10: 42

734 160 22
                                    

trigger warning: suicidal thoughts, suicide attempts, if you're in bad mental condition please DO NOT READ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


trigger warning: suicidal thoughts, suicide attempts, if you're in bad mental condition please DO NOT READ

//

"before i asleep forever
i'm trying to find meaning in this emptiness"

(3racha)

//

Umurnya enam belas tahun saat Tatiana ingin mati.

Dan di suatu hari, ia memutuskan bahwa ini adalah harinya yang terakhir hidup di dunia. Di hari itulah, pertama kalinya dalam seumur hidup, Tatiana membolos. Ia tidak tahu ke mana ia melangkah, yang ada di pikirannya hanya menikmati semua yang bisa ia lihat—entah sesepele tukang parkir mengatur jalannya mobil, atau sekedar anak-anak berseragam sekolah terkikik jumawa, senang akan pemberontakan kecil semu mereka. Ia menghabiskan uangnya, mencicipi makanan apapun yang belum pernah ia makan sebelumnya. Makan sampai lambungnya terasa penuh. Kapan lagi sebebas ini? Besok kan, Tatiana akan mati. Kepalanya telah merancang bagaimana ia mati nanti, tengah malam saat orang-orang terlelap, Caranya telah dipikirkan matang-matang. Ia telah membeli cutter paling tajam agar tak menyakitkan. Untuk apa memikirkan besok? Akhirnya ia terbebas dari beban ini. Mungkin, memang begini rasanya memikirkan kebebasan—ringan, lepas.

Lalu apa?

Tatiana yang tidak punya tujuan lagi memutuskan untuk masuk ke dalam kafe yang ramai. Siang itu terik, pengunjung pun ramai, Ditambah dengan performa band yang entah-siapa-ia-tak-kenal. Awalnya, niat Tatiana hanya sebatas duduk sejenak, sampai merdunya suara sang vokalis membuatnya tergelitik untuk mendekat. Tetapi siapa mereka? Itu, yang membuatnya tergerak bertanya pada seorang gadis yang juga tengah menonton di dekatnya.

"Siapa?"

Maksudnya mereka. Mereka semua. Mereka yang dengan beraninya berada di atas panggung, mereka yang dengan beraninya bernyanyi di depan semua. Ada ternyata orang yang dapat seberani itu, kontras dengan Tatiana yang hidup pun takut.

"Oh, mereka? Mereka itu band SMA—apa ya, aku lupa juga, tapi gitu-gitu mereka fansnya banyak! Yang nyanyi namanya Jingga, terus yang di sebelah sana Christian—"

Penjelasan bersemangat gadis di sebelahnya perlahan memudar, menguap bersama sorak sorai di udara. Mata Tatiana menatap lurus sang vokalis yang tersenyum lebar—vokalis yang bernama Jingga. Seakan ia adalah seorang raja dan panggung ini adalah singgasana tempatnya duduk. Tatiana awam soal musik tetapi ia dapat menebak bahwa Jingga memang garis takdirnya menjadi penguasa panggung.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Tatiana tergelitik ingin tahu,

"Jingga, ya?"

.

.

.

Tidak butuh beberapa lama hingga Jingga dan kawan-kawannya tampil di sekolah Tatiana.

[1/3] jingga dan fajar.Where stories live. Discover now