Chapter 16 : Winter Madness

618 172 45
                                    

Chanyeol's POV

Menjelang pergantian tahun, seantero negeri pastinya dengan meriah merayakan babak yang baru. Diawali dengan pagelaran di setiap pelosok, hingga adanya taman bermain agar semua orang dapat melepas penat setelah tak sudah-sudahnya bekerja hingga lebih dari waktu seharusnya.

Begitu pula dengan gue yang sudah berada pada titik jenuh menjalani aktivitas yang tak ada jeda — latihan menari, olah vokal, menghapal lirik. Semuanya berlangsung selama seharian, semalaman penuh sehingga terkadang gue rasa gue bisa terkapar seperti ikan asin.

Dengan salju yang masih turun, gue, Xing Xing, dan Suho memutuskan untuk mengunjungi sebuah theme park yang baru dibuka tepat pada hari Natal lusa lalu. Engga usah lo bilang, di sini begitu ramai akan anak-anak kecil hingga lansia sedari pagi.

Tak ada yang dapat mengenali kami bertiga karena masker yang kami gunakan jelas membuat tak seorangpun berhasil mengidentifikasi paras kami yang di atas rata-rata itu.

"Hei, hei." Suho mencolek lengan gue dan Xing Xing, lalu menunjuk ke arah komedi putar yang sedang beroperasi.

"Hei Tayo.." Xing Xing terkekeh kecil, lalu menertawakan leluconnya yang sama sekali tidak lucu. Payah, batin gue.

"Ayo naik itu!" Kedua mata Suho seketika berbinar-binar. Tak terlihat sama sekali ia adalah leader boygroup yang biasanya berwibawa. Yang ada hanyalah ekspresi seorang anak sekolah dasar yang sudah lama ingin naik wahana.

"Lo yakin? Kita baru makan sebelum ke sini. Nanti muntah," balas gue.

"Bukannya lo takut pusing kayak waktu itu, ya? Sampai teler di perjalanan pulang? Hahahaha." Suho pun berjalan di depan gue dan Xing Xing dengan kedua tangannya di dalam mantel, tertawa keras. Sial, hobinya yaitu mengungkit aib orang lain masih saja belum hilang.

Gue langsung memukul keras punggung Suho hingga ia terbatuk-batuk. Lelaki itu melirik gue, seolah mengatakan : lo-sudah-gila-Chanyeol!
Gue hanya tersenyum kecil, lalu menoleh ke sekitar dengan tanpa rasa bersalah.

You can call me monster..

Eh, salah.

You can call me psychopath..

"Engga ada wahana apa gitu yang menarik? Masa cuma gini-gini doang, dih." Xing Xing mulai menggerutu hingga dialek Dataran Cina nya keluar. Wajahnya berubah menjadi membosankan, sama seperti keseharian gue.

"Xing, temenin gue naik komedi putar.." Suho menggaet lengan Xing Xing, lalu melirik gue dengan tatapan sinis. Huh, gue sudah biasa berkonflik seperti ini. Seperginya Suho dan Xing Xing, gue pun berjalan pelan mengitari tempat itu.

Lempar cincin, tembak target, tebak kode.. Semua permainan yang sudah-sudah.

Gue merasa begitu sepi di keramaian. Hati gue serasa sangat kopong, seolah tak ada yang menopang diri gue untuk bersemangat menjalani hari demi hari. Memiliki pacar yang notabene 'sempurna' di jutaan pasang mata orang, nyatanya tak membuat gue jauh lebih bahagia semakin gue mengarungi perjalanan.

Apa lagi yang gu..

"Permisi, Kak, silakan masuk ke stand kami!" Seorang gadis kecil berkepang dua berdiri di depan gue dengan senyum yang amat manis. Ia menyodorkan selembar brosur yang.. sangat menarik.

Tak pernah terbayangkan oleh gue bahwa gue akhirnya akan menghabiskan waktu gue di stand ramalan, walau gue tak pernah mempercayai prediksi semacam itu.

Yang ada hanyalah usaha dan tekad kita untuk masa depan.
We are the ones who decide.

Gadis yang kurang lebih berusia 11 tahun itu lalu membimbing gue masuk ke dalam tenda kecil yang berada di bawah pohon akasia dengan ornamen natal dan lampu kerlap kerlip di dalamnya.

Mizpah | Park Chanyeol✔️Where stories live. Discover now