#24 . Ada dan Kita Nyata

587 61 2
                                    

S: Ted, kamu tahu kenapa aku masih dan selalu nyaman berbagi cerita ke kamu? Bahkan sampai saat ini aku belum bisa menemukan orang lain seperti kamu, Ted.

Ted: Hmm, alasannya?

S: Aku merasa nggak perlu mengatakan, bahkan sampai berteriak, tentang apa yang aku rasakan dan aku pikirkan kepada orang lain. Aku selalu merasa diriku terlalu rumit dan berantakan. Beberapa kali aku pernah mencoba, hasilnya sama. Nggak ada seorang pun yang dapat mengerti. Alih-alih mendapatkan telinga yang mau mendengarkan, justru aku lelah sebab muncul banyak sembarang penilaian. Sedikit memahami pun nggak. Dan aku nggak bisa memaksakan orang lain untuk mengerti. Sama sekali nggak.

Ted: Sebab kamu berbeda, S.

S: Nggak, sama saja. Aku dan mereka sama-sama manusia.

Ted: Tapi kamu bukan mereka. Sebab itu, kamu merasa nggak ada seorang pun yang dapat mengerti dirimu. Kita adalah persamaan yang berbeda dan perbedaan yang memiliki kesamaan.

S: Menyebalkan, tapi menyenangkan.

Ted: Kamu hanya belum menemukan. Astaga! Sepertinya sudah berkali-kali aku mengatakan ini padamu. Coba kalau kamu punya waktu luang, hitung sudah berapa kali aku mengatakannya. S, akan sampai pada masanya kamu nggak lagi merasa 'sendirian' di bumi. Akan ada yang mengerti dan memahami tawa dan laramu. Mungkin sekarang aku bisa ada di posisi itu tetapi kamu tahu, aku pernah mengatakan ini juga, kita nggak bisa selamanya seperti ini.

S: Aku harus selesai dengan diriku sendiri dulu.

Ted: Nggak akan pernah. Selesai dengan dirimu sendiri sama halnya dengan tugas dan peranmu selesai di bumi. Selama kamu masih bisa melihat matahari, merasakan pergantian siang dan malam, mendengar suara derasnya hujan di bumi, kamu akan selalu berproses, menyelesaikan apa yang belum selesai di dalam dirimu.

S: Aku ingin menduplikasimu, boleh?

Ted: Jangan ada orang lain seperti aku, S. Kita sama, rumit dan berantakan.

S: Dan ada. Dan kita nyata.

***

Temu Wicara #2Where stories live. Discover now