel penuh gairah. Detik itu juga membuatnya tersadar bahwa beberapa jalang sudah mengelilinginya, bahkan ada yang akan membuka resleting celananya. Daniel langsung menghentikan pergerakan tangan wanita itu, menatapnya tajam. Lalu pandangannya beralih menatap kedua sahabatnya yang sedang terkekeh dengan pandangan siap membunuh.

"Kalian!" geramannya membuat kedua sahabatnya tersadar dan menghentikan tawanya.

Angelo mengangkat kedua tangannya, takut. "Kau tau, Niel, itu kelakuan Jack. Aku tidak ikut dalam hal ini."

Sedangkan Jack bersiap-siap untuk kabur, tapi perkataan Daniel membuatnya sedikit bisa bernapas lega.

"Aku akan pergi," ujar Damian berdiri dari duduknya. "Tapi Jack, urusan kita belum selesai.'' Lanjutnya tersenyum menyeramkan menatap sahabatnya yang bergidik ngeri.

Daniel memutuskan untuk keluar, ia memilih untuk segera pulang karena badannya sudah terasa lengket dan ingin segera membersihkan diri. Ketika sampai di lorong, samar-samar ia melihat sekelebatan seorang wanita seperti ... Dengan langkah tergesa, Daniel langsung menyusulnya sebelum kehilangan jejak. Entah pikirannya yang sedang kacau, atau karena efek minuman. Tapi kali ini ia harus memastikannya.

Gadis itu.
Shannon.

Sepertinya, ia terlalu banyak minum membuat pria itu menjadi kehilangan akal. Ketika jarak semakin terkikis, Daniel segera meraih pergelangan tangan wanita itu lalu membalikkan tubuhnya dan menguncinya di sudut tembok.

"Shannon," gumam Damian. Matanya berkabut gairah ingin segera melumat bibir wanitanya.

"Lepaskan aku, brengsek! Namaku bukan Shannon seperti yang kau ucapkan!" Gadis yang di sudutkan tubuhnya oleh Daniel sehingga membuatnya susah bergerak, memberontak.

"Akhirnya kau kembali, sayang." Daniel segera mendaratkan bibirnya pada gadis itu. Mengabaikan umpatan dan makian yang diberikan padanya.

"Kumohon jangan lakukan itu!'' ujar gadis itu lirih ketika Daniel mencium bibirnya paksa.

Daniel menghiraukannya.

Lalu menggigit bibir bawah gadis itu untuk membuka mulutnya dan melumatnya lebih dalam. Hanya Daniel yang bermain, sedangkan gadis itu hanya diam bergeming. Air matanya jatuh, ciuman pertama yang selalu diimpikannya sekarang direbut paksa oleh pria asing.

Pertama Daniel mendaratkan bibirnya ia merasakan manis dan campuran rasa stroberi. Seperti bukan rasa bibir Shannon, tapi ia tetap melanjutkannya. Lalu tiba-tiba rasa asin seketika membuatnya tersadar, gadis itu menangis. Ia segera melepaskan ciumannya, menatap gadis di depannya dalam.

"Maaf, kukira kau ....." Daniel menatap gadis di depannya bersalah.

Skyla, gadis itu-entah keberanian dari mana tangan kanannya terangkat ke udara mendaratkan tamparan di pipi mulus Daniel. Mengusap air matanya kasar, lalu menatap pria itu nyalang. "Satu tamparan saja tidak cukup untukmu, brengsek! Tapi aku tidak akan berlama-lama. Kuharap kita tak akan pernah bertemu lagi!"

Daniel hanya menatap punggung mulus gadis itu menjauh. Tangan kirinya mengusap pipi kanan yang ditampar gadis itu. Benar katanya, ia brengsek dan tidak pantas hanya mendapat satu tamparan. Ia mengerang frustasi, mengacak-acak rambutnya. Sepertinya ia sudah gila, karena semua wanita ia kira Shannon

Daniel bersumpah akan membuat perhitungan pada wanita medusa itu.

----

Two of Us [New Version]Where stories live. Discover now