Chapter 18

231K 9.5K 39
                                    

Beberapa hari berlalu, beberapa hari ini juga Damar disibukkan dengan kerjaan kantor.. Mesti bolak balik keluar kota karena ada proyek diluar kota yang sedang bermasalah. Jadi Damar mesti turun tangan sendiri datang ke sana.
Dampak dari sibuk nya Damar, Nadia jadi lebih sering sendirian dirumah. Damar selalu pulang malam kadang juga menginap diluar kota sehari dua hari. Sebenarnya tidak terlalu bermasalah ada Damar atau tidak toh Nadia juga sama sama kesepian, tapi setidaknya walaupun Damar kalau berada dirumah juga cuma sibuk di dalam kamar tapi menurut Nadia itu lebih baik dari pada Damar sibuk sampai tidak pulang beberapa hari. Nadia jadi malah tidak tenang..

Pernah ketika Damar terpaksa harus stay diluar kota selama 3 hari. Dihari pertama Damar sudah menghubungi Nadia dan menyuruh nya menginap dirumah orang tuanya atau dirumah orang tua Nadia juga boleh yang penting jangan dirumah sendirian.
Saat itu ada sedikit rasa bahagia mengetahui ternyata Damar mulai sedikit perhatian pada nya. Walaupun cuma perhatian kecil tapi sudah bisa membuat hati Nadia bahagia.

Malam ini Nadia sudah bersiap menunggu Damar pulang tadi Damar mengirimi Nadia pesan bahwa malam ini pulang setelah kemaren 2 hari ada di Surabaya..
Nadia sudah menyiapkan makan malam. Tadi sore setelah membaca pesan dari suaminya, sepulang praktek dari rumah sakit Nadia bergegas pulang dia sudah tidak sabar memasak makan malam untuk Damar.

*

Sudah hampir jam makan malam, di meja makan sudah tersedia berbagai menu, hari ini Nadia memasak Sup kacang merah, goreng ayam mentega, sama bikin bakwan jagung kesukaan Damar.. Semua sudah tersaji di meja makan tinggal menunggu Damar pulang.

Tidak lama terdengar suara mesin mobil berhenti diluar. Nadia yang sedang ada diruang makan bergegas jalan ke ruang depan untuk membukakan pintu untuk suaminya.
Setelah pintu terbuka tampak lah suaminya itu, Nadia sedikit terkejut melihat penampilan Damar, wajah nya tampak lelah, matanya tampak sayu, baju nya juga sedikit basah terkena air hujan karena memang diluar sedang hujan deras.

"mas,,, mas baik baik aja?" tanya Nadia mulai khawatir.

"iya..." jawab Damar sambil masuk ke dalam rumah.

"tapi mas kelihatan gak baik baik aja. Mas sakit?"

"aku hanya sedikit pusing. Nad, Bisa minta tolong bikinin aku teh jahe" ucap nya yang kini sudah duduk di sofa sambil memijat kening nya.

"iya ak bikinin, sebentar ya mas" bergegas Nadia pergi kedapur membuat kan pesanan suaminya.

Sekembali nya dari dapur dengan membawa segelas teh jahe ditangan nya.. Nadia duduk disofa disamping suaminya.

"ini mas teh nya"

Damar yang tadi posisi kepalanya bersandar pada sandaran sofa dengan wajah menegadah ke atas lantas menegakkan kepalanya berniat menerima teh yang dibuat istrinya,

"astagfirullah, mas hidung kamu"
Ucap Nadia ketika melihat ada darah kental keluar dari lubang hidung Damar yang baru saja menegakkan kepala nya.
Damar kemudian spontan memegangi hidung nya.

"gak papa, ini cuma mimisan aja" ucap Damar sambil mengambil tisue yang ada di atas meja

"sini aku aja yang bersihin" Nadia yang dari tadi sudah nampak cemas beralih mengambil tisue yang dipegang Damar.
Kemudian mulai membersihkan darah yang mengalir dari hidung suaminya

"eh mas suhu badan kamu panas lho, ini kamu beneran demam.." Nadia tampak panik ketika merasakan panas ditangan nya ketika tangan nya tak sengaja menyentuh pipi Damar.

"sebentar aku ambil termometer sama alat aku bentar ya mas.." Nadia bergegas naik kelantai atas mengambil peralatan kedokteran nya yang berada di kamar nya.

Sekembalinya dari lantai dua, Nadia bergegas memeriksa keadaan Damar..
Nadia saat ini benar benar khawatir wajah Damar pucat, badan nya juga panas, apalagi melihat darah dihidung nya membuat Nadia bertambah cemas.

"39 derajat, kamu demam tinggi mas. Tekanan darah kamu juga rendah.."
Damar tampak tak bergeming, dia sudah pasrah ketika Nadia dengan cekatan memeriksa kondisinya. Badan nya benar benar lemas kepalanya juga pusing.

"sekarang mas keatas aja, mas harus istirahat.." sambil memegang lengan Damar bermaksud membantu suaminya itu beranjak dari sofa

"nanti aja Nad, biarin aku disini dulu" jawab Damar parau

"gak bisa mas, kamu harus istirahat, ganti baju juga ini baju kamu basah kamu bisa tambah demam ntar.. Pokoknya sekarang harus ke kamar. Ayok aku bantu " paksa Nadia lagi sambil membantu Damar berdiri.

Damar yang memang tubuhnya sedang lemah akhirnya menurut perkataan Nadia. Toh sekarang dia memang butuh istirahat..
Pelan pelan Nadia membantu Damar naik kelantai dua. Dipeganginya lengan kiri suaminya ketika mulai menaiki anak tangga.
Sesampainya dikamar dengan masih dibantu Nadia, Damar merebahkan tubuhnya diranjang,

"aku kebawah siapin makanan dulu ya mas, mas ganti baju dulu, ini baju nya aku udah siapin" ucap Nadia sambil memberikan baju ganti yang sudah ia siapkan untuk Damar..
Damar hanya mengangguk sambil masih memegangi kepalanya yang bertambah pening.

Sepeninggal Nadia, pelan pelan dengan tubuh yang lemas dan masih berada diatas ranjang Damar mulai menanggalkan pakaian nya yang basah berganti dengan kaos dan celana panjang rumahan yang sudah disiapkan Nadia tadi.
Tak lama Nadia kembali masuk ke kamar membawa nampan yang berisi makanan untuk Damar...

"mas makan dulu ya"

"nanti saja.. Aku hanya butuh tidur sebentar"

"gak bisa gitu mas, mas harus makan dulu setelah itu minum obat baru tidur, ayo mas duduk dulu. Ini makanan nya sudah aku siapin" ucap Nadia sambil duduk ditepi ranjang disebelah persis Damar

Damar yang tadi sudah merebahkan tubuhnya perlahan bangkit duduk bersandar pada kepala ranjang. Kali ini dia sedang tidak ada tenaga untuk membantah Nadia.. Lagian sebenarnya dia memang lapar karena seharian tadi dia hanya makan sekali waktu sarapan. Tapi karena tubuh nya sedang lemas dan kepala pening jadi nafsu makan nya menghilang..
Nadia yang melihat Damar bangkit berusaha untuk duduk kemudian membantu nya dan mengambilkan bantal yang ia letakkan dibelakang punggung Damar sebagai sandaran..

"aku suapin ya" Damar mengangguk

Untuk kali ini dia tidak membantah dia beneran sedang tidak nafsu makan, dan tawaran Nadia menyuapi nya bukan ide yang buruk..

Suapan demi suapan mulai masuk ke mulut Damar, dia tidak menampik masakan Nadia sangat enak. Nadia juga menyuapi nya sangat telaten. Semua pergerakan Nadia sedari tadi tak luput dari pandangan Damar. Diperhatikan nya intens istrinya yang duduk menyamping di pinggir ranjang mengenakan daster rumahan sepanjang lutut bermotif bunga, dengan perut yang membuncit, rambut dikuncir kuda dan tanpa polesan make up sama sekali, tapi tetap tidak mengurangi kecantikan Nadia yang memang sudah cantik dari sana nya...
Nadia sendiri sebenarnya dari tadi sadar kalau suaminya memperhatikan nya, tapi dia pura pura tidak tahu dan tetap fokus menyuapi suami nya tanpa mau membalas tatapan intens Damar.

****

Believe ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang