Chapter 10

1.4K 76 1
                                    

Aku dan yang lainnya masih mengikuti Selena, dia memimpin kami dengan panduan dari jam tangan Ri. Ternyata, Ri tak sebodoh yang kukira, Ri jauh lebih jenius dari yang terlihat. Ri memang sulit untuk ditebak, atau aku yang terllu mudah ditebak?

Kami sampai disebuah hutan besar sejak beberapa menit yang lalu. Aku memejamkan mataku, mencoba menikmati udara yang segar. Aku tau di Klan Bumi sudah sedikit hutan selebat ini, hutan indah ini mungkin dapat membuatku lebih rileks.

"Disana! Miss ada disana!" Kata Ri dengan sedikit pelan, ia menunjuk sebuah jalan yang seertinya sering dilalui orang karena agak sedikit gundul ditengah. Aku dan Selena berjaga. Lio, yang sedang belajar bahasa Klan ini dengan Hiro, juga bersiap. Mungkin ia sudah mulai mengerti.

Aku menatap sekitar was-was, takut jika ada seseorang yang mengincar kami disini. Tapi, disana kosong. Tak ada apapun, hanya sebuah lahan luas yang rata dengan tanah. Aku menggertakkan gigiku, berusaha menahan semua emosiku. Aku sudah merasa lega, bahwa kami akan pulang! Tapi, kami belum menemukan Miss! Selena menatap Ri bingung.

Ri menatap tempat itu dengan tangan didagu, pose berfikir, ia memikirkan tempat Miss berada sekarang. Beberapa menit lengang, setelahnya Ri menendang batu yang cukup besar dengan kesal.

'Crak!'

Aku mengernyit, itu seperti suara mesin atau besi. Aku menatap Ri yang sumringah lebar, ia berlari kearah batu itu. Ia mencari sebentar, kemudian berteriak memanggil kami semua. Aku dan Lio cepat-cepat berlari kesana, disana ada sebuah tuas yang agak tersembunyi dibalik pohon besar. Ri mendorong tuas itu.

Suara keras memekakkan telinga terdengar, suara yang membuat gigiku ngilu tak karuan. Aku berbalik, melihat sebuah pintu terbuka ditanah. Ri berlari kesana dengan antusias, ia menengok kebawah. Ri berdiri dan berfikir, kami mendekatinya. Aku menatap Ri yang tampak mengambil sesuatu dari tasnya. Itu adalah....

Bola kasti? Apa Ri ingin main kasti ditempat seerti ini?!

"Ri? Untuk apa itu?" Tanyaku dengan raut wajah kesal, Ri hanya tersenyum penuh makna. "Kita tak tau apa yang ada didalam sana, jadi aku akan mengirim kamera ini kesana. Didalam bola ini ada kamera kecil, bisa kita pantau dari jamku!" Jelas Ri dengan bangga. Aku menatapnya tak percaya, Ri selalu melakukan hal yang tak kuduga.

"Baiklah, Ri! Lakukan rencanamu!" Selena tersenyum untuk mendukung rencana Ri. Lio masih melihat-lihat disekitar. Sedangkan Ri sudah melempar 'bola'nya kedalam tempat itu, ia memencet suatu tombol di jam miliknya. Sebuah hologram muncul dari sana, itu terlihat sangat keren.

"Hmm... Sepertinya disana aman, hanya saja banyak sekali lorong. Tapi, tak masalah, kita bisa melempar lebih banyak kamera" Kata Lio dengan bahasa Klan Bulan, meski sangat hancur dan patah-patah. Aku menatapnya tak percaya, Lio menunjukkan sebuah buku kecil. Buku itu adalah kamus bahasa Klan Bulan dan Klan Bumi. Kebetulan, buku itu memakai bahasa Indonesia.

"Lanjutkan pelajaran bahasamu" Kata Selena dengan bahasa Klan Bumi, Lio tercengang. Sebelum ia bicara, Selena dan Ri melompat masuk ke lubang rahasia tersebut. Hiro, dan Lio yang masuk sambil mengomel. Aku masuk paling terakhir, aku dapat merasakan hawa yang tak menyenangkan disini.

Aku terpana melihat lorong besi tersebut, lorong itu terbuat dari dinding besi. Terlihat kokoh, kuat, dan keren. Lampu sorot ada disetiap samping dinding, jika ada seseorang lampu itu otomatis menyala. Keren, itulah kata pertama yang dapat kupikirkan.

"Keren sekali! Kira-kira siapa yang membuat lorong bawah tanah semewah ini?! Bahkan menyediakan karpet segala!!!" Jerit Ri saat selesai dari kagumnya, Selena bahkan tercengang. Tugasnya sebagai pengintai seharusnya sering melihat tempat seerti ini bukan?

"Tunggu! Bagaimana kalau terjadi seperti di TV!? Ada sesuatu seerti laser saat orang lain selain yang dikenal masuk? Atau alarm?" Hiro menghentikanku yang hendak melangkah lebih jauh. Selena mengeluarkan sebuah benda kecil dari kantungnya, bedak?

"Selena? Kau ingin berdandan disaat yang tidak tepat" Kata Hiro sambil bersedekap dada. "Kami tunggu. Tapi, jangan lama-lama" Kata Hiro yang membuat Selena dan Ri tertawa. Apa yang lucu?

"Kau pasti tak menontonnya sampai habis! Disana pasti ada adegan laser terlihat dengan meniupkan bedak! Hahaha..." Ri tertawa mengejek, Selena tersenyum dan meniup bedak itu di lorong, membuat beberapa laser terlihat.

"See~?" Kata Ri dengan nada meyakinkan yang menyebalkan untukku. Hiro hanya facepalm melihat laser yang terlihat karena bedak.

Selena tersenyum, ia mulai berjalan melewati laser-laser tersebut dengan mudah. Tubuhnya yang lentur membantunya melakukan semua itu.

"Bolehkah aku menghilang saja?" Tanyaku pada Selena, Selena menggeleng. "Berisiko. Bisa saja ini teknologi yang dapat mendeteksi petarung yang menggunakan kemampuan menghilang" Kata Selena memberi alasan, aku mengangguk dan mulai melewati laser dengan perlahan-lahan.

15 menit adalah waktu yang kuperlukan dalam melewati kumpulan laser tersebut. Aku sampai paling terakhir karena berhati-hati, sedang Ri sangat bersemangat, Lio merasa tertantang, dan Hiro yang biasa saja.

"Baiklah, ayo kita lanjutkan" Sahut Selena sambil berjalan menuju lorong berikutnya, lorong dengan persimpangan. Aku menatap lorong itu cemas, manakah yang harus kami pilih? Bagaimana kalau dipasang jebakan yang tak dapat dilihat kamera Ri?

"Kita pilih lorong sebelah kanan, Selena. Lorong depan adalah jalan buntu. Sedangkan, lorong kiri menuju suatu jebakan" Jelas Ri sambil berjalan menuju lorong kanan. Aku hanya mengikuti, tiba-tiba Hiro menginjak lantai yang bisa turun jika terinjak. Mungkin jebakan?

"Hati-hati Tuan Muda Hirota Wirata. Anda takkan tau apa yang akan terjadi jika salah menginjak" Sindir Ri sambil terua berjalan, bahkan tanpa melihat depan karena sibuk melihat jamnya. Hiro mendengus, ia tak suka dipanggil begitu formal oleh kami. Aku hanya mengikuti dari belakang, terdiam sambil memikirkan Miss sekarang.

Apakah mereka baik-baik saja? Apa mereka diperlakuakan dengan baik? Atau malah disiksa oleh bawahan orang jahat itu?!

Aku terus berjalan sampai tak sadar menginjak sesuatu. Alarm disana berbunyi, manikku membulat. Aku baru saja menyalakannya, alarm tanda penyusup. Suara derap kaki terdengar menggema dilorong didepan kami, aku meringis. Aku merasa bersalah karena tidak bisa fokus dengan misi ini, bahkan aku sangat ceroboh dengan menginjak jebakan mereka. Kami akan tamat.

"Lari!" Selena memberi aba-aba, kami berlari kebelakang, tapi disana juga terdengar derap kaki yang menggema. Aku terlalu fokus dengan kecepatan berlariku sampai tak bisa memastikan suara itu. Nafasku tersenggal.

Kumpulan pasukan dengan seragam khusus muncul dari belakang dan depan kami. Manikku berkaca-kaca, dalam hati aku terus mengutukki kecerobohanku, aku yang bersalah dalam kejadian ini.
Sebelum aku memikirkan rencana mereka sudah mendekati kami, mereka mengelilingi kami dengan menodongkan senjata.

Celaka!!! Kami terkepung.

*****

Nanti ada chara baru guys... Di-chap setelahnya ya!

BUMIOnde histórias criam vida. Descubra agora