Jingga*36

86.3K 3.5K 15
                                    

#36

Hidup memang tentang menunggu,
Menunggu untuk disayangi,
Menunggu untuk dikasihi,
Dan menunggu untuk disakiti.

Sekarang Jingga tengah duduk di sebuah bangku taman, disampingnya ada Juan.

Setelah menunggu lama akhirnya Juan datang, Jingga tak protes ataupun marah pada cowok itu.

Juan membawa Jingga ketaman, menikmati senja bersama, ya walupun matahari tak nampak karena sedikit mendung.

Setidaknya Jingga pernah berdua menikmati senja bersama seseorang yang ia cintai.

"Ih, ada permanen kapas, Jingga pinginnn" jerit Jingga histeris, setelah melihat tukang permen kapas penjual yang menggunakan sepeda.

"Beli" ucap Juan cuek.

"Jingga gak punya uang"

Juan menghela nafasnya "Nih" Cowok itu memberikan selembar uang senilai lima puluh ribu kepada Jingga.

"Beneran?" Jingga tak percaya, Seorang Juan yang pelit tiba-tiba memberikan ia uang.

"Iya" ucap Juan cuek, Jingga tak paham. Pasti.

"Makasihhhhh" seru Jingga lalu berlari menghampiri penjual permen kapas sebelum penjual itu pergi.

Jingga membeli sekaligus lima permen kapas, gadis itu berjalan kearah Juan yang masih duduk dibangku tadi.

"Banyak" ucap Juan.

"Iya" gadis itu sibuk memakan permen kapas yang jika terkena angin ataupun air akan menghilang.

****

Tepat pukul setengah enam sebelum azan Maghrib berkumandang, Jingga sampai di depan rumahnya, pastinya di antar oleh sang kekasih.

"Makasih ya Juan udah mau ngenterin Jingga pulang" ucap Jingga, tangannya penuh dengan permen kapas.

"Hemm" dehem Juan sebagai jawabannya. Jingga tak perduli.

Sedingin apa Juan, dia tetaplah kekasihnya, walupun ia juga cuek dan kadang kala emosian, Juan tetaplah Juan. Cowok berandalan yang Jingga sayang.

Padahal dulu, Jingga benci sekali dengan cowok berandalan termasuk Ari, namun pandangan itu hilang.

Mungkin di dunia ini banyak orang yang jahat dan juga yang baik, namun biasanya yang jahat akan berubah menjadi baik dan yang baik belum tentu akan selalu baik.

Dunia memang selalu memutar balikan keadaan bukan?.

"Masuk" perintah Juan datar.

"Iya, ya udah Jingga masuk ya, dahh" gadis kecil itu melangkah jingkrakan meninggalkan Juan.

Tak sangka, garis tipis itu membentuk begitu saja di bibir Juan, Juan juga tak tahu kenapa gadis itu selalu membuatnya tersenyum.

"Lo keliatan bahagia" ucap dalam hati Juan, lalu menyalakan motornya dan pergi meninggalkan kediaman gadisnya.

"Assalamualaikum Abang" jerit Jingga memasuki rumahnya, ia melihat sang kakak tengah belajar di ruang tamu.

"Diem, Lo gak liat gue lagi belajar" ketusnya.

"Ish,, salam tuh dijawab, dosa loh kalo gak dijawab" ucap Jingga duduk di sofa samping Rasya.

"Wa'alaikummussalam, sana mandi" ucap Rasya, matanya masih menatap buku serta leptop didepannya.

"Iya, semangat belajar ya bang, daaaa" ucap Jingga menjerit, membuat Rasya membuang nafasnya.

Rasya belajar karena dua hari lagi seluruh murid kelas tiga akan mengadakan UNBK, tepatnya di hari Senin.

Maka dari itu, cowok itu belajar agar tak memalukan kedua orang tuanya nanti, apalagi ayah.

Ayah memang jarang sekali pulang, bahkan di hari ulang tahunnya atau hari aniv pernikahannya pun tak segan untuk tak pulang.

Mungkin pekerjaan nya yang menuntutnya seperti itu, namun Bunda selalu memberi pengertian, wanita paruh baya itu selalu berkata jika ayah tak pulang itu artinya ayah sayang pada anak-anak nya.

'Kenapa?' kata itu yang diucapkan oleh Rasya begitupun dengan Jingga, jika ayah tak pulang.

Namun Bunda akan selalu bisa menjawab, menurut Bunda jika ayah tak pulang itu artinya ayah sayang pada anaknya karena ia tengah mencari uang untuk membahagiakan anak-anaknya, walaupun jarang pulang, ayah selalu membawa foto keluarganya di dompet diamana ia menyimpan uang.

"Jingga comeback" jerit Jingga lagi, setelah beberapa menit bergulat dengan kamar mandi, kini tubuh mungil itu sudah harum sabun bayi, Jingga memang selalu memakai sabun bayi berserta bedaknya.

Menurut gadis itu, aroma bayi membuatnya tenang, bukannya katro namun Jingga memang tak suka dengan make up orang dewasa.

"Cepet amat mandinya, bebek" cetus Rasya.

"Ngapain lama-lama yang penting itu mandi, bukan cepat atau lambatbat mandi" seru Jingga, gadis itu meraih remote tv untuk menonton acara kesayangannya.

"Iyain biar cepet" ucap Rasya, ia masih fokus membaca materi demi materi dari buku ataupun laptop nya."Jingga, kalo tidur jangan disini, gue gak mau gendong elo" Rasya yang melihat adiknya yang tengah ancang-ancang untuk  berbaring di sofa.

"Ish,, jahat, ya udah Jingga kekamar dulu ya" Jingga beranjak ke kamarnya.

"Lo udah sholat Maghrib belom?" Tanya Rasya sedikit menjerit karena Jingga sudah menaiki tangga.

"Jingga gak sholat bangggg" jerit Jingga menjawab nya.

See you next part...

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang