23 | DILEMMA

859 72 14
                                    

Play Music :

EXO/CBX (첸, 백, 시 ) - Cry

"Saat kamu merasa apa yang kamu lakukan di masa lalu adalah sebuah kesalahan, maka mulailah untuk memperbaikinya di masa kini. Sehingga di masa depan nanti, kamu tidak akan pernah menyesalinya lagi."

Matahari sudah mulai meninggi pagi ini. Kilaunya bahkan sudah berhasil menembus gorden putih di kamar gadis beriris hezel itu, kicau burung juga terdengar saling bersahutan sedari tadi.

Nayla termenung dia atas ranjangnya, lengkap dengan pakaian tidur bermotif polkadot yang masih ia kenakan sejak tadi malam. Gadis itu tak sekalipun ada niatan untuk beranjak dari posisinya saat ini, matanya sembap, bibirnya juga nampak sedikit lebih pucat dari kemarin. Tidak, penyakit Nayla tidak sedang kambuh ataupun mengalami komplikasi dan sebagainya. Ia hanya sedikit merasa...bersalah.

Gadis itu mengambil nafas panjang sembari kembali membuka lembaran baru dari buku kecil yang sedang ia pegang. Sudah hampir seperempat halaman gadis itu membacanya, dan hampir semua berisi tentang dirinya.

Jika takdir bertanya padaku apa yang paling aku benci, maka dengan tegas aku akan menjawab 'aku membenci diriku sendiri.'

Dan jika ia kembali bertanya lagi apa alasanku, maka dengan tegas aku kembali menjawab ' karena aku terlalu bodoh untuk bisa mengerti segalanya.'

Nayla mengernyit, sebelum kemudian ia kembali mengedarkan pandangannya pada rangkaian kata yang ia pegang.

Lalu, jika ia kembali bertanya lagi apa yang aku maksud dengan segalanya, maka dengan tegas aku akan kembali menjawab ' segalanya tentang waktu yang tak lagi memberiku kesempatan untuk bersatu, segalanya tentang keadaan yang tak lagi memberiku alasan untuk bertahan, dan segalanya tentang rasa yang terus menumbuhkan lara, bukannya cinta. '

Kini air mata yang ada di pelupuk Nayla tak mampu lagi gadis itu bendung. Ia tau jelas jika keadaan yang dimaksudkan Syifa pada tulisannya itu tak lain adalah keadaan tentang dirinya juga Syifa selama ini. Apalagi, dengan adanya tulisan nama lengkap Nayla di pojok kiri bawah kertas tersebut.

Apakah aku telah menjadi pemeran antagonis dalam kisahku sendiri? Nayla bertanya dalam hati. Gadis itu terus berpikir keras akan segala sesuatu yang telah terjadi. Pikirannya seolah kembali tertarik ke masa lalu, saaat dirinya belum genap berusia lima tahun, saat dirinya mulai berlaku kasar pada Syifa. Nayla ingat betul bahwa dulu dirinya pernah dengan sengaja menggunting baju baru pemberian Irham untuk Syifa, jelas karena saat itu ia iri pada Syifa yang dengan mudahnya bisa mendapatkan baju baru, sementara dirinya tidak.

Nayla mengacak rambutnya frustasi. Dengan cepat gadis itu menutup buku yang ia pegang, sebelum kemudian ia meletakkannya ke dalam laci disamping ranjang. Beberapa kali ia mengedipkan matanya, menghapus jejak-jejak air mata yang ada, juga merapikan rambutnya yang berantakan. Sebelum kemudian gadis itu beranjak dari posisinya hendak menuju ke dapur.

Namun, belum juga ia berhasil menuruni tangga, maniknya berhasil menangkap sosok Syifa lengkap dengan seragam putih abu-abu yang kerap digunakan pada hari senin dan selasa. Dari atas sini Nayla mampu melihat dengan jelas keadaan Kakak semata wayangnya itu. Syifa begitu cantik dan mempesona setiap saat, irisnya yang hitam seolah mampu berbicara tanpa bahasa, bahkan bibir tipisnya seakan-akan bisa membuat siapa saja yang melihat senyumnya bisa jatuh cinta dan terpana dalam satu kali tatap saja. Ah, jika di pikir-pikir Nayla memang tidak ada apa-apanya jika disandingkan dengan Syifa.

Dear Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang