BAB 3 THE AMAZING DILEMMA

4.7K 180 0
                                    

Kenyataan semalam semakin membuat hati seorang Lucy Darrellyn Addison gundah gulana. Pikirannya masih tertuju pada Aland yang menunjukkan dua sikap berbeda pada satu pertemuan yang hanya berselang waktu beberapa menit saja.

Pria lembut juga sopan vs pria yang penuh arogansi, cerdas dan sombong. Semalaman penuh dia tidak bisa tidur lantaran memikirkan hal tersebut.

Jadi sebenarnya seperti apa sifat dan tabiat Aland? Kesan pertama Lucy menangkap jika Aland adalah perwakilan pria tampan, dewasa dan terhormat. Dia penuh pengertian jika dilihat dari caranya semalam mencoba memahami Lucy. Tapi dia juga... Ahh sudahlah. Lucy merasa putus asa sendiri memikirkannya. Dia memukul-mukul bantal di pangkuannya.

Tok.. Tok.. Tok...

Lucy bangkit dari tempat tidurnya menghampiri pintu yang baru saja diketuk. Sosok Anna muncul dari balik pintu kemudian menunduk sopan. "Selamat pagi Miss."

"Ada apa Anna?" Tanya Lucy lembut.

"Anda diminta segera turun untuk sarapan Miss. Tapi sebelumnya anda diminta untuk bersiap dengan pakaian casual anda karena Mr. Aland akan mengajak anda keluar pagi ini. Beliau sudah menunggu di ruang sarapan bersama tuan dan nyonya." Kata Anna sopan.

Lucy mengamati jam dinding di kamarnya yang baru menunjukkan pukul 07.30 pagi. Baru kemudian dia menghadap kearah Anna lagi. "Anna? Kamu yakin? Sepagi ini pria menyebalkan itu sudah datang kemari?" Tegas Anna meyakinkan.

Anna mengangguk."Betul Miss. Beliau sudah berada di sini dari beberapa menit yang lalu."

"Apa stok sarapan di rumahnya sudah habis? Sehingga dia harus datang sepagi ini hanya untuk numpang makan?" Gerutu Lucy yang langsung membuat Anna tersenyum. "Baiklah Anna, aku akan mandi. Dan katakan padanya, kalau dia diperkenankan untuk pergi kapan saja jika sudah merasa bosan menungguku lama." Setelah mendapat anggukan dari Anna, Lucy menutup pintu kamarnya kembali.

Anna langsung menghadap kepada majikan besarnya untuk menyampaikan apa yang baru saja di dengar. "Maaf tuan."

"Katakan Anna!" Pinta Emily lembut.

"Miss Lucy berkata bahwa Tuan Muda Aland diperkenankan untuk pergi apabila bosan menunggu Miss Lucy bersiap." Anna menyampaikan apa yang tadi Lucy katakan padanya.

Aland tersenyum lebar mendengar perkataan Anna barusan. Dia berkata pada Anna dengan ramah. "Terima kasih Anna. Tapi aku akan menunggu sampai berapa lama dia bersiap."

"Apa saya perlu menyampaikan hal ini kepada Miss Lucy?" tanya Anna kemudian.

"Tidak perlu, biarkan dia bersiap."

Billy menepuk pundak kekar Aland. "Maafkan putriku nak, dia suka bersikap kurang ajar. Maafkan aku yang mendidiknya dengan kurang baik."

"Nope Uncle.. Lucy gadis yang luar biasa. Mungkin dia butuh penyesuaian untuk bisa menerima ini semua. Akan saya pastikan, Lucy bisa menyukai saya kedepannya." Trik Aland untuk mencari muka.

"Baiklah nak, tunjukkan padaku keseriusanmu. Oh ya... kebetulan aku dan Emily ada acara keluar pagi ini. Jadi maaf karena aku tidak dapat menemanimu menunggu Lucy. Kau bisa menyeretnya keluar dari kamar jika dia tidak segara datang." Spontan berkataan Billy membuat Emily menepuk bahunya keras.

"Lucy itu anakmu bung, kau pikir dia apa?" Emily menoleh ke arah Aland. "Semoga kamu bisa sabar menunggu Lucy yang memang suka lama kalau di kamar mandi, jika ada perlu apa-apa kamu bisa memanggil Anna atau yang lainnya. Aku dan pak tua ini akan pergi sebentar. Dan jaga putriku dengan baik selama kalian pergi bersama. Aku akan sangat marah padamu jika terjadi sesuatu pada putriku." Petuah khas ibu-ibu menghiasi mulut Emily.

You Are My Destiny (COMPLETE)Where stories live. Discover now