09

215 4 0
                                    

Kalau suka itu bilang jangan cuma dipendam, giliran sudah diambil orang kamu menyesal tak karuan.

🌿🌿🌿

Aku benar-benar terpaku di tempat selama beberapa detik, setelah pengakuan dari Farsya dan juga Dian. Masih memegang sepiring somai yang hampir habis. Aku perhatikan Farsya lalu Dian secara bergantian. Eh iya kenapa aku tidak sadar ya kalau Farsya mirip banget sama Dian. Matanya terus caranya senyum. Pantes aku merasa nyaman banget pada momen pertama.

"Kalian beneran kakak dan adik?" Tanyaku pada Farsya dan Dian bersamaan. Serius ini masih belum konek. Mereka saling berpandangan terus senyum-senyum tidak jelas lagi. Sumpah aneh.

"Kakak gak percaya?" Tanya Farsya. Wajah mereka memang mirip tapi tidak dengan sifat mereka.

"kalian beda." Jawabku apa adanya.

"Hahaha, jelas beda lah. Gue cowok sedangkan Farsya cewek. Gimana sih miss update." Kali ini Dian yang menjawab dengan tawanya yang mengelegar. Disetujui dengan anggukan kepala dari Farsya.

Yang barusan dikatakan Dian tidak salah sih, pertanyaan aku yang kurang tepat saja. Tidak apa, mengalah itu bukan berarti kalah kok.

"Jadi lo beneran kakak kandungnya Farsya?" Tanyaku pada Dian yang sudah pindah posisi di sampingku. Entah kenapa juga harus di sampingku, kenapa tidak di samping Farsya sih.

"Iyaa miss update,"

"Jadi yang mau Farsya kenalkan ke kak Dilla itu Dian yang ternyata teman kakak?" Kali ini aku bertanya pada Farsya.

"Hehe bener banget kak." Sambil garuk-garuk kepala.

"Kita cocok kan dek?" Tanya Dian meminta persetujuan adiknya. Menggapit lenganku secara tiba-tiba.

"Iyaa cocok banget, Farsya suka."
Aku hanya memutar bola mataku malas. Ini seperti drama. Dan aku mencoba melepaskan lenganku dari Dian.

Sebentar, aku mencoba mencerna ini semua.

Lagi-lagi aku memperhatikan Farsya dan Dian secara bergantian. Hmm, aku menghela nafas panjang. Bentar, pertemuan ini kebetulan yang disengaja atau memang kebetulan yang datang tiba-tiba. Kenapa mereka malah senyum-senyum. Wah patut untuk dicurigai nih. Aku mencoba mengingat apa yang sedang aku lakukan beberapa menit yang lalu atau jam yang mungkin sudah kulupakan.

"Jangan melamun, gak baik." Tegur Dian dengan menepuk pundak kiriku pelan. Aku pun tersadar dari rasa penasaran ku. Entah Dian suka banget sih hari ini pegang aku. Orang kok aneh.

Oh iya, aku kemarin bikin story, tentang tips move on. End then, memang story yang ku buat ku sembunyikan dari Dian tapi tidak dengan Farsya. Jangan-jangan pertemuan ini sudah direncanakan.

"Jangan-jangan kalian sudah merencanakan ini semua?" Tuduhku tidak tanggung-tanggung. Berdiri dan menghadap mereka dengan bertolak pinggang. Persih kayak Bu kos yang lagi nagih uang kosan.

"Rencana apa sih? Kalau rencana memiliki sih iyaa, tapi sabar ya."

Gila bener nih cowok, pedenya itu loh.

"Pertemuan ini." Ucapku setelah sekian detik. Bersendekap dengan muka sok marah.

"Serius enggak kak, suwer deh." Balas Farsya. Mencoba meraih tanganku agar aku percaya.

"Lo mikir gitu ya Dil." Tanya Dian menatapku dengan intens.

"Iyaa karena kalian adik dan kakak. Semua saja bisa terjadi." Ucapku masih di posisi yang sama.

"Farsya gak ngajakin kakak kok kak Dil, kakak saja tuh yang ngikutin Farsya." Farsya tidak terima dituduh merencanakan pertemuan ini. Nyatanya Dian yang memang kepo lah yang patut disalahkan.

2D (Dilla & Dian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang