03

317 7 0
                                    

Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh lagi?

Bolehkah aku masuk dalam daftar hidupmu?

Akan kulakukan semua untuk merebut hatimu.

- Ardiansyah -

🌿🌿🌿

Dilla mencoba mengabaikan, apa yang barusan didengar. Ia tidak ingin berlarut-larut dalam suasana seperti itu.  Dilla yang cuek dan Dian yang ramah. Dilla yang hobi update dan Dian yang  jadi komentator. Sangat bertolak belakang, tapi tanpa diketahui saling membutuhkan.

Terkadang perbedaan yang menyatukan hati lebih erat dari yang pernah dirasakan. Tidak selamanya perbedaan itu buruk. Tidak selamanya perbedaan itu menjauhkan.

Ingin beranjak pergi tapi kenyataannya telinga masih berfungsi dengan baik saat Dian tiba-tiba merespon lagi. Entahlah, kenapa cowok satu ini tidak pernah bosan dengan apa yang dia lakukan.

"Kok sakit ya Dil," ucap Dian sambil memegang dadanya. Dilla melirik ke arah Dian sekilas."Ya sudah kalau sakit ya tinggal ke UKS saja lah, rempong banget sih," jawab Dilla masih fokus dengan handphonenya.

"Kok lo gak peka sih Dil," ucapnya dengan nada kecewa.

"Lah, katanya lo sakit. Ya sudah gue suruh ke UKS. kan UKS tempat orang sakit," jawab Dilla polos. Masih dalam keadaan yang sama.

Dian makin kesel dengan tingkah Dilla yang kelewatan kurang peka."Bukan badan gue Dil yang sakit tapi hati nih yang sakit." sambil menunjuk dadanya. Dilla yang berada di depannya tak respon, malah asyik dengan handphonenya.

"Lo beneran gak peka apa pura-pura gak tau sih," heran Dian yang terus saja memperhatikan mimik serius Dilla.

Dilla yang terus saja diperhatikan lama-lama jengah juga,"Menurut lo," jawab Dilla sewot.

Apakah Dilla terlihat ketus banget ya? Salah gak sih kalau Dilla bersikap seperti itu?

"Yang lembut atu sama calon pacar," goda Dian pada Dilla. Dilla hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Baru calon aja belagu," ucap Dilla sambil berlalu meninggalkan Dian. Dian yang mendengar geleng-geleng kepala bingung mau menjawab apa.

Apakah jawabannya barusan mengundang bahwa dia berharap bisa pacaran sama Dian? Semoga Dian tidak berpikir seperti itu.

"Ya supaya Lo nantinya terbiasa gitu," tiba-tiba Dian sudah berjalan di samping Dilla. Dilla yang kaget ada suara yang tak asing langsung berhenti dan menengok ke sampingnya.

"Ngapain si Lo ngikutin gue? Terus siapa juga yang mau jadi pacar Lo? Ogah!"

Duh bilang dimulut ogah, gimana hati?

"Ya itung-itung pdkt gitu," jawabnya dengan senyum lima jari.

"Lo tanya siapa yang mau jadi pacar gue? Serius Lo tanya gitu? Tentunya semua cewek ngantre mau jadi pacar gue, termasuk Lo!" Tekannya.

"Gue?"menunjuk dirinya. "Lo gak salah orang? Yang ada sebelum lo nyatain keinginan lo, gue tolak duluan." Pergi meninggalkan Dian yang diam membisu.

2D (Dilla & Dian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang