#48 》loathe

3.5K 187 19
                                    

Hari ini Damar menghabiskan waktunya bersama Regina, mereka melakukan banyak kegiatan seperti saling bercerita, bermain playstation, hingga menemani Regina ke mall yang letaknya tidak jauh dari rumah yang kini ditempati Andra dan Regina.

Omong-omong soal Andra, pria itu sudah dibolehkan pulang ke rumah meski setiap minggunya harus melakukan rawat jalan dan terapi. Beni, sopir yang selalu setia mengantar kemanapun Andra pergi juga ikut tinggal di rumah besar itu bersama satu pembantu bernama Nita yang Damar carikan untuk membantu Regina merawat Andra.

Sesekali Regina memberikan tugas pada Nita untuk menjaga Andra seharian penuh tanpanya karena Damar mengajaknya keliling Jakarta agar dirinya tidak tersasar jika berjalan sendirian.

Seperti sekarang, saat Andra sudah dalam kondisi yang lebih baik kini Regina memanfaatkan waktu kosongnya untuk jalan-jalan bersama Damar.

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin kamu terus. Karena memang cuma kamu satu-satunya orang yang aku punya di London waktu itu." Ucap Damar.

Regina tersenyum manis. "It's okay, Damar."

"Tapi sekarang Bi Nita udah fix kerja di rumah, so, kamu bisa menikmati liburan kamu di Indonesia."

"With you?"

Damar memutar bola matanya terlihat menimbang-nimbang dengan pertanyaan Regina barusan. "Emm..."

"Sure!"

Regina meninju lengan Damar tiba-tiba, membuat lelaki itu mengaduh. "Kok nonjok?!" Ucapnya kesal.

Gadis itu tertawa lepas melihat adik tirinya kesakitan. Jelas Damar mengaduh, tonjokkan Regina sangat terasa sakit di lengannya, mungkin karena sewaktu di sana Regina sering berlatih bela diri. "I'm so so so happy cause i meet you, brotha!"

Masih sangat teringat, dulu Regina takut Damar tidak bisa menerima ia menjadi kakak tirinya. Sempat Damar menjauhi Regina karena baru mengetahui ternyata almarhumah mamanya menikah lagi dengan seorang duda yang ternyata mempunyai anak bernama Regina.

Tapi ternyata setelah beberapa bulan berlalu Damar berusaha menerima Regina sebagai kakak meskipun itu adalah anak tiri mamanya. Sebelum meninggalkan semuanya, sang mama juga berpesan agar Damar selalu menjaga Regina dan keluarganya karena ia tahu, Fernan tidak mungkin membatunya dan tidak ada sangkut pautnya. Ia bersyukur Fernan mengizinkannya untuk terus memperhatikan Regina meskipun Damar harus tetap ikut bersama papa kandungnya.

🍁🍁🍁

"Pagi, Damar!"

Melihat siapa yang menyapanya, mood lelaki itu menurun drastis di pagi hari ini. Semakin mengetahui fakta-fakta yang ada, Damar semakin muak dengan wanita itu. Jika saja Revan tidak memberi tahunya pada saat itu juga, mungkin Damar terus kemakan omong kosong Renita yang memang terlihat jujur dari wajahnya.

Kalian tahu? Renita selalu membicarakan hal yang tidak-tidak mengenai dirinya sendiri. Ia memberi tahu Damar bahwa gadis itu mempunyai penyakit yang sangat berat, dan Renita meminta Damar untuk menemani hari-harinya untuk bisa bahagia jika umurnya nanti benar-benar tidak panjang.

Setiap mengingat ucapan itu, Damar meringis dan selalu memandang Renita iba, tapi sekarang ketika memandangnya lelaki itu malah muak, merasa tidak ada yang harus digubris.

Damar meletakkan tasnya di meja kemudian berlalu melewati Renita yang sedang berdiri di samping mejanya. Lelaki itu terus melangkah tanpa melihat sekitarnya hingga ke kelas Raynand dan Brian.

unforgettable [COMPLETED]Where stories live. Discover now