Part 6

6K 714 307
                                    

Ada yang kangen dengan ff ini? Maaf lama update, aku lagi sibuk dengan tugas hehehe.

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Hari ini Wendy pulang lebih awal karena hanya mengajar satu kelas. Setiap kali jadwal mengajarnya selesai lebih awal, Wendy selalu menyempatkan diri untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya dan Tuan Park. Di sana, Wendy selalu menceritakan kegiatan yang dilakukannya hingga terkadang dia tidak sadar jika hari sudah sore.

"Ayah, ibu, Ayah Park, Wendy harus pulang karena sudah sore. Wendy janji akan ke sini lagi dan bercerita banyak hal kepada kalian."

Wendy mengecup nisan kedua orang tuanya dan nisan milik Tuan Park secara bergantian. Fyi, letak makam Tuan Park berdampingan dengan makam kedua orang tua Wendy.

"Wendy pulang dulu, ayah, ibu, Ayah Park." Wendy tersenyum tipis dan pergi dari pemakaman.

Sesampainya di rumah, Wendy segera menaruh tas di sofa. Gadis berhati lembut itu berjalan ke dapur untuk meminum segelas air.

"Segarnya~" Wendy tersenyum ketika tenggorokannya kembali terasa segar.

Wendy menaruh gelas di meja makan. Senyumnya luntur perlahan ketika melihat porsi nasi goreng yang dibuatnya tadi pagi tidak berkurang sedikit pun.

Wendy hanya bisa menatap nanar sarapannya yang lagi-lagi tidak tersentuh sama sekali. Dengan berat hati, Wendy membuang nasi goreng itu ke tempat sampah karena sudah basi.

Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Wendy memang sudah mulai terbiasa dengan semua ini, namun tetap saja rasanya sangat sakit.

Wendy mencuci wadah nasi goreng berikut gelas yang tadi dia pakai. Setelahnya, gadis itu meninggalkan dapur untuk membersihkan diri.

Niat Wendy untuk pergi ke kamarnya harus tertunda ketika melihat pintu kamar Chanyeol yang sedikit terbuka. Dengan pelan, Wendy berjalan ke sana dan mengintip.

Kamar Chanyeol sangat berantakan. Seprai ranjang dan letak bantal nampak berantakan. Sungguh, Wendy tidak betah melihatnya. Dia ingin sekali masuk ke dalam sana dan membereskan semuanya. Tapi Wendy takut jika Chanyeol akan marah padanya karena telah lancang.

Wendy menggeleng pelan. Tidak, dia tidak boleh takut. Sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri untuk membereskan kamar Chanyeol, suaminya.

Akhirnya Wendy memberanikan diri untuk masuk. Dengan telaten, Wendy membereskan seprai milik Chanyeol, menata bantal gulingnya, dan menaruh pakaian kotor Chanyeol yang belum sempat pria itu bereskan.

Wendy duduk di ranjang. Gadis itu mengambil salah satu bantal guling milik Chanyeol dan memeluknya dengan erat. Aroma maskulin khas Chanyeol menyapa indera penciuman Wendy, membuat gadis itu terlarut dalam pikirannya sendiri.

'Andai aku bisa memelukmu seperti ini, Chanyeol.'

Kedua mata Wendy terpejam. Beberapa saat setelahnya, airmata kesedihan mengalir membasahi pipi mulus Wendy.

'Sangat sulit bagiku untuk menggapaimu, Chanyeol. Di saat tanganku terulur padamu, punggung tegapmu semakin menjauh.'

Airmata Wendy semakin mengalir deras.

'Andai saja aku tidak mencintaimu, aku pasti tidak akan sesakit ini. Tapi nyatanya, semakin hari, perasaan ini semakin besar hingga aku sulit untuk membendungnya.'

Isakan kecil mulai keluar dari mulut Wendy.

'Aku selalu berharap suatu saat nanti kamu mau melihatku. Aku selalu berharap suatu saat nanti kamu memperlakukan aku, sama seperti kamu memperlakukan Joy. Bisakah aku terus berharap seperti itu, Chanyeol?'

▶Love, That One Word ✔Where stories live. Discover now