🔷Broken Vow🔷

2.6K 254 9
                                    

*Flashback on*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Flashback on*

Gigi menggenggam gagang cangkir kopi yang baru saja dia pesan, tangannya agak gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Wajahnya nampak resah. Hal ini dipicu pada pesan whatsapp yang ia terima dari nomor yang tidak dikenal. Beberapa jam lalu, nomor itu mengirimkan sebuah foto test pack dan mengaku telah berhubungan badan dengan Damian, tunangannya.
Gigi penasaran dan terpancing untuk menemui wanita yang mengaku dihamili Damian.

Ia berusaha untuk tidak percaya, sampai pada akhirnya, seorang wanita tiba di hadapannya.

Wanita itu datang, mengenakan terusan sedengkul, perutnya nampak telah membuncit. Hati Gigi semakin kalut melihatnya. Dia mencoba menetralkan pikiran buruknya. Wanita yang kini duduk di hadapannya nampak tenang. Wajahnya dewasa dan cantik. Seharusnya bukan mustahil, kalau benar Damian berhubungan dengannya. Karena dia memang cantik dan menarik.

"Maaf saya memaksa kamu untuk bertemu. Saya benar-benar sudah tidak tahu lagi, harus memohon pada siapa."

Gigi bungkam dia belum bereaksi apa-apa ketika wanita itu tanpa berbasa-basi bicara dengannya.

"Saya Clara." Mata Clara meneliti Gigi. Ia lalu menyodorkan sebuah testpack dengan 2 garis merah. "Maafkan Saya jika ini mengejutkanmu. Saya sudah bicara dengan Damian, tapi Damian terus saja mengelak."

"Benarkah itu anak Damian, bagaimana kamu yakin soal itu?"

"Kami selalu bersama selama dia mengisi seminar di Yogyakarta, kamu bisa tanyakan padanya kebenaran ini. Dia tidak akan mengelak hal ini. Dan Saya sangat yakin bahwa ini anaknya." Dengan sangat percaya diri, Clara menceritakan segala hal tentang hubungannya dengan Damian.

Gigi merasa sudah cukup bertemu dan melihat sendiri bagaimana rupa Clara. Gigi bangkit dari duduknya. Ia merasa tidak perlu mendengar penjelasannya lagi.

Sebelum Gigi pergi, Clara menahan tangan Gigi. "Aku mohon, lepaskan Damian. Bayi ini harus punya ayah."

Gigi menghempas kasar tangan Clara yang menahannya. Dengan langkah kasar, Gigi segera pergi meninggalkan Coffe shop. Tubuhnya gemetar akibat menahan amarah yang memuncak. Kecewa, sedih dan rasa tidak percaya bercampur menjadi satu. "Semoga ini mimpi buruk. Aku hanya ingin percaya pada Damian," batinnya.

⏺⏺⏺

Gigi tiba di perumahan Griya Asih, tempat tinggal Damian. Langkahnya sempat terhenti saat akan membuka gerbang. Hatinya terus saja bergumam. "Aku percaya Kak Damian." Dia mencoba menenangkan dirinya, mengambil nafas lalu mengembuskannya untuk menetralkan dirinya.

Gigi mendapati Tante Meila di ruang makan lalu menghampirinya untuk memberi salam. "Tante Mei.. Damian di rumah, kan?" Dia memang sudah biasa berkelintaran di rumah Damian.

OneWhere stories live. Discover now