30 | NYMPHAE

757 59 1
                                    

Play Music :
Lee Sun Hee - Fox Rain


"Awan itu salah satu contoh ketidak setiaan yang ada didunia. Sebab jika hari ini ia hadir untuk meneduhkanmu, besok ia akan pergi untuk meneduhkan yang lainnya."


Teratai. Bunga yang membutuhkan lumpur dan air untuk bertahan hidup, dan nyatanya ia tidak ada di dalam air ataupun didarat, pun ia juga tidak pernah tenggelam atau tertarik ke dasar. Hanya di permukaan air saja. Bunga anggun yang hidup di air yang kotor dan tenang, dimana banyak serangga dan sumber penyakit hidup. Dengan kondisi yang sedemikian nya, banyak orang beranggapan bahwa teratai adalah bunga yang tidak berharga, kotor, dan... Tidak pantas untuk dimiliki. Tapi, diluar itu semua teratai tetaplah bunga, ia tampil dengan segala keanggunnannya, ia tetap tampil menawan dan indah. Sampai-sampai, teratai tersebut mampu menambah keindahan untuk lingkungan sekitarnya.

Begitu juga kehidupan Manusia. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, yang setiap saat memiliki keinginan atau hasrat untuk berkembang lebih maju, untuk pembelajaran juga sebuah tujuan. Tanpa adanya hal tersebut, perjalanan hidup manusia tidak akan pernah tercapai, tapi bukan lantas kita tenggelam karenanya. Keinginan tetap kita jalani hingga suatu tujuan tersebut berhasil kita gapai, sehingga apa yang kita dapatkan setelahnya dapat memberikan keindahan tersendiri untuk hidup kita, pun lingkungannya, seperti bunga teratai.

Setidaknya itu yang pernah Nayla baca dulu. Gadis itu masih melentangkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya, matanya menatap sayu langit-langit kamarnya. Meskipun semakin lama kantuk semakin ia rasakan, gadis itu tak kunjung terlelap. Pikirinannya masih berputar soal kejadian kemarin, saat dirinya, juga Zian dan Syifa menghabiskan waktu bersama. Itu sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dari apa yang Nayla pikirkan selama ini.

"Nay..." Nayla menoleh, mendapati Syifa yang berdiri diambang pintu dengan sebuah kardus besar di tangannya.

"Masuk, kak," mendengar hal itu Syifa tersenyum, sembari melangkahkan kakinya masuk.

"Maaf kalau malam-malam gini kakak ganggu kamu, Nay."

"Ini... Apa?" Nayla bertanya saat melihat kardus besar yang tadi Syifa bawa telah berada di atas karpet kamarnya.

"Ini... Sebenernya ini kado ulang tahun buat kamu, Nay. Setiap tahun kakak beli sesuatu, tapi nggak tau gimana cara ngasih nya. Dan akhirnya semua barang itu malah berakhir disini." Syifa berujar sembari tersenyum, sangat manis.

Tanpa basa-basi lagi, Nayla lantas menarik kardus tersebut mendekat ke tempatnya. Tangannya terus menelusuri setiap celah antar barang didalamnya. Asal ia ambil salah satu barang disana, dan yang ia dapatkan adalah sebuah gaun berwarna putih tulang yang sangat menawan.

"Itu waktu tahun lalu." Syifa berujar setelah melihat Nayla mengangkat sebuah gaun dari sana.

"Bagus, boleh Nay coba?"

"Kamu nggak akan suka, Nay."

"Memang, kan aku cuma mau coba, kak. Habis itu disempen aja, Nay lebih nyaman pakai celana jins atau training." Nayla menyengir. Mendengar hal itu Syifa tersenyum sambil beberapa kali menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Hampir 15 menit sudah Syifa menunggu Nayla yang tak kunjung keluar dari kamar mandi, padahal hanya untuk berganti pakaian yang tidak serumit menggunakan kemben ataupun kebaya. Tapi entahlah, mungkin Nayla sedang merapikan pakaiannya lagi saat mengetahui itu sama sekali bukan gayanya.

Kata orang dulu, saat kita memikirkan seseorang atau membicarakan seseorang dan orang tersebut tiba-tiba saja muncul, berarti dia akan berumur panjang. Dan Syifa sangat mengaminkan hal itu, sebab setelah ia memikirkan Nayla tadi, gadis beriris hazel tersebut sudah berada tepat dihadapannya kini. Lengkap dengan gaun yang tadi ia pegang.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang