-Episode 2-

21 0 0
                                    

Aku tidak fokus sama sekali dengan paparan tugas yang di katakan Alam, sejak tadi terus saja menatap-nya geram, aku ingin sekali memukul-nya tapi mengingat ini tempat umum, akhirnya aku mengurungkan niat itu. Jujur aku tak habis pikir kenapa Alam sangat tidak menyukai Hana, padahal cewek itu sangat manis meskipun perlu di garis bawahi saat dia marah.

Aku selalu sangat ingin tahu tentang kehidupan cewek itu. Hingga detik ini banyak hal tentang cewek itu yang aku tahu. Mulai dari kegemarannya di dunia jurnalistik, es krim rasa vanila dan penyuka wortel, sudah seperti kelinci saja. Dia benci kecoak terbang tentu saja siapa sih yang tidak suka kecoak terbang, semua orang. Kismis, dia tidak suka dengan kismi dan hal yang paling dia tidak suka adalah Alam Pradana. Sejauh ini aku kira Hana hanya sebal saja padaku tapi Alam. Sepertinya sudah di ambang kelewat batas-terlalu benci. Alam selalu bisa membuat Hana terluka dengan cepat, kadang aku selalu saja menemukan Hana menangis disudut sekolah setelah melalui pertengkaran hebat dengan Alam.

"Raiden, fokus dikit dong!"ketus Alam padaku.

"Kaget gue bego!"aku marah, fokus-ku sejak tadi hilang jadi melamun, namun suaranya malah mengejutkanku. Kurang ajar emang.

"Siapa yang bego!!?"Alam tersulut emosi.

"Lo!. Kok loh bisa sih ngomong hal tolol kaya tadi ke Hana. Rasa sopan santun lo udah hilang yah"omel-ku, tanganku terkepal keras sudah berniat hendak meninju Alam saat ini juga.

"Cewek kaya gitu emang pantes di gituin"ucap Alam datar, Aku tak tahan tinju-ku terkepal kuat lalu melayang begitu saja di wajah Alam, seketika kafe berubah ramai, mungkin seperti mendapat tonton gratis. para penghuni kafe heboh sedang melihat dua pria tampan berkelahi. Kurasa.

Setelah beberapa menit berkelahi menyisahkan darah di ujung bibir dan lebam di beberapa sisi wajah, Aku dan Alam di lerai oleh manager kafe dan beberapa pelayan disana, namun karena terlalu emosi aku dapat melepaskan diri dari beberapa pelayan yang menahan-ku, kemudian menarik kasar kerah baju Alam.

"Lo tahu. Hana bener, ternyata lo beneran brengsek. Sialan!" Aku melepaskan kerah baju Alam kemudian meninggalkan keributan yang barusan saja ku buat, masa bodoh jadi kacau, aku gak peduli.

Keluar dari Kafe dan berjalan linglung adalah hal yang aku lakukan kemudian, aku pikir Hana mungkin saja di dekat sini atau sedang menangis di suatu tempat yang sepi. Jadi aku sedang mencari Hana sekarang di sudut tempat yang bisa ku jangkau. Minimarket sudah ku datangi, halte yang jarak-nya cukup jauh juga sudah. Namun kaki-ku terpaku ketika aku mendengar suara tangis tepat tak jauh dari samping-ku.

Tentu saja, TAMAN.

Aku berjalan mendekat ke arah taman lalu menemukan cewek berambut panjang se-punggung itu sedang bersembunyi di terowongan atas perosotan, menanggis memunggui-ku.

Akhirnya aku memilih menunggu di ayunan gantung tepat di depan perosotan terowongan itu, menunggu sampai air mata Hana reda. Aku tak habis pikir, bisa-bisanya Hana bersembunyi di terowongan kecil itu, aku cukup maklum untuk ukuran tubuh Hana yang mungil sehingga bisa masuk ke tempat itu, sungguh cewek itu bertingkah layaknya anak kecil yang ngambek gara-gara tidak di belikan permen. Lucu sekali!.

Sial entah kenapa senyum-ku terbit lagi, aku memandang tubuh mungil itu lagi. Ingin sekali menyusul kesana dan menyaksikan mata bulat itu terkejut lalu lelehan ingusnya yang tampak karena sedang menangis, tapi mengingat tubuhku ini benar-benar tak muat untuk masuk kesana jadi aku lebih memilih duduk, sebelum di amuk massa masyarakat disini, karena sudah tak tahu diri memasuki terowongan yang bahkan tak bisa aku masuki sama sekali.

Pikiran-ku kembali pada cewek pengguna sweater cokelat itu. Ada ingatan manis tentang awal pertemuan-ku dengan-nya, berawal dari perebutan antrian bakso di kantin saat jam istirahat, bukan bermaksud menyelak antrian atau apa tapi ketika aku mendengar nama itu di teriakan oleh teman si cewek akhirnya aku bisa nekat melarikan piring bakso-nya, kemudian pindah kelas karena cewek itu, Aku bela-belain untuk selalu masuk kelompok yang sama dengannya bahkan untuk kelompok seni sekarang aku minta tuker kelompok sama si Bayu, yah si Bayu-tukang molor di kelas awalnya dia gak mau tukeran gara-gara di kelompok-ku ada si Linda-bendahara kelas yang mulutnya terlampau cerewet bisa-bisa mati mendengar celotehanya tiap saat namun karena ku beri keuntungan-maksud yah uang si Bayu akhirnya mau. Bahkan ada hal yang lebih gila lagi, aku benci perkelahian. Aku dulunya menghindari perkelahian sebisa mungkin, tubuh dan wajah-ku yang terlampau sempurna ini terlalu sayang jika di biarkan babak belur namun semua itu tidak ada gunanya lagi kini aku bahkan berani memulai perkelahian, contoh-nya tak jauh, barusan saja terjadi aku dan Alam. Tentu saja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fanboy Wanna-beWhere stories live. Discover now