21 | TOGETHERNESS

869 63 4
                                    

Play Music :

Teil (NCT) - Because Of You


"Bersama tak selalu harus sama, bersama tak selalu tentang kita. Tapi mereka pun berhak mengambil andil dari setiap kebersamaan yang ada. Sebab kita ada karena mereka yang selalu sedia bertukar tawa, juga tangis yang kerap tercipta."

'Kringgggg..kringg...'

Pria setengah baya itu terlonjak kaget, saat mendengar suara telepon yang berdering didepannya.

"Ya ada apa?"

"Maaf jika mengganggu, Pak. Tapi sekarang sudah saatnya jam makan siang, saya takut Bapak tidak berkenan jika saya langsung masuk ke ruangan Bapak. Karena sudah beberapa kali saya mengetuk pintu dan tak kunjung dapat jawaban."

"Aa.., iya, maafkan saya. Kalau begitu kamu silahkan makan siang."

"Baik, Pak. Terima kasih sebelumnya."

"Ah, iya."

Pria itu memutuskan sambungan telepon dan meletakkannya di atas meja. Lantas pria itu mengusap wajahnya kasar. Selepas meeting tadi ia begitu lelah dan tanpa sengaja tertidur di ruangannya sendiri. Terlebih kini suasana hatinya begitu amburadul, mengingat ia tak berhasil mendapatkan hati pemilik perusahaan properti lain untuk bekerja sama dengan perusahan miliknya.

Mungkin secangkir kopi bisa membuatku sedikit lebih baik, ujar pria itu dalam hati.

Namun, belum juga ia beranjak dari tempat duduknya, ponsel pria itu berdering. Sontak ia merogoh saku celanya. Nampaknya ada sebuah pesan, dari...Tia.

Hari ini Nay pulang, Mas. Irham mengernyit. Pria setengah baya itu kembali memantapkan posisi duduknya.

Apakah aku harus menemuinya? Ah...rasanya nggak perlu. Tapi, bukankah aku perlu ada disana saat ini?

Entahlah, Irham begitu bingung dengan dirinya sendiri. Disatu sisi ia begitu membenci Nayla, puterinya. Tapi disisi lain, ia merasa harus bertanggung jawab pada Nayla yang notabene adalah darah dagingnya sendiri. Saat ini tak ada satupun kata yang bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya. Ia begitu bingung, terlebih saat dirinya teringat pada perkataan mendiang istrinya dulu.

Tidak ada yang benar-benar bisa menggerakkan hati seseorang, selain dengan ketulusan hati itu sendiri.

Pria itu mendengus, sebelum akhirnya ia beranjak dan mengambil jas yang terselampir di sandaran kursi yang ia duduki. Dengan langkah cepat, ia segera menuju ke area parkir perusahaan.


❣❣❣


Bukan Jakarta namanya jika setiap saatnya jalanan disana tidak macet tanpa celah. Siang ataupun malam seolah tak ada bedanya di kota metropolitan seperti ini. Pria itu mendengus sambil beberapa kali melirik pada arloji yang ada di pergelangan tangannya.

Ah, jika dipikir-pikir seharusnya ia tak perlu memaksakan datang ke Rumah Sakit seperti ini, bukankah disana juga sudah ada Tia yang selalu ada untuk Nayla, lalu untuk apa Irham perlu repot-repot datang kesana? Tapi entahlah, hati pria setengah baya itu seolah tak mau diajak kompromi dengan pikirannya. Yang ada dibenaknya kali ini hanyalah seputar soal ia yang semestinya ada untuk melihat sang Puteri, walau dari jauh sekalipun.

Dear Sister Where stories live. Discover now