8

6.2K 1K 577
                                    

"Maafin Jeongin gak bisa jadi adek yang baik buat kak Hyunjin" satu tetesan darah perlahan mulai menetes dari cutter yang menggores pergelangan tangan Jeongin.

"Maaf udah buat kakak kecewa" goresan kedua kini kembali merobek permukaan kulitnya.

"Maaf Jeongin gak pernah ada setiap saat buat kakak"

"Maaf Jeongin gak bisa beliin makanan yang enak buat kak Hyunjin"

"Maaf Jeongin selalu bikin kakak menderita"

"Maaf.." hingga terhitung kini sudah goresan ke-6 yang berhasil menghiasi pergelangan tangan namja manis itu. Ia menggoreskan cutternya disetiap kalimat maaf yang ia ucapkan.

Mungkin ini adalah self-harm pertamanya sejak kecelakaan beberapa bulan silam. Ia tak pernah melakukan hal seperti ini meskipun Jeongin selalu mengalami hal-hal sulit tapi ia tak pernah melukai dirinya sendiri lagi. Yang ada dipikirannya hanyalah Hyunjin yang membuatnya tak ingin membuat kakaknya itu khawatir. Namun tidak untuk saat ini, ia sungguh tak bisa menahannya. Jeongin butuh pelampiasan. Rasa sakit, sedih, dan emosi bercampur menjadi satu. Baginya semakin banyak darah yang dikeluarkannya maka akan semakin tenang pikirannya.

"Jeongin memang adek yang gak berguna kak, maaf" lagi, ia menyayatkan cutter pada kulit pucatnya. Kran air yang terus mengalir bahkan kini telah berwarna merah karena darahnya sendiri. Ia duduk tak berdaya diatas dinginnya lantai kamar mandi yang basah.

Setidaknya, untuk saat ini biarkan namja manis itu merasakan kesenangannya sendiri lewat darahnya yang terus mengalir.

.

.

.

"Felix"

Namja Aussie itu menatap wajah tampan kekasihnya. Tangannya berhenti menyuapi Hyunjin untuk mendengarkan kata apa yang akan dilontarkan namja tampan didepannya.

"Hmm?"

"Apa aku terlalu kasar sama adek aku tadi?" tanyanya pelan. Jujur ia sedikit merasa bersalah telah mengusir Jeongin tadi.

"Nggak Hyun, kamu harus tegas sama adek kamu sendiri. Kalo gak gitu dia bakal tambah keterlaluan nantinya"

"Biarin dia mikir kesalahannya sendiri dirumah" lanjutnya lalu kembali menyuapkan nasi untuk Hyunjin.

Hyunjin menurut. Rasa bersalahnya sedikit berkurang karena ucapan Felix barusan. Benar, Hyunjin ingin adiknya itu tumbuh dewasa dengan baik.

"Habisin ya, abis ini kamu tidur. Aku bakal nemenin kamu kok"

"Makasih ya sayang"

.

.

.

Pukul 4 pagi, suara dering dari sebuah alarm sukses membangunkan Jeongin yang tertidur pulas diatas tempat tidurnya. Namja manis itu mengucek mata rubahnya untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih tersisa.

Tak menunggu lama ia berjalan menuju lemari dikamar itu. Mengambil hoodie berwarna ungu untuk membalut tubuh kurusnya dari dinginnya udara pagi.

"Semangat Jeongin" batinnya menyemangati dirinya sendiri.

Dengan senyuman tipis terukir diwajah manisnya, Jeongin keluar dari rumah. Ia berencana pergi ke pasar tradisional pagi ini, membeli beberapa bahan makanan untuk ia masak dan ia berikan pada Hyunjin yang masih dirawat dirumah sakit sebelum ia berangkat sekolah nanti.

.

.

Terlihat bocah manis dengan seragam SMP-nya itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang masih sepi karena ini masih pagi sehingga beberapa pasien mungkin masih tertidur dikamar inapnya masing-masing.

The Hardest Part「hyunjeong」Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora