Bab 20 : Tak terduga

309 17 0
                                    

Ini adalah pagi kedua mariska bangun dan bukan berada di kamar nya sendiri. Pagi pertama di rumah pohon dan hari ini di kamar suami bocahnya, Romeo. Biasanya kalo bukan karena hal penting mariska akan susah bangun pagi, tapi selama dua hari ini dia bangun lebih awal, mungkin karena sekarang dia tidak tidur sendiri jadilah tidurnya nyaman tidak nyaman.

"Romeo ..." ucap mariska yang sudah merubah posisi menjadi duduk. "Romeo ih.... bangun sebentar."

" mmm..."

"Biasanya mama sarah ikut masak pagi gak? aku kan malu kalo tiba-tiba makan dan pergi kerja tanpa ada bantu apa-apa. Rom... kamu dengar aku gak sih" sambil menguncangkan tubuh suaminya. "Percuma nanya sama kamu. Aku berasa bicara sama mayat hidup".

Mariska pun memilih turun dari kasur dan membuka pintu kamarnya. Bertepatan dengan itu raka juga keluar dari kamarnya. Mariska diam di dekat pintu itu, dia bingung harus melakukan apa.

" Mau kemana?" Tanya raka yang sudah berjalan kearah mariska, karena memang posisi kamar romeo berada di sudut dan dekat tangga.

"em... mau kedapur bantuin masak"

" gausah, semua udah ada yang ngerjain."

"oh... gitu ya. Yaudah aku masuk dulu ya."

"semalam tidur dimana?" Ucapan raka membuat mariska membatalkan niat untuk membuka pintu kamar. Mau tidak mau dia harus menjawab pertanyaan raka karena dia adalah saudara suaminya.

" tidur dirumah pohon. Kenapa?"

"mama khawatir sama kamu"

" dan romeo. Maaf udah buat semua khawatir dan mungkin kamu juga, tapi emang kemaren lagi pengen menghabiskan malam di sana." Jawab mariska

Mendengar jawaban mariska, raka tertawa sumbang "Mariska yang aku kenal bukan seperti ini. Kamu yang sekarang udah pintar membuat cerita yang baik untuk menutupi kesalahan romeo."

"mak..maksud kamu?"

" malam pertama seperti apa yang menyebabkan wajah romeo bisa lebam seperti itu. Coba kamu jelaskan, kecuali malan pertama kalian ada di ring tinju."

" maaf raka, aku rasa itu bukan urusan kamu. Aku masuk dul..-"

"apa kita memang sudah berakhir mariska?" tanya raka

satu tamparan mengenai wajah raka dan yang melakukan bukan mariska tapi " apa pertanyaan itu masih pantas ketika wanita yang ada dihadapan mas sudah menjadi istri dari adik mas sendiri, apa itu pantas dipertanyakan mas? Jawab mas !!!" ucap lizaa.

" keberanian dari mana kamu sekarang berani menampar mas kamu sendiri?" tanya raka dengan kesal dan memegang pipinya.

" bukan karena mas lebih tua dan aku gaada hak buat nampar mas. Oke, aku emang salah tapi itu mewakili mama yang pasti kecewa sama anak tertua nya. Aku dari tadi udah lihat sama mendengar pembicaraan kalian, dan mas raka udah salah bertanya seperti itu."

" jangan kira mas gatau lizaa." Ucap raka sambil menyeregai " kamu melakukan ini pasti untuk mewujudkan mimpi gilamu kan?"

" aku udah pernah bilang soal itu mas dan jangan membuat mariska gak nyaman disini"

"Bullshits ...." ucap raka dan berlalu dari hadapan mariska serta lizaa.

Mereka berdua sama-sama diam dan tidak berbicara dengan posisi yang tadi juga.

" Liz...lizaa makasih buat yang tadi" ucap mariska dengan kikuk.

" mas raka pantas mendapatkan itu maris. Oh iya, kalo ada waktu gue pengen cerita sama lo. bisa kan? "

Cinta MariskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang