43; milik aku

4.8K 242 40
                                    

Malam semakin dingin usai Acara, mereka berkumpul bersama keluarga Haekal disalah satu cafe dan melaksanakan shalat disalah satu masjid terdekat.

Selepas Isya Haekal mengajak pulang, karna tak tega dengan Tania yang sejak berangkat terlihat lebih banyak diam, terkadang Haekal ingin meprotes keluarganya yang lebih banyak mengacuhkan istrinya itu.

Tapi sekali lagi Ia bisa apa? Mama datang ke pelulusannya saja udah bikin Haekal bersyukur.

Menyandarkan tubumhnya lelah disofa sehabis mmembersihkan diri,  Haekal memperhatikan Tania yang juga tengah selonjoran disampingnya, wajah lelah Tania tak bisa disembunyikan.

Jalanan bogor yang macet membuat Tania berkali-kali muntah atau yang biasanya disebut mabok perjalanan.
Wajah polosnya tanpa make up makin membuatnya terlihat pucat.

"Aws" Tania menyentuh Kakinya yang memar, sesekali meringis.

"Makanya jangan maksain pke wedges terlalu tinggi, kamu sendiri kan yang sakit, tuh ini memar memar gini." omelan Haekal dibalas cemberutan oleh Tania.

"Ga boleh aku pake wedges? Mantan kamu aja pake" protes Tania tak suka, semua berawal dari Tania yang panas melihat Tampilan Nayla yang hampir sempurna, gara-gara Tania yang terlihat pendek dibanding Nayla, Tania merasa tak percaya diri.

"Tadi pas foto keluarga aja aku mash kebanting." Dumel Tania dengan bibir dimaju-majukan.

Haekal menghela napas gemas, menghadap Tania, tangannya menyentuh menyentuh pundak gadis itu lantas merambat keatas mengelus rambutnya lembut.

"Kamu sama Dia beda, dia sendiri. Sedang kamu bawa nyawa lain diperut. kalau ngga hati-hati bisa aja bukan cuma memar di kaki, kamu juga bisa jatuh Tan. Jadi kalau emang nggak nyaman nggak usah dipaksain." Tegas Haekal.

Tania menundukan kepalanya dalam, lalu mengangguk pelan.
Bibirnya mencebik, Haekal tak tega melihat gadis itu hampir mau menangis.

"Sini biar aku pakein" Haekal merebut salep ditangan Tania, dengan hati-hati dioleskannya salep itu dijari-jari kaki Tania yang memerah.

"Issh" ringisan Tania tak membuat Haekal berhenti mengoleskan salepnya.
Padahal Dia sudah pelan tapi memang lukanya terbuka.

"Lain kali jangan maksain." Tekan Haekal pada ucapannya sekali lagi, Tania hanya mengangguk sebagai balesan.

Haekal merebahkan dirinya, Tania mengikuti, menyandarkan kepalanya didada lelaki itu, dengan tangan melingkar erat.

"Bobo gih" titah Haekal  Tania mengangguk tanpa membuka matanya.

Haekal mengerti mungkin Tania terlalu lelah. Ia terseyum geli saat melihat Tania kembali terlelap, tangannya bergerak menyingkirkan rambut-rambut nackal yang menutupi wajah cantik itu, diperhatikannya lamat wajah sang istri

Diluar sana masih banyak perempuan cantik  mendekati sempurna yang mendekatinya.
Namun Allah memberinya si manis ini dan menyisipkan rasa takut kehilangan gadis atau tepatnya wanita muda didekapanya ini, takut yang benar benar takut, Haekal tak berani membayangkan bagaimana jika hidup tanpa istrinya, yang patut dilakukanya kini hanya terus bersyukur dan terus menghujaninya dengan cinta dan kasih sayangnya.

"Stay with me Tan." Ucapan itu kembali terucap dari bibirnya, tak lupa Haekal memberi kecupan lembut didahi.
Sebelum Ia melepaskan dir dan menyelimuti.

Haekal bangkit meraih jaket lantas menutup pintu dan menguncinya dari luar, biarlah, lelah tak akan buat dirinya menyerah, meski kantuk menerjang ia akan bertahan, demi melihat senyum Tania dan demi babynya agar bisa terahir kedunia dengan selamat dan nyaman.

pacar halalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang