menemui akhir, disini.

5.9K 240 49
                                    

Maaf ye baru sempet lagi update

Happy reading!

Diusianya yang ke tujuh belas tahun, Usia kandungannya juga kini menginjak hampir 7 bulan,
Dimana seharusnya Ia masih fokus belajar, mengejar cita citanya yang ingin menjadi guru, tapi tak apa Ia tak akan menyesalinya, ilmu yang pernah dipelajari akan berguna suatu saat nanti untuk bekal mendidik anak anaknya

Di waktu yang terus berjalan  dan berlalu tidak banyak yang berubah, hanya perut dan pipinya yang semakin membengkak juga rasa syukur yang terus bertambah.

Ketakutan Haekal akan berpaling pernah bersarang dihati namun nyatanya Haekal tetap Haekalnya yang sama, yang membuat Tania Sebal karena Haekal akhir-akhir ini sibuk dengah kuliah di semester pertamanya.

Haekal sering pulang malam, kadang juga ketika libur Haekal malah memanfaatkannya dengan bekerja di bengkel temannya, alasannya karena Haekal tidak ingin menafkahi Tania dengan uang pemberian ayahnya, cukup kuliah nya saja yang masih menjadi beban ayahnya.
 
Awalnya Tania sering mengomeli Haekal yang sering pulang larut malam, namun setelah tahu kenyataan dibaliknya, Ia malah dibuat menangis karna diam diam Haekal selalu berusaha mencari nafkah untuknya dari tukang parkir hingga kerja part time, ah mungkin jika tak pernah menikah dengannya Haekal masih bisa menghirup udara bebas tanpa perlu dibebani tanggung jawab berat seperti ini.

"Hey diem aja" suara dibelakangnya membuat Tania menoleh lalu langsung bangkit untuk menyalami tangan Haekal.

"Maaf ya ga kedengeran tadi aku.." ujar Tania, namun terpotong oleh teguran dari Haekal.

"Kamu kebiasaan deh, lain kali kunci  pintunya, takut ada orang niat ga baik masuk, apalagi perut kamu udh gede" tersirat jelas nada kekhawatiran dalam ucapannya.

"Kamu ko udah pulang?" Tania memilih mengalihkan pembicaraan.

Kedua alisnya mengerut, pandangan heran Ia layangkan pada Haekal yang anehnya siang seperti ini sudah pulang.

"Iya aku ada tanding futsal, Kan sayang Tan uangnya lumayan kalau tim aku menang" jawaban Haekal membuat Tania berubah murung, Tania sedikit kecewa saat Tau Haekal pulang cepat bukan untuknya, Ia tak boleh egois toh Haekal melakukan ini semua untuknya.

"Yaudah aku siap siap dulu" Tania hanya membalas anggukan menyembunyikan kecewanya rapat rapat.

Tania memilin ujung bajunya, segera menghampiri haekal yang baru selesai berganti pakaian.

"Aku boleh ikut?" Tanyanya ragu ragu, Haekal menarik kepalanya mendekat mengecup dahinya sebentar.

"Kamu dirumah aja ya."
Tania reflek cemberut.

"Tapi bosenn diumah terus."
Rajuknya, Haekal terdiam lamat seperti tengah menimbang nimbang, sampai akhirnya Ia mengangguk ragu.

Tania memekik senang, lantas segera memilih pakaian yang akan dipakainya dan masuk kamar mandi untuk berganti.

Saat merasa sudah rapi Tania segera keluar dan memoles sedikit wajahnya agar tak terlalu pucat.

Mendapati Haekal malah berleseh leseh di bawah membuat Tania sontak melempar bantal kearahnya.

"Capee Tan" keluh Haekal membuat Tania membulatkan matanya dengan wajah penuh protes.

"Suruh siapa? Nanti kan bisa. Gimana sih? Jangan bilang ga jadi!pokonya kmuu udah janji" seruan Tania membuat Haekal makin malas untuk bangkit.

Lagian Tania ngga nyuruh bewesin rumah dulu, Haekal aja yang ngadi ngadi.

"Kenapa ga bilang kalau cucian piring sebanyak itu, kamh dirumah ngapain aja sih? keluh Haekal hanya dibalas decakan oleh Tania, bukan nya malas, hanya saja sejak pagi Ia merasa mules saat mulesnya mereda Haekal keburu datang.

pacar halalWhere stories live. Discover now