[3] Mimpi Buruk

43.3K 3.2K 27
                                    

Vote Sebelum Membaca

.
.
.

Nyonya Lily Aditama masih menatap tajam pada suami dan Putranya. Tiga hari yang lalu mereka berdua sudah setuju dengan keputusan ini. Tapi sekarang giliran waktunya keluarga Arion datang, malah uring-uringan gak jelas.

"Coba deh, mama pikirin lagi. Emangnya mama tega, biarin Princess kita menikah. Lagian Erien juga belum wisuda, ma," bujuk suami yang tak berpengaruh apa-apa pada Lily. Tekadnya sudah bulat. Salahkan saja anaknya yang menantang minta dicarikan calon suami.

"Terus papa mau Princessnya tinggal di apartemen sendiri gak ada yang ngawasin akhirnya pergaulannya kebablasan? Mending mama nikahin sekalian. Ketauan ada suaminya nanti yang jaga."

"Saka siap kok, Ma, tinggal sama Erien di apartemennya," kata si sulung.

"Kamu pikir adik kamu mau kamu buntutin kemana-mana? Lagian alasan Erien pindah dari rumah itu gara-gara Papa sama kamu, Saka."

Saka cemberut. Sedangkan tuan Aditama sibuk berpikir bagaimana caranya membatalkan pertemuan keluarga nanti malam. Dia tidak rela melepaskan putri satu-satunya ketangan pria lain.

"Heran deh, sama kalian berdua. Emang gak kasian sama Erien? Karena Papa sama Saka Erien gak punya temen banyak. Temennya cuman si Tanala aja. Pacaran gak pernah, deket cowok gak pernah. Kalau mama gak cariin dia jodoh, kayaknya Erien gak akan menikah seumur hidupnya."

"Bukan begitu, Ma. Cowok di luar sana itu gak ada yang baik. Papa takut nanti anak Papa malah dimainin sama cowok-cowok gak baik itu." Aditama mengambil tangan istrinya dan mengenggamnya. Kemudian menatap lembut istrinya agar luluh. Tapi sayang aja, Lily gak akan mau membatalkannya. Bisa malu nanti dia pada keluarga Wanda.

"Papa bener Ma. Di luar sana gak ada cowok yang bisa jaga Erien sebaik Saka sama Papa."

"Terus kamu aja gitu yang nikah sama Erien?"

"Astagfirullah, mama! Eling! Erien adik Saka. Masa iya nikahin adik sendiri."

"Ya makanya kamu pikirin, Saka. Sebentar lagi kalau kamu punya istri kamu juga gak akan bisa jaga adik kamu kayak kamu masih lajang. Udah ah! Mama pusing. Pokoknya jangan sampai ada yang mengacau nanti malam atau kalian tahu akibatnya." Lily bangkit dari duduknya meninggalkan kedua laki-laki yang masih merenung di ruang keluarga.

"Gimana Pa?" tanya Saka.

"Diem kamu Saka! Papa lagi pusing." Aditama menjatuhkan kepalanya pada sandaran sofa dan memijit keningnya.

Saka menghembuskan napasnya kesal dan ikut menyadarkan kepalanya pada sofa seperti papanya.

°¬°

Kanjeng Ratu Lily

Jangan telat kamu! Sebelum magrib harus udah di rumah. Jangan kebiasaan ngaret!

Erien

Hmm..

Setelah membalas pesan dari Mamanya, Erien meletakkan ponsel di atas nakas kemudian mencoba untuk terlelap dalam tidur siangnya. Moodnya tidak baik sekali hari ini karena bertemu kembali dengan kumpulan Om-om mesum di kafe. Sampai Tanala saja tidak dia ladenin. Padahal Tanala sudah berbuat kerusuhan di dapurnya. Tapi Erien sedang tidak mau menghabiskan tenaganya untuk ngomel-ngomel.

Sebenarnya Erien malas sekali pulang ke rumah. Hari minggu biasanya ada Papa dan Saka. Kalau Erien di rumah, kedua laki-laki itu pasti mengacau dan mengintrogasinya macam-macam. Apalagi kalau mereka sampai tahu Erien ke kelab seminggu yang lalu. Duh, tidak sanggup membayangkannya betapa buruk nasib dia nanti. Tapi si Mama malah maksa Erien datang. Katanya ada tamu penting yang akan datang nanti malam dan Erien harus hadir. Padahal bagi Erien itu tidak penting. Palingan rekan kerja papanya dari luar negeri. Mamanya memang suka lebay kalau tamu dari luar datang.

Home Under The Stars [Terbit]Where stories live. Discover now