BAB 55

6.2K 290 7
                                    

Alle sedang berdiri dengan pakaian dalam nya saja, baru selesai mandi dan akan bertemu Lori disebuah Taman Kota, saat tiba-tiba pintu terbuka. Alle memutar badannya cepat.

"Kau harus mengetuk lain kali."

Pandangan pertama Will jatuh pada kait bra Alle dan karet celana dalam nya, punggung Alle yang licin dan lembab karena sepertinya beberapa tetes air masih melekat disekujur kulitnya.

"Maaf." Will memutar badan, "Kau bisa lilitkan handuk sementara, cepatlah." Entah sejak kapan, tapi mereka berdua semakin canggung. Sesuatu yang aneh antara mereka, sementara bercinta adalah hal yang selalu mereka lakukakan di tiap kesempatan.

Alle melepas handuk di kepala nya, melilitnya cepat ke badan. "Aku sudah selesai."

Will memutar badan, "Harusnya kau selalu mengunci kamar ini." Desis Will. Bagaimana pun, seseorang bisa menerobos masuk saat Alle berdiri seperti sekarang itu, pikir Will. Ini sama saja seperti membiarkan seseorang menikmati pemandangan tubuh Alle, kan?

"Tak ada orang selain aku di tempat ini," Alle membela diri. "Lagipula, aku tidak akan tinggal disini lagi kan?" Gumam Alle.

Will duduk di tepi ranjang, melepas dasinya. Sikap Will membuat Alle was-was, seperti membaca pikiran Alle, Will menggumam, "Aku tidak menginginkan seks. Jika yang kau maksud aku ada di kamar ini."

Alle mengangguk, merasa bersalah karena sepertinya dia secara masiv menolak ajakan bersetubuh dari suaminya sendiri. Meski Alle dan Will tidak benar-benar berpisah untuk sekarang. Will masih punya hak itu, Alle mendesah. "Maaf." Ucap Alle pelan.

"Bisa kau memakai baju cepat? Aku tidak suka melihat mu seperti itu." Desis Will. Alle tersipu, salah tingkah. "Aku mendengarnya, kau bisa katakan ada apa."

Will berdiri mendekati Alle, "Aku minta maaf." Ucapnya seraya berlutut. Alle tercengang, "Ap-apa yang kau lakukan?"

"Aku bersalah." Lanjut Will. Dia menengadahkan kepalanya ke atas, menatap kedua mata Alle. "Ini salah ku."

"Will, apa yang kau bicarakan?" Alle menarik kerah jas Will untuk berdiri, "Kau tidak harus berlutut, berdirilah dan katakan. Lihat aku."

Alle membelai wajah Will, menatapnya penuh kecemasan, "Aku tidak ingin berpisah. Sungguh, aku sangat mencintai mu. Tapi aku menginginkan bayi ini. Aku tidak bisa, tidak bisa menghilangkannya. Ini keputusan yang sulit, aku tahu."

Will menepis tangan Alle diwajahnya, mencium telapak tangannya, "Tidak ada berpisah, tidak juga tentang bayi itu. Aku menyesal. Aku merasa jika sekarang semua benar-benar menginginkan bayi, Jason mengambil obat itu dari mu. Aku melihatnya, botol itu bersama Ibu. Aku sangat menyesal."

Alle segera mencium bibir pria itu, melumatnya dalam, "Kau tahu," Alle mendesah, menatap kedua bola mata Will seraya menempelkan kening mereka. "Aku tidak keberatan jika harus berdiri tanpa baju sekarang."

Will tersenyum, mencium Alle lambat, "Aku tidak bisa," Will menarik leher Alle, "Tidak bisa menolak ajakan bercinta dari sumber oksigen ku."

Alle tertawa, "Kita berdamai?"

"Ya, berdamai Nyonya Altamirano."

***

"Alle, apa kita jadi bertemu? Karena sepertinya aku sudah menghabiskan banyak uang ditempat ini, menunggu mu. Sial, apa kau mematikan ponsel? Demi tuhan aku akan menghajar mu jika sekarang kau benar-benar membatalkan janji ini. Kau berhutang enam puluh tujuh Dollar, Alle."

Alle tertawa geli bersama Will, "Dia menunggu mu?"

"Itu benar. Tadinya aku ingin bertemu Lori, mengatakan jika kita akan bercerai. Tapi sekarang aku benar-benar bercinta dan batal pergi. Will," Alle memiringkan kepalanya menghadap Will, "Bisa kita melakukannya lebih lambat dari sebelum ini?"

AFTER MORNING COMES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang