Bagian Sembilan

6K 829 234
                                    

Enjoy the story and Happy reading^^~

Bagian Sembilan

Sudah hampir seminggu dan Jungkook memilih untuk berubah.

Sebenarnya Jungkook hanya tidak tahu apakah yang sekarang ia lakukan ini benar atau salah, ia hanya melakukan sesuatu yang menurutnya harus ia lakukan,mungkin. Jungkook hanya terlalu lelah menghadapi keluarganya, bahkan Jungkook pun sempat berpikir mungkinkah Taehyung hanya berpura-pura membelanya, berpura-pura simpati padanya lalu berujung pada diri Jungkook yang tertimpa malapetaka.

Orang selalu mengatakan bahwa keluarga adalah rumah, tempatmu kembali untuk melepas rasa lelah, tempat kembali yang paling aman dan nyaman, namun kenapa Jungkook justru merasa semakin lelah?

Maka, diam dan menurut adalah pilihan yang paling tepat saat ini.

Diam ketika Taehyung mencoba menegurnya, diam ketika Taehyung mengajaknya untuk mengerjakan sesuatu bersama, diam tatkala keluarganya saling melempar cakap dan canda tawa dimeja makan, dan diam didalam kamar saat Ibu mengajaknya untuk berkumpul diruang keluarga.

Ia memang diam, dan...menurut. Menurut saat Ibu menyuruhnya untuk mengerjakan apa saja walau jujur ia merasa seperti persuruh di rumah, tapi, siapa lagi yang Ibunya harapkan untuk membantu? Ayah aka nada di rumah pada malam hari sedangkan Taehyung? Tidak, jangan menduga Taehyung tidak ingin membantu, Ibu bahkan tidak menyuruhnya melakukan apapun walau terkadang Kakaknya itu sungguh keras kepala.

Suasana rumah terasa seperti bahagia yang dibuat-buat, semuanya palsu dan begitu abu-abu. Taehyung mungkin terkejut dengan perubahan Jungkook, biar saja, ia sungguh tidak ingin perduli kali ini, ia bahkan tidak perduli pada Ayah yang menjadi lebih diam padanya.

Diam memang cara terbaik untuk membuat hatimu baik-baik saja, benarkan ?

Pagi hari Jungkook pun turut berubah. Ia akan sengaja berlama-lama di kamar demi melewatkan sarapannya bersama keluarga. Jungkook akan berlagak terburu-buru keluar dari kamar, duduk sebentar sembari menyambar susu hangat yang Ibu buatkan, berpamitan, mengabaikan wajah kecewa Taehyung, mengabaikan tatapan sedih Ibu, bahkan mengabaikan tatapan dingin milik Ayah. Tidak ada interaksi apapun dan semua ini terasa...menyenangkan.

Sialnya pagi ini tidak berjalan seperti biasa, suara ketukan pintu yang terus saja terdengar memenuhi gendang telinga Jungkook, suara ketukan yang terdengar pantang untuk menyerah. Lantas ia membuka pintu kamarnya dengan malas dan enggan sampai sebuah senyuman hangat menyambut saat pintu itu terbuka. Taehyung berdiri dihadapannya.

"Eoh? Kau sudah siap ? Aku kira Kau belum bersiap, Dek.."

Jungkook mendapati Taehyung yang mengamati dirinya dari ujung kaki hingga ujung kepala, tak lupa dengan senyuman tulus disana, "Ayo sarapan bersama,"

"Eum,"Jungkook bergumam, menyibukkan diri dengan mengunci pintu kamarnya, membuat Taehyung sedikit bergeser dari posisi semula. Tangan kirinya terangkat, " Ah, Aku harus pergi lebih cepat hari ini,Kak. Ada tugas kelompok yang belum selesai dan kelompokku sepakat untuk mengerjakan sisanya pagi ini di Sekolah. Aku harus datang lebih awal,"

"B-benarkah ?" Suara Taehyung terdengar begitu kecewa, membuat Jungkook merasa berdosa telah membohonginya, "Sudah kali keberapa kita tidak sarapan bersama. Ayah bahkan berjanji untuk mengantar kita saja hari ini, Dek.."

Sebelah alisnya terangkat,"Maaf mengecewakanmu, Kak. Aku sering terlambat bersiap-siap beberapa minggu ini, seperti yang Kau tahu.."

Kakinya memilih untuk melangkah, perlahan meninggalkan Taehyung yang membeku disana. Alih-alih Jungkook berbalik, menatap Taehyung dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat, "Tentang Ayah yang ingin mengantar kita, Aku rasa Kau salah menyebutkannya..Ayah hanya akan mengantarmu, bukan kita.."

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang