Jingga*64

80.3K 3.4K 39
                                    


#64

Cukup sampai disini, aku tak sanggup lagi berlari tuk mengejarmu tapi bukan berarti aku benar-benar menyerah untukmu, aku masih bisa menunggumu kembali, itu saja.

Kaki pendek dengan sepasang snekers putih yang melekat dikaki itu masih terus berlari kesana kemari berkeliling kebun dengan bunga yang berjajar rapih sesuai warnanya.

Dia Jingga, gadis itu tak bisa diam. Ia terus berlari tanpa menghiraukan dimana Juan kini berada.

Ya cowok itu hanya bisa duduk disalah satu kursi yang disediakan disana, mereka tengah berada di Bogor.

Memang jarak dari ibu kota cukup lah jauh, namun bukan masalah baginya jika pergi bersama gadis periang itu.

Melihat tingkah gadis berkuncir itu membuat kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan.

Tak lama, senyuman itu langsung memudar dengan kepalan tangan yang erat tak kala melihat dua cowok menghampiri gadis dengan tubuh kecil itu.

Tak tinggal diam, ia langsung bangkit dan melangkah mantap menuju gadis itu.

"Bajingan" ketus Juan, dua orang cowok itu menengok.

Juan hampir saja meninju cowok itu langsung namun Jingga menatapnya tajam sebari menggelengkan kepalanya.

"Ikut gue" kata Juan menggendeng tangan mungil Jingga menjauh dua cowok yang mungkin masih bingung dengan sifat Juan.

"Jingga gak kenapa-kenapa kok" ucap Jingga seakan-akan tau jika cowok itu tengah menghawatirkan dirinya, padahal entahlah.

"Siapa yang tanya" ucapnya ketus.

Juan duduk dibangku tadi yang langsung menghadap kebun bunga berwarna-warni itu, begitupun dengan Jingga yang mendaratkan pantatnya di kursi panjang samping Juan.

"Juan marah sama Jingga ya?" Tanya Jingga mengayunkan kakinya dan menundukkan kepalanya.

Juan menatap gadis disampingnya itu, tangannya terulur untuk melepaskan ikatan tali dirambut gadis itu "gue gak suka gaya tadi" katanya.

Gadis itu menengok "tapi kalau digerai begini gerah" kata Jingga hendak mengikat kembali rambutnya.

"Terserah" ketus Juan langsung melangkah meninggalkan Jingga.

Jingga langsung melepaskan kembali ikatan dirambutnya dan mengejar cowok itu "ih,, Juan lucu kalau lagi marah" ledek Jingga.

Juan diam, sepertinya cowok itu benar-benar marah kepada gadis yang sekarang berganti gaya rambut yang tadinya terikat sekarang tergerai.

Jingga berjalan dengan sedikit lari agar menyeimbangkan langkahnya dengan langkah cowok berkaki panjang itu "Juan tau gak kalau perut itu butuh asupan" kata Jingga.

Juan hanya diam "kita makan yuk Juan, kalau abis makan Juan marah lagi gak papa deh" ucap Jingga polos dan sangat jujur.

Ia tak membawa uang sepeser pun jadi tak bisa membeli makanan didalam tas kecilnya itu tak berisi, ponsel miliknya pun tak ia bawa.

"Hemm"

Wajah Jingga berubah girang "makasih Juan, Jingga minta maaf deh"

"Hemm"

Juan memberhentikan langkahnya begitupun dengan Jingga.

Mereka telah sampai disebuah restoran yang memiliki view tak kalah menarik, hamparan pohon hijau dan beberapa bungaembuat restoran atau kafe itu sangatlah indah.

"Juan bawa uang kan? Soalnya Jingga gak bawa" ujar Jingga jujur mengekor dibelakang Juan yang memilik duduk disalah satu kursi di outdoor.

Tak lama pelayan datang dengan buku menu ditangannya.

Jingga (Tersedia Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang