Bagian Limabelas

8.2K 924 718
                                    

Nb. Aku ngetik ini sambil denger Perfect-nya Simple Plan, boleh kalian dgr lagu itu dulu dan resapi arti lagunya ya~

Enjoy and Happy reading~ Sorry for the typos~

Bagian Limabelas

Hey Dad, Look at me. Think back and talk to me. Did I grow up according to plan?

Bantu Aku pergi dari sini, Namjoon.

Sayangnya, Jungkook tidak mengucapkan untaian kalimat itu dengan keras hingga tidak menyentuh indera pendengaran Namjoon saat mengunjunginya tadi.

Tidak ada ekspresi terkejut dari Namjoon, sebab Jungkook memang tidak mengatakan apa-apa perihal keinginan hatinya. Lantas Jungkook mengingat pelukan mereka yang terlepas, bersamaan dengan sosok Ayah Namjoon yang muncul bersama suara decitan pintu, bahkan Ayah Kim juga mengikuti dibelakangnya.

Ia pun masih ingat bagaimana sorot kecewa dan marah di wajah Ayah Namjoon saat menatapi Namjoon yang hanya bisa tertunduk, berkali-kali mengucapkan maaf pada Ayah Kim dan juga Jungkook dengan nada menyesal.

Keadaan yang saat ini dipenuhi dengan penyesalan.

Sepulangnya mereka Jungkook memilih terpekur di ranjangnya, mengabaikan sosok yang tumbuh remaja bersamanya hampir lima belas tahun. Taehyung, sosok itu memilih untuk memasuki kamar Jungkook setelah tamu keluarga Kim pergi meninggalkan rumah.

Sementara Jungkook terdiam, Taehyung pun memilih tidak bersuara, gerak-geriknya menunjukkan rasa tidak nyaman saat hening mendominasi diantara mereka.

"D-Dek, Ayo makan malam bersama. Ibu dan Ayah menunggu di meja makan. Oh, atau Kau ingin makan di kamar saja? Biar Aku ambilkan, ya? ."

Akhirnya salah satu dari keduanya membuka suara, Taehyung terdengar ragu saat menawarkan ajakan makan malam pada Jungkook, ragu karena begitu enggannya Jungkook untuk melihat kearahnya.

"Kau saja yang pergi untuk makan malam. Jika tidak nanti Kau akan sakit lalu Ayah akan menuduhku sebagai pembunuh. Keluar, Kak. Aku sudah bilang Aku tidak ingin membicarakan apapun denganmu."

Ini adalah kalimat terpanjang yang Jungkook ungkapkan kepada keluargnya semenjak kejadian itu. Patut di apresiasi, namun hati Taehyung teriris dibuatnya.

"Dek." Lirih Taehyung dengan begitu pelan. "Jangan seperti ini" Ia meminta dengan seluru hatinya. "Maafkan Ayah, Maafkan Ibu. Maafkan kami semua, Dek."

Arah pandang Jungkook tidak berubah, ia tetap menatap lurus pada jendela kamarnya yang terbuka. Terlalu enggan menghantarkan tatap matanya untuk menoleh pada Taehyung.

"Dek, Aku mohon. Ayo kita membuat semua ini membaik."

Hanya dengusan nafas kesal yang terdengar, Jungkook lantas berdiri dengan tubuhnya yang masih sedikit lemas, bergerak tergesa untuk mengambil tas ransel yang berukuran cukup besar lalu membuka lemarinya dengan kasar.

Mata Taehyung membola, ia lantas ikut berdiri dan mencegah pergerakan Jungkook yang mulai memasuki beberapa helai baju miliknya.

"Dek, Apa yang Kau lakukan?" Tanya Taehyung, menahan tangan Jungkook agar mencegah pergerakannya.

Tapi si pemilik nama tidak perduli, ia menghentakkan tangan Taehyung dan tetap mengemasi bajunya.

"D-Dek? Kau ingin pergi? Tidak! Tidak! Kau tidak boleh kemana-mana, Kau harus tetap disini. "Kita bersaudara, Dek. Kita hanya punya satu sama lain.A-Aku akan mencoba menjadi Kakak yang baik untukmu. A-Aku mohon tetaplah bersama kami, Dek."

A Brother [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang