BAB 37

6.7K 330 7
                                    

Kabar tentang serangan jantung yang dialami oleh Armando membuat banyak orang terkejut, khususnya berita tentang percobaan pembunuhan yang menimpa Chris. Isabel sudah banyak menangisi kondisi yang dialami Chris. Belum juga pulih kekecewaannya tentang kabar kehamilan Mellisa akibat perbuatan putranya, sekarang dia benar-benar harus melihat putranya terbaring tak sadarkan diri akibat tusukan benda tajam yang dibawanya sendiri.

Mellisa masih tak banyak bicara, belum juga mengutarakan perihal kebenaran kondisi kandungannya yang gugur dan kebohongannya pada Chris. Wanita itu mengurung diri di kamar berhari-hari, menyesali dan meruntuki akibat perbuatannya.

Wanita memang bisa lebih menyakiti dari tajam nya pedang. Begitulah akibat perbuatan Mellisa, tak hanya Armando yang kena serangan jantung, tapi laki-laki yang dikhianati nya jadi korban.

Andres bersama Kepolisian Meksiko masih berusaha mengejar Juan. Entah kemana laki-laki itu melarikan diri, tapi Mellisa selalu dihantui perasaan dendam karena dimanfaatkan oleh Juan. Salahnya jika malam itu dia terbujuk rayuan Juan, juga mencintai laki-laki yang tak mencintainya.

Ruang pengobatan Chris tertutup rapat. Isabel dan Armando masih menunggu di luar.

"Sudah temukan pelaku nya?" Desak Isabel. Armando menggeleng, "Tolong jangan membuat semuanya tambah panik, Isabel. Aku sudah berupaya, kami sudah berupaya. Mellisa dan Andres juga berupaya."

"Bagaimana keadaan perempuan itu?"

Tapi Armando tak menjawab. "Kau tetaplah disini." Ucapnya lalu memeluk Isabel seraya mengecup keningnya, "Chris akan pulih, jangan khawatir."

"Temukan laki-laki itu." Balas Isabel. Armando mengangguk. "Aku berjanji." Lalu dia pergi meninggalkan Isabel di lorong sendirian.

***

"Ayah!" Teriakan Jason membuat Marie kaget, anak laki-laki itu berlari mengejar Will yang sekarang sudah bisa berdiri dan berjalan kembali normal. "Oh..."Marie tak bisa menyembunyikan perasaan harunya, lalu bersama John tertawa girang melihat Will yang sekarang menemui mereka.

John memeluk Will kuat, "Selamat nak..."Tangannya menepuk pundak Will berulang kali. "Ini kabar baik, kita harus rayakan!"

"Tidak ayah." Tolak Will cepat.

"Ibu senang, Will." Ucap Marie. "Kita harus buat perayaan untuk ini." Tapi Will menolak sekali lagi. "Aku merindukan mu, teman!" Will menatap Jason, mengecup jari-jari kecil tangannya.

"Apa kita akan bermain bersama lagi?"

"Tentu."

"Mau melihat Bony?"

"Bony?" Jason menatapnya bingung. Marie segera menyanggah, "Oh, oh, tidak, jangan bawa putra mu ke peternakan!"

Will tertawa, "Ibu dia harus berinteraksi pada siapa pun, apa pun."

"Tapi, Will---"

"Jason akan aman, Ibu." Jawab Will yakin. "Dia benar, aku melakukan hal yang sama untuk Will saat dia kecil. Mengapa sekarang kau melarangnya melakukan hal yang sama?" John menambahi.

"Will cidera, oh aku tak kan pernah lupa."

"Pergilah, bawa cucu ku bertarung." John mendorong Will.

"Dia masih empat tahun, demi Tuhan Yesus bawa kembali cucu ku. Pergilah."

Will tahu ini saat yang tepat, musim salju tidak menjadikan hewan liar. "Saat kau besar, kau ingin menjadi apa?" Tanya Will.

Mereka berdua berjalan, sedikit jauh masuk sebuah lapangan pacuan. Meski musim salju, tapi rumput tetap menghijau segar dan tanahnya tidak terlalu lembek. Jason masih terus didekapan Will, mereka berjalan hampir seratus meter untuk kesana. Keluarga Altamirano memang punya peliharaan kuda pacu. Setiap musim panas tiba, Will biasa menunggang kuda. Sejak John pensiun, dia sering membawa Will kecil untuk berpacu kuda.

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang