38

5.7K 1K 175
                                    

"Kamu yakin gak mau dateng Jeong?" tanya Felix menatap cemas namja bermata rubah itu dan hanya dibalas gelengan lemah oleh Jeongin.

"Kak, Jeongin bisa liat kakak dari tv aja udah seneng kok"

"Lagian kalo Jeongin dateng terus ngerusak acaranya gimana? Yang ada Jeongin malah ditendang keluar sama kak Hyunjin" ujar namja manis itu dan terkekeh pelan untuk mencairkan suasana tapi tak berhasil. Felix menganggap hal itu tak lucu sama sekali dan memandang Jeongin nanar.

"Yang kamu pikirin sama sekali gak bener Jeong"

"Hyunjin butuh kamu" lanjutnya.

Felix tau semuanya, mulai dari jadwal aktivitas Hyunjin hingga berita yang begitu mengejutkannya baru-baru ini yaitu, Hyunjin pecandu narkoba. Ya, Felix tau semuanya.

Jika kalian bertanya bagaimana hal itu bisa Felix ketahui? Bukankah itu semua dirahasiakan pihak agensi Hyunjin dari publik.

Memang, tapi Felix tak sebodoh itu untuk tak mengetahui bagaimana kondisi kakak dari bocah yang diasuhnya selama 2 tahun terakhir itu.

Felix memang memisahkan keduanya, tapi ia tak akan tega jika akan terus menyembunyikan Jeongin selamanya. Bagaimanapun juga Jeongin harus tetap kembali pada keluarganya, meskipun ia harus bersabar dan menunggu dalam waktu yang cukup lama agar Jeongin bisa menerima kakaknya itu kembali.

Dan ia rasa sekarang lah saatnya. Sebelum semuanya terlambat dan kacau kembali.

Felix akan mempertemukan mereka.

"Please, kali ini aja. Ya?" ujar Felix memohon untuk yang kesekian kalinya dan hanya mendapati wajah datar Jeongin yang tak ingin menjawab.

.

.

.

"Astaga.. bagaimana ini? Haruskah kita membatalkan acaranya dan membawanya ke rumah sakit?" panik seorang wanita yang menjadi stylist Hyunjin itu pada manajer utamanya.

"Jangan, kita tunggu saja. Jika dia tak kunjung sadar maka terpaksa kita batalkan" ujar pria itu menatap tubuh Hyunjin yang masih terbaring diatas sofa.

Sudah lebih dari 30 menit Hyunjin pingsan saat setelah mengganti kostumnya dan membuat geger seluruh staff yang ada. Dan kini namja tampan itu tak kunjung sadar hingga saat ini.

Ia tidak mungkin membawa artisnya yang sedang bermasalah dengan 'obat-obatan terlarang' itu kerumah sakit, dan hanya tim medis dari agensi lah yang bisa menangani Hyunjin saat ini.

Sesekali pria itu memijit pelipisnya yang terus berdenyut. Sungguh, selama bertahun-tahun ia menjadi manajer pribadi seorang artis, baru kali ini ia menangani masalah artisnya setiap hari yang terbilang tidak mudah. Siapa lagi kalau bukan Hyunjin.

Apalagi artisnya itu merupakan sosok yang sama sekali tak bisa berpikiran dewasa, menurutnya.

Tapi jangan salah paham. Bukan berarti ia tak menyukai pekerjaannya. Bukan berarti ia tak menyukai Hyunjin.

Tetapi malah sebaliknya. Ia begitu miris dengan kehidupan remaja tampan itu. Ia tau segalanya, kehidupan Hyunjin,  dan masalah Hyunjin yang selalu datang bertubi-tubi membuat hatinya selalu melemah jika melihat kondisi namja tampan itu sekarang.

Ia pun menyadari, bahwa semua ini bukan kemauan Hyunjin sendiri. Ada sesuatu yang perlu digaris bawahi atas kepopuleran yang sama sekali tidak Hyunjin nikmati ini.

Siapa lagi kalau bukan Sana. Wanita cantik yang bahkan terlihat murni dan selalu bersikap ramah pada semua orang. Tapi tidak untuk dibelakang kamera, wanita itu seperti iblis menurutnya.

The Hardest Part「hyunjeong」Donde viven las historias. Descúbrelo ahora