1

21.6K 1.8K 370
                                    

Sore itu, sosok bocah manis dengan seragam SMP-nya duduk dengan memeluk lutut. Wajahnya memerah dan juga mata rubahnya yang terlihat sembab itu terus mengeluarkan air mata.

Suara teriakan kedua orang tuanya diluar sana benar-benar membuatnya frustasi. Hanya darah yang terus menetes dari permukaan kulitnya lah yang bisa menenangkannya saat ini. Tak terlalu dalam cutter yang ia goreskan pada pergelangan tangannya, namun itu sudah sangat banyak. Membuat siapa saja pasti akan merasa ngilu saat melihatnya.

.

.

"Berhentilah bertengkar!"

Sosok bocah lain dengan seragam SMU juga name tag bertuliskan Hwang Hyunjin itu berdiri didepan pintu dan sudah disuguhi keadaan ruang keluarga yang berantakan.

Wanita yang berdiri didepan Minhyun itu masih menatap pria didepannya dengan tatapan lantangnya.

"Jeongin masih kecil. Dia masih membutuhkanmu!"

"Urus saja sendiri! Aku akan cari uang sendiri tanpa suami yang sebentar lagi akan bangkrut sepertimu!"

Wanita itu seakan tak mendengarkan jawaban pria tampan itu dan mulai menarik kopernya.

"Ma, jangan pergi" Hyunjin menahan tangan mulus sang ibu, dengan tatapan penuh harap. Tak ingin ibunya itu pergi. Wanita cantik itu dengan cepat penepisnya, ia terlampau emosi untuk menghadapi anak sulungnya itu.

"Mama!"

"SANAA"

Wanita cantik itu mulai memasuki mobil dan meninggalkan rumah mewahnya yang ia tinggali bersama keluarga kecilnya itu hampir 20 tahun lamanya.

Hyunjin berbalik, menatap sang ayah dengan emosi yang ketara diwajah tampannya.

"Papa bener-bener pengecut" geram Hyunjin mulai meninggalkan pria yang masih berdiri disana. Ia melangkahkan kakinya naik kelantai atas, menuju kamar Jeongin. Yang mungkin bisa sedikit membuatnya terhibur saat melihat tingkah polos adiknya itu.

tok tok tok

"Jeong, Jeongin didalem?"

'hiks'

Hyunjin memijat tulang hidungnya. Ia menghembuskan nafas pelan sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Dek, mereka udah berhenti bertengkar kok. Bukain pintunya, hm?" lirih Hyunjin berusaha menenangkan namja manis didalam sana dengan suara selembut mungkin. Ia terus mengetuk pintu kayu itu pelan, yang sudah bisa ia pastikan pasti adiknya itu menangis ketakutan dibalik pintu saat ini.

"Dek.."

Jeongin perlahan berdiri, meskipun tubuhnya sedikit terasa lemas. Ia menyembunyikan cutternya dibawah ranjang, dan membenarkan kemeja seragamnya yang sempat ia gulung agar kembali menutupi pergelangan tangannya yang sudah ternodai darahnya sendiri itu.

cklek.

Hyunjin menghela nafas lega saat namja manis itu membuka pintu kamarnya tanpa ia harus mendobraknya. Namja manis itu menunduk, menyembunyikan mata sembabnya. Hyunjin perlahan mendekat, memasuki kamar sang adik dan menutupnya dari dalam.

Jeongin memundurkan langkahnya kebelakang, hingga ranjang dibelakangnya itu menghentikan langkah kakinya.

"Semua baik-baik aja. Kak-- dekk! Kamu ngelakuinnya lagi!?" syok Hyunjin saat melihat bercak darah dilantai. Tangannya bergerak cepat menarik tangan Jeongin yang sengaja namja manis itu sembunyikan dibalik tubuhnya.

"Maafin.. hiks..Jeongin-" isak Jeongin semakin terdengar, tak berani menatap wajah tampan kakaknya itu.

"Kakak udah bilang berulang kali. Jangan self-harm lagi!"

The Hardest Part「hyunjeong」Where stories live. Discover now