31

5.5K 1K 148
                                    

"Tak apa ahjumma, ceritakan saja padaku. Kumohon" pinta Felix memohon pada wanita paruh baya didepannya itu.

"Tapi-"

"Kumohon, kau akan aman. Jika kau dipecat aku bisa memperkerjakanmu dirumahku. Ya?"

"Jadi bagaimana, apa yang dilakukan wanita itu pada Jeongin? Kau pasti tau" tanya Felix kembali pada wanita itu.

Ya, dia adalah asisten rumah tangga Sana selama hampir 2 tahun terakhir. Dan Felix tau jika wanita itu pasti mengetahui keadaan Jeongin saat bocah manis itu dibawa ibunya.

"Dia.. maksudku Jeongin. Bocah itu selalu mendapat kekerasan dari nyonya Sana" ujar wanita itu sedikit ragu namun Felix hanya terdiam saat mengerti bahwa wanita didepannya itu akan melanjutkan ceritanya.

"Nyonya selalu mengurung Jeongin dan tak pernah mengeluarkannya dari kamar dengan alasan takut bahwa Jeongin akan kabur dan menceritakan pada semua orang bahwa ia memiliki anak gangguan jiwa. Dia selalu membentak dan memukuli Jeongin jika bocah itu menangis. Dan juga.."

Sungguh, Felix mati-matian menahan emosi. Tapi ia masih penasaran dengan lanjutan kalimat ahjumma itu.

"Nyonya memanggil dokter pribadi untuk Jeongin dan mereka selalu menyuntikkan obat bius pada Jeongin setiap hari agar bocah itu tak mengamuk"

"Dia terlalu terobsesi pada karirnya hingga memperlakukan anaknya sendiri seperti itu"

"Aku kasihan padanya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku harus menghidupi anak-anakku.. hiks.." wanita itu akhirnya menangis. Ia merasa bersalah tapi tak ada hal lain yang bisa ia lakukan saat ini.

"Tak apa ahjumma, aku mengerti kau pasti dalam keadaan terdesak"

"hiks.. bagaimana keadaan bocah itu sekarang? Aku dengar dia kabur dari rumah sakit sebulan yang lalu. Astagaa.. semoga dia masih dalam perlindungan.." tangis wanita itu semakin menjadi. Karena sejak mendengar bahwa Jeongin kabur dari rumah sakit, ia benar-benar selalu dihantui rasa takut setiap hari.

"Dia baik-baik saja sekarang ahjumma"

"Karna sebenarnya.. aku yang membawa dia kabur"

"Apa?"

"Tapi aku minta tolong padamu untuk menutup mulut. Kau ingin aku menutup mulut kan? Jadi ahjumma jangan cerita pada siapapun termasuk Hyunjin atau aku akan melaporkanmu pada polisi" ujar Felix dan dengan cepat wanita itu menggeleng.

"Jadi kumohon kau jaga rahasia ini"

"Jeongin masih trauma pada ibu dan kakaknya itu" lanjut Felix dan wanita itu mengangguk paham.

"Syukurlah kalau dia aman. Terima kasih anak muda. Aku tidak akan menceritakannya pada siapapun" ujar wanita itu mengatupkan kedua tangannya sembari terus menundukkan kepalanya berulang kali sebagai tanda terima kasih dan dibalas senyum ramah namja Aussie itu.

.

.

.

"Bagaimana kabar Jeongin? Apa ada perubahan?" tanya Felix yang baru saja tiba di apartemen milik Bangchan.

"Dia masih sama. Jeongin cuman mau ngomong sama bonekanya. Tapi untungnya dia udah mau ngerespon kalo aku tanyain"

"Syukurlah, seenggaknya dia gak ngamuk kan?" tanya Felix lagi dan namja berkulit putih didepannya itu menggeleng.

"Dia lagi apa sekarang? Aku boleh liat nggak?"

"Masuk aja, dia habis makan kok" ujar Bangchan lalu menuju kamar Jeongin diikuti Felix dibelakangnya.

cklek.

"Halo Jeongin.." sapa Felix tersenyum ramah saat melihat namja manis itu duduk dengan beberapa boneka disekitarnya.

"Aku boleh ikut main nggak?" tanyanya dan dijawab anggukan pelan dari Jeongin. Namja Aussie itu lantas duduk ditepi tempat tidur sambil memangku boneka beruang milik Jeongin.

Ya, itulah usaha yang dilakukan Felix agar bocah manis itu tak kesepian. Jeongin takut berinteraksi dengan orang asing karena takut jika mereka akan melukainya. Maka dari itu Felix membelikan Jeongin boneka segitu banyaknya agar namja manis itu tak merasa kesepian.

"Jeongin, kak Felix boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Felix lembut dan Jeongin kini menatapnya. Menunggu pertanyaan apa yang akan dilontarkan namja yang lebih tua darinya itu.

"Mama jahat ya sama Jeongin?"

Baru saja pertanyaan itu keluar Jeongin sudah menatap Felix dengan sorot mata ketakutan. Tak lupa boneka rubah kesayangannya yang ia remat kuat tanda Jeongin mulai menunjukan gejala paniknya saat ini.

"Jangan takut, dia gak ada disini kok. Kamu lihat kan, disini cuman ada kita sama boneka-boneka ini" ujar Felix menenangkan.

Jeongin melihat keseluruh penjuru ruangan, memastikan bahwa wanita itu memang tak ada disana.

"M..mama.. ja..hat" ujar Jeongin yang akhirnya mau membuka suara. Meskipun harus memeluk bonekanya kuat dan suara bergetar karena ingin menangis, setidaknya namja manis itu sudah melepas rasa cemasnya selama ini pada satu orang. Yaitu Felix

"Jadi bener? Apa aja yang udah dia lakuin ke Jeongin? Dia marahin Jeongin"

Jeongin mengangguk

"Dia mukulin Jeongin? Nyakitin Jeongin?"

Jeongin kembali mengangguk, namun kali ini nafasnya terlihat semakin memburu dan berantakan. Tubuhnya bergetar tanpa diminta dan Felix tau situasi itu. Jeongin kumat.

"Jeongin tenang ya, udah-udah. Aku gak akan nanya lagi kok. Aku udah tau. Udah Jeongin tenang ya" ujar Felix kini memeluk tubuh Jeongin yang bergetar ketakutan.

"Jeongin gak mau mama.. hiks.."

"Iya.. aku bakal bales apa yang udah mama kamu itu lakuin ke kamu. Tenang aja"

Felix mengelus punggung Jeongin, perlahan suara isakan namja manis itu semakin mereda dan hanya tersisa sesegukan saja. Beruntung namja manis itu tak mengamuk dan melempar seluruh barang yang ada disana.

'Aku pastiin mama kamu dapetin pelajaran yang setimpal sama apa yang udah dia lakuin ke kamu Jeong'

.

to be continue🍎

The Hardest Part「hyunjeong」Where stories live. Discover now