05: like a papillon

901 200 36
                                    


"the system is a problem: they made a new me

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"the system is a problem: they made a new me."

(jackson wang)

//

Semua dimulai dari sebuah ajakan beberapa orang pemuda di hari pertama sekolahnya.

"Jingga Yudhistira, kan? Kami enggak punya vokalis. Gabung, yuk?"

Dan Jingga menerimanya sebagaimana Putri Salju menerima buah apel dari seorang nenek tua.

.

.

.

Sejak sekolah dasar, semua orang tahu jika Jingga bersuara merdu.

Belum lagi kemampuannya memainkan gitar yang menjadi buah bibir (tidak lupa dengan Fajar dan keyboardnya, mengiringi nyanyiannya). Selalu ada panggung bagi Jingga di hampir setiap acara sekolah. Dan Jingga kecil menyukainya. Berada di atas panggung, menjadi pusat perhatian semua orang. Kontradiksi dengan Fajar yang selalu menciut tiap kali menjadi pusat atensi, Jingga menyukainya.

Semasa SMP, semuanya tampak begitu mudah. Jingga selalu tampil dan nilai-nilainya selalu baik (tidak bisa mengungguli cemerlangnya nilai-nilai Fajar, tetapi tak akan pernah terlalu jauh dari Fajar). Banyak yang suka jika Jingga menyanyi. Berkat menyanyi, Jingga dicintai.

Dan Jingga mengiyakan ajakan untuk menjadi vokalis itu demi satu hal—ia pun, juga ingin tetap dicintai.

.

.

.

"Ini—ruangannya?"

Jingga mengerutkan kening. Dibandingkan ruangan sebuah klub resmi sekolah, tempat ini lebih pantas disebut sebagai gudang (dengan sarang laba-laba yang masih setia menggantung di langit-langit, tumpukan debu yang masih menjejak, dan kursi-kursi yang masih berantakan). Mengikuti langkah kakak-kakak kelasnya, Jingga menarik sebuah kursi dan duduk di atasnya. Biarpun berdebu, di ruangan ini setidaknya ada alat-alat musik—sebagian masih berbungkus kain putih, sebagian yang terbuka tampak baru. Ada beberapa boks busa-busa peredam suara yang kardusnya terbuka. Mungkin, ruangan ini tengah menjalani proses renovasi sebelum dapat digunakan untuk kegiatan klub dengan layak.

"Iya. Sori, klubnya baru resmi tahun ini." Seorang pemuda jangkung meringis. Mata Jingga menatap nama yang tertulis di seragam putih abu. Yudha. "Berkat lo. Kami kekurangan anggota dan enggak ada yang mau gabung kecuali lo, Ga."

Lengan Yudha kemudian menyikut pemuda lain di sisinya (kembali Jingga membaca nama yang tertera pada seragam, namanya Christian). Christian berdeham, menatap Jingga lamat sebelum tersenyum ramah. Sebuah senyum yang paling hangat ia terima hari ini. Jingga dapat menyimpulkan dari kilatan matanya. Kontradiksi dari Yudha dan kawan-kawannya, Christian orang baik dan anak yang baik-baik.

[1/3] jingga dan fajar.Where stories live. Discover now