Travel Sex pt 5

18K 464 5
                                    

Tara bisa merasakan sesuatu akan terjadi ketika petugas berulang kali mengecek layar komputer dan menggelengkan kepala. Tidak ada dua kamar yang tersisa. Hanya ada satu kamar. Kabar baiknya, " it's twin bed room,"ucap petugas lambat-lambat, khawatir tamunya tidak bisa mengerti ucapannya.

Josh melirik ke arah Tara, meminta persetujuan. Tidak ada pilihan. Malam semakin gelap dan udara semakin dingin. Dia bisa merasakan angin menusuk-nusuk melalui celah kaos kaki. Bila dia berdiri di luar lebih lama lagi, niscaya dia akan mati beku. Terlalu berisiko mencari penginapan lain. Twin bed room tidak beda dengan dorm room, tempat tidurnya terpisah.

Setelah membayar biaya kamar, Josh menerima kunci. Kamar terletak di tengah lorong dengan pencahayaan seadanya yang ditutupi dengan wallpaper yang beberapa bagian mulai mengelupas. Bau karpet tua menyambut mereka. Sebuah lampu kecil di tengah ruangan otomatis menyala begitu kartu akses diselipkan. Kamarnya cukup lega dengan satu tempat tidur nyaris menempel pada pintu kamar mandi dan satu lagi dekat jendela. Sebuah tirai bergaris-garis tipis menutupi jendela, namun cahaya lampu dari luar masih tembus ke dalam ruangan. Berbeda dengan hostel di Budapest, tidak terdengar suara apa pun dari luar. Tidak pula suara orang lewat. Semuanya begitu tenang dan hening.

Ada sebuah televisi ukuran kecil diletakan di meja panjang, beserta sebuah ketel listrik dan sejumlah minuman yang merupakan complimentary dari hotel. Di dekat meja panjang hanya ada satu sofa duduk. Josh meletakan ransel di lantai dan membiarkan Tara meletakan tasnya di sofa.

Tara sekuat tenaga mengacuhkan tatapan mata Josh yang jelas-jelas sedang menelanjangi tubuhnya dengan lambat dari atas hingga ke bawah. Tara mencoba menenangkan debar jantungnya. Coat dan sweater dilepas pelan-pelan. Melipat sweater serapi mungkin, lipatan paling rapi yang pernah dia lakukan, lalu meletakannya di sofa.

"Come here," tangan Josh meraih lengan Tara dan menariknya hingga berdiri tepat di hadapan pria itu yang sudah duduk di sisi tempat tidur.

Tara tanpa sadar mengigit bibirnya sebelum tertawa pelan. Perasaannya meluap-luap tak bisa dibendung. Sebenarnya dia sudah ingin menghamburkan diri pada pelukan Josh, melumat kembali bibir itu atau mungkin sedikit menggigitnya lalu menelusuri seluruh leher Josh dengan hidungnya. Dialihkan pandangan pada cermin di dinding. Punggung kokoh Josh terlihat begitu menggiurkan dari balik cermin. Rambutnya sedikit berantakan mengundang tangan Tara untuk membelainya. Tara berusaha sekuat tenaga tidak bertingkah macam kucing betina di musim kawin. Sulit. Sangat sulit! Karena Josh sudah mengatupkan kedua tangannya pada tangan Tara dengan mata yang tak lepas dari matanya. Josh tersenyum hingga matanya menghilang dan menampilkan kembali kerut-kerut yang membuatnya semakin seksi sekaligus menggemaskan.

Pandangan Tara tanpa sadar tertuju kembali pada bibir Josh. Tara berdehem pelan dan meletakan tangannya pada bahu pria itu dan disambut oleh rengkuhan Josh pada pinggangnya. Kuat dan hangat. Tangan Josh perlahan turun hingga ke bokong dan meremas pelan. Bagai ada dorong kuat, Tara mencondongkan tubuh dan membiarkan bibir Josh menyentuh bibirnya. Josh membuka sedikit bibirnya, menyilahkan Tara untuk mencicipi bibirnya. Tiba-tiba Tara teringat sesuatu dan meletakan kedua tangannya pada bibir Josh. Ekspresi protes terlihat jelas pada wajah pria itu. Bibirnya maju beberapa senti.

"I need you ask you this, there's no girlfriend, wife or kid waiting you at home, right? " tanya Tara sedikit khawatir.

Sepanjang hari mereka sama sekali tidak berbicara soal status masing-masing. Mereka terlalu larut terbawa suasana. Bagaimana kalau dia sudah mencium suami orang? Pacar orang?

Josh menyeringai dan berkata, "Well, that's complicated. But I can assure you, I'm 100% single now," ucap Josh penuh keyakinan seraya mengerak-gerakan jari manisnya. Tara mengangguk lega.

Sweetest TouchWhere stories live. Discover now