03: you and me, two by two.

978 216 12
                                    

 and if trouble comes our wayi know my twin will save the day

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

 and if trouble comes our way
i know my twin will save the day

(lagu bisa didengarkan di media)

//

  Awalnya, dunia hanya sesempit jarak antara bahu kanan Jingga dengan bahu kiri Fajar.

Sebagian besar orang berpikir bahwa itu wajar. Mereka berdua kembar. Sejak berada di dalam rahim ibunda pun, mereka sudah berdua. Tak peduli berapa banyak orang yang masuk ke dalam hidup mereka pun, pada akhirnya mereka akan tetap berdua. Jingga kecil dan teman-teman barunya, teman-teman yang ia kenalkan dan ia tendang keluar lingkaran hanya karena menyakiti Fajar kecil yang canggung. Siapapun yang ingin berteman dengan Jingga tidak boleh menyakiti Fajar karena Jingga dan Fajar sudah seperti satu badan. Menyakiti Fajar berarti menyakiti Jingga dan sebaliknya.

Jingga tidak mengerti mengapa mereka semua menyakiti Fajar. Memangnya apa yang salah dengan Fajar? Bukankah Fajar anak pintar dan baik? Apakah karena Fajar pemalu dan tidak pernah ikut menjahili anak-anak perempuan? Jingga tidak mengerti. Orang tuanya mengajarkan mereka untuk berbuat baik kepada siapapun, untuk tidak pernah jahat kepada orang lain, untuk selalu saling menyayangi sesama makhluk.

Dan umur Jingga baru sepuluh tahun saat ia menyadari bahwa tidak semua orang bisa seperti itu.

Di saat Jingga mulai berbuat jahat dengan meninju semua orang yang berlaku jahat dengan Fajar, Fajar masih berlaku seperti ajaran orang tua mereka. Menjadi baik. Menjadi lembut. Tiap kali Jingga meminta Fajar untuk sedikit bersikap tega (misalnya, menolak para perundung yang mengemis pekerjaan rumah Fajar untuk disalin), Fajar tetap teguh untuk berbuat baik sampai Jingga menyerah.

Ia mungkin tidak dapat meluluhkan pendirian Fajar, tetapi ia dapat mencoba cara lain untuk melindungi adiknya.

Mendorong orang-orang jahat ke luar lingkarannya—lingkaran mereka berdua—adalah satu-satunya cara yang ia tahu. Dengan demikian, Fajar akan selalu aman, bukan?

Bukankah sejak awal mereka hanya berdua? Mengusir orang-orang bukanlah hal yang salah, bukan?

.

.

.

Kali pertama Fajar membawa seseorang untuk diperkenalkan pada Jingga adalah sore saat mereka berdua tengah menunggu Papa menjemput. Tatkala Jingga kembali dengan dua bungkus es krim di tangan, ada seorang anak lelaki yang duduk di samping Fajar. Jingga yakin ia sering melihat anak lelaki itu di sekolah—mungkin anak kelas sebelah? Tangan kecilnya refleks terkepal. Mau apa anak itu dengan adik kembarnya?

Melihat raut muka kakak kembarnya, Fajar refleks bangkit dari tempat duduknya dan tersenyum lebar. Senyum senang—adiknya senang. Anak lelaki itu berarti tidak jahat, siapapun yang membuat Fajar tersenyum bukanlah orang jahat. Bahu Jingga yang semula menegang kemudian melemas. Matanya menatap mata bulat Fajar, menanti penjelasan lebih.

"Bang, ini Dira." Tangan Fajar mengarap pada Dira (anak lelaki itu tersenyum sampai matanya menyipit, senyum itu bukanlah senyum jahat) sebelum terkekeh kecil. "Temen baru Fajar. Hehe. Orangnya baik, kok!"

Ada sedikit rasa tidak terima karena kaki-kaki kecil lain yang masuk ke dalam lingkaran mereka. Untuk apa? Apa akan sama seperti yang lainnya—singgah sejenak hanya untuk menyakiti adik kembarnya? Ingin ia defensif, ingin ia menendang mereka sebelum Fajar disakiti. Tetapi saat ekor matanya mengarah pada wajah Fajar kecil yang tersenyum., perasaan iba itu menjalar lagi. Anak bernama Dira ini mengajukan diri menjadi temannya Fajar—mengapa ia tidak mencoba?

Dan Jingga kecil mengulas senyum selebar mungkin sebelum mendekat, merangkul Dira dengan penuh keakraban. Dicobanya untuk membuang resah yang mengganjal hati—Fajar tersenyum senang, seharusnya Jingga mencoba percaya, bukan?

"Hai, selamat datang! Inget ya, temennya Fajar itu temenku juga!"

Dira tertawa kecil, beriringan dengan tawa Fajar dan Jingga yang bersusul-susulan. Matahari mulai terbenam saat Jingga berceloteh soal keinginannya memperkenalkan Dira pada Papa, Bunda, dan Erina kecil, seraya berusaha untuk menghilangkan rasa tidak enak itu di dalam hati. Tidak apa-apa. Semua tidak akan ada apa-apa selama Fajar tersenyum senang.

Dunia mulai meluas, menjadi tiga petak kaki-kaki kecil mereka. Dan Jingga kecil tahu, ia tidak akan pernah menyesal mengizinkan Dira masuk ke dalam dunia mereka.

//

karakter tambahan:

Hwang Hyunjin
sebagai
Diraditya Ardhan

detil antara hubungan fajar dan dira dapat disaksikan di buku kedua: day by day.

//

Maaf banget ini masih pendek huhu ;---------; nanti bakal saya panjangin lagi ;--------; mohon doanya biar saya sukses diskusi bedah mulut ya. diskusinya insya Allah senin nanti :") kalo sukses, saya janji bakal double update ff ini :""))

[1/3] jingga dan fajar.Onde histórias criam vida. Descubra agora