Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

4. Dua Garis Merah

99.2K 4K 42
                                    

Setelah selesai penyuluhan, aku menunggu Jevano di parkiran. Ada hal yang aku bicarakan tentang apa yang sedang aku pikirkan. Sejak bertemu Yerin di toilet aku sungguh tidak bisa merasa tenang. Aku tidak bisa berpikir positif, terlebih jika mengingat terakhir kami melakukan itu aku dalam masa subur.

"Hey, kok gelisah banget sih!" tegur Jevano yang entah sejak kapan ada di sebelahku.

"Aku telat!"

"Maksudnya?"

"Udah dua bulan aku nggak datang bulan, Jev!"

"Terus?"

"Kok terus? Kalau aku hamil gimana?" ujarku yang langsung dibekap oleh Jevano mengingat parkiran cukup ramai. Dia menyeretku sedikit menjauh dari keramaian.

"Kamu hamil? Kamu udah pastiin?"

Aku menggeleng.

"Gini ya, Lan, kamu tuh masih remaja jadi siklus datang bulan kamu mungkin belum teratur. Telat datang bulan itu bukan berarti kamu hamil!"

"Tapi kalau beneran gimana?"

Jevano terdiam, meski berusaha tenang dia tetap gugup. Buktinya dia menggigit bibir bawahnya, biasanya dia melakukan ini saat dia cemas ataupun merasa tak nyaman.

Drtttt .... Drtttt ...drtttt. Terdengar getaran dari ponsel yang di genggam Jevano.

"Bentar ya, Lan!"

Jevano mengambil beberapa langkah menjauh dariku dan mengangkat teleponnya.

"...."

"Selamat siang!"

"...."

"Iya, saya akan segera ke sana!"

Entah siapa yang meneleponnya. Intinya panggilan itu hanya berlangsung sebentar. Dia kembali menghampiriku.

"Kamu jangan mikir macem-macem ya, mungkin kamu lagi stress aja jadi telat," ujarnya dengan sangat lembut sambil mengusap rambutku. "Sekarang lebih baik kamu pulang ya, istirahat!" Aku mengangguk. "Maaf, aku nggak bisa nganterin kamu, aku di suruh ke ruang guru ada sesuatu yang mau dibicarain katanya."

"Nggak papa kok, aku bisa sendiri."

"Oke, nanti aku hubungi kamu dan kita bahas ini lagi!" ujarnya lalu melangkah meninggalkan aku. Melihat punggung Jevano entah mengapa aku merasa sesak, aku takut jika dia meninggalkan aku. Aku berlari mengejarnya lalu memeluknya dari belakang dan menangis di punggung. "Ada apa lagi?" tanyanya terdengar sedikit terkejut dengan apa yang aku lakukan.

"Jangan tinggalkan aku!"

"Lan, please deh! Aku cuma mau ke ruang guru!"

"Bukan itu, maksudku jika terjadi sesuatu jangan tinggalin aku. Kamu udah janji!" Jevano terdiam. Dia kemudian berbalik, dengan lembut menghapus air mataku.

"Udah, jangan nangis lagi! Nggak enak dilihatin orang! Lebih baik kamu pulang ya! Nanti kita bicarakan ini lagi."

Setelah mengatakan itu Jevano langsung pergi meninggalkan aku. Meski apa yang aku pikirkan belum tentu terjadi, kenapa sulit rasanya untuk Jevano mengatakan tidak akan meninggalkan aku.

***

Aku hanya berdiri diam di depan sebuah apotek hampir satu jam. Aku terlalu takut untuk masuk ke dalam. Orang-orang yang berlalu lalang menatapku heran. Aku berperang dengan diriku sendiri. Satu sisi aku belum siap bahkan tidak pernah siap untuk menerima kemungkinan terburuk, tapi di sisi lain aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku.

My Ex-Husband Wedding (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang