0.03 Seperti Mimpi

833 40 1
                                    

Seluruh murid kelas X tengah berkumpul di tengah lapangan, yaitu perbatasan antara gedung IPA dan gedung IPS.

"Ingat ya, ini adalah batas antara anak IPS dengan IPA. Anak IPS dilarang masuk gedung IPA, kecuali ada keperluan. Begitupun sebaliknya!" ujar ketua OSIS yang tidak lain tidak bukan adalah Andrea Agustin.

"Setelah ini kalian akan dibentuk kelompok yang berisikan 2 orang. Masing-masing kelompok harus mencari tanda tangan dari anggota OSIS sebanyak-banyaknya. Tapi sebelum meminta tanda tangan kalian harus menemukan botol berisikan kertas. Didalam kertas tersebut sudah ada nama OSIS yang nantinya kalian mintai tanda tangan."

"Mengerti!"

"Mengerti kak!" Jawab mereka kompak.

"Silakan mencari pasangan masing-masing, harus laki-laki perempuan, tidak boleh sesama jenis."

Ucapan itu membuat semuanya hanya mengangguk pasrah.

Semua orang sudah berpencar untuk mencari botol yang dimaksud. Andin berpasangan dengan Fero, membuat sedari tadi jantung Andin berdebar kencang.

"Fer, gue capek!" Andin mengeluh.

"Terus?, minta digendong?" jawab Fero mengerutkan dahinya.

"Mau!!" mata Andin berbinar.

"Gak mau lo berat kek gajah!" ucapan Fero membuat Andin mendengus kesal.

Sedetik kemudian Andin menyunggingkan senyum.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Fero menatap Anidn bingung.

"Gue lihat botolnya!" jawab Andin memekik kegirangan.

Andin berlari mengambil botol yang terselip dibatang pohon. Namun ketika memegang botol tersebut, sebuah tangan juga memegang botol tersebut, membuat tangan mereka saling berpegangan.

Andin menatap cowok yang memegang tangannya.

Deg.

Jantungnya seakan berhenti seketika. Mata coklatnya, dan wajahnya sungguh membuat Andin nyaris tak berkedip.

"Elang." batin Andin masih menatap mata cowok itu lekat.

Cowok didepannya juga menatap Andin. Namun sedetik kemudian ia mengambil botol lalu pergi begitu saja.

Andin masih tidak sadar, ia menatap punggung Elang yang mulai menghilang. Mungkinkah itu Elang?.

"Andin." sebuah suara membuat Andin tersadar dari lamunannya.

"Lo gimana sih, botolnya diambil ma cowok tadi tuh." ucap Fero mendengus kesal.

"Fer diem!" ucap Andin masih menetralkan tubuhnya yang menegang.

"Gue gak mimpi kan fer?" tanya Andin tak percaya.

"Ya engga lah ndin lo gak mimpi. Kenapa sih emangnya?"

Andin tersenyum manis
"Seperti mimpi"

Fero menatap Andin heran.

"Apa itu kamu El?" tanya Andin dalam hati.

🍁🍁

Jam istirahat telah tiba, membuat Andin, Fero, Amel, dan Zidan memutuskan untuk makan di kantin.

Mereka semua tertawa ria, kecuali Andin. Sedari tadi Andin hanya memperhatikan orang-orang yang memasuki kantin. Andin berharap akan ada cowok yang tadi ia temui, namun sedari tadi hasilnya nihil.

"Ndin, lo ngapain sih dari tadi clingak-clinguk gak jelas bet." ujar Amel menatap sahabatnya heran.

"Gak ada kok" ucap Andin tersenyum kecut.

Fero menatap Andin lekat. Ia menyodorkan satu suap bakso.

"Makan nanti lo sakit!" ucap Fero dengan senyumnya.

Andin menegang seketika. Sedikit kemudian ia
menerima suapan Fero.

"Ciee sahabat jadi cinta!" ucap Amel menatap keduanya.

"Apaan sih." ujar Andin cemberut.

Fero hanya tersenyum melihat Andin yang cemebrut.

🍁🍁

Vote and comen 😗















Dream Prince🍁 [New Version]Where stories live. Discover now