Se

1.7K 154 40
                                    

Hay guys....
Lama banget aku gak update crita yang ini..
Udah setahunan kali wkwk
Happy reading..
Vote nya jangan lupa yah hehehe
Makasih semuanya😍😘

Ervida sudah siap dengan amplop pengajuan mutasinya dan menuju ke ruang HRD. Dan dia baru saja dia hendak masuk kedalam lift dan bertepatan dengan  Dion yang akan keluar dari lift. Dion tetap diam didalam lift membuat Ervida ragu-ragu untuk masuk kedalam lift.

Sudah tidak ada pilihan lagi. Ini yang terakhir, iya, ini yang terakhir. Pikir Ervida merapal dalam hati. Dan melangkahkan kaki gempalnya kedalam lift. Suasana dalam lift terasa sangat canggung dan lift terasa berjalan lambat.

"Kamu mau kemana?" tanya Dion menghilangkan keheningan.

"Mm- mau ke-ke mbak Diyah" jawab Ervida ngawur.

"Diyah? Anak HRD?" Tanya Dion dan diangguki oleh Ervida. Beruntungnya lift terbuka tanpa babibu Ervida langsung keluar dari lift. Dion juga hendak menyusul Ervida tapi dering smartphonenta membuat Dion  mengurungkan niatnya.

***

"Huft! Untung nggak ngintil sampai sini, lagian kenapa sih dia sok care? Nggak tahu apa gue lagi bangun tembok besar tebal dan tinggi kek gue buat membentengi hati dari dia, yaampun susah banget dah kalo gini caranya" ujar Ervida pada dirinya sendiri.

"Woi! Ngapain ngoceh sendiri?" Diyah yang baru datang langsung menepuk pundak Ervi yang sedang komat kamit tidak jelas.

"Haduh! Mbak Diyah kaget aku mbak!" Ervida mengelus dadanya.

"Lagian sih komat kamit gak jelas, mau apa lu kesini tumben banget" Ervida mengangkat amplop yang sedari tadi di tangannya.

"Katanya ada lowongan mutasi yah? Aku mau dong mbak pindah kantor cabang" kata Ervida menjelaskan.

"Elu mau ikut daftar? Terus yayang beib lu gimana?" Tanya Diyah.

"Mbak, aku boleh minta tolong nggak mbak, jangan bilang siapa-siapa yah mbak kalau aku mau ikut mutasi" kata Ervida serius.

"Lah ama si ganteng udah enggak lagi?" Tanya Diyah heran.

"Mungkin bukan jodoh mbak, yah mbak jangan sampai nyebar kalau aku mau pindah yah mbak" kata Ervida.

"Iya deh, yuk kedalem kasih sama pak Dodo suratnya" kata Diyah.

"Iya mbak" Ervida mengikuti langkah Diyah.

***

"Woy gimana? Abis ngasih surat izin mutasi muka lu ketekuk gitu, nyesel yah lu?" Tanya Zikah ketika Ervida baru datang dan duduk lemas dikubikelnya.

"Huuhhh nyesel nggak nyesel harus tetep gue lakuin" jawab Ervida.

"Kenapa lagi tuh muka, kagak dapet izin mutasi?" Fakiyah yang baru datang dengan membawa map ikut bertanya.

"Boleh, 2 minggu lagi aku udah pindah dari sini" kata Ervida.

"Waduh secepet itu?" tanya Zikah kaget.

"2 minggu lagi gue bakal kehilangan springbed gue!" pekik Fakiya.

"Kehilangan springbed?" Suara dingin itu membuat ketiga manusia itu menatap ke sumber suara. Dan hampir saja Ervida memekik keras karena mengetahui pemilik suara tersebut adalah Dion.

"Eh- Pak Dion" kata Zikah tergagap.

"Kehilangan springbed bagaimana?" Tanya Dion mengabaikan sapaan Zikah.

"Eh itu Pak, em anu, Si Fakiyah mau pindah kos Pak, iya padahal dia sayang banget sama springbednya yang di kos lamanya"jelas Zikah berbohong. Dion tetap memandang tidak percaya kearah mereka.

You Are My AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang