ahob

595 47 7
                                    

selamat malam dear...

maaf banget yah baru bisa update, lagi ribet banget gais.

tapi kali ini aku gak menunda lagi buat update. 

oh yah boleh minta doa dari kalian gak, supaya niatku yang akan aku lakukan dipermudah,

makasih yah udah mau doain aku

aku sayang kalian semua 

Mereka masih menatap satu sama lain, Ervida berkecamuk sendiri dalam hati, sisi lainnya tak percaya bahwa yang didepannya adalah Daviannya dulu, tapi sisi satunya mengingat akan perlakuan Davian yang meninggalkannya begitu saja,

"Em, Ada yang bisa saya bantu Pak?" Akhirnya Ervida membuka bicara sekaligus menyadarkan Davian.

"Em, iya, kamu yang menerima pembayaran dari Jaksen Group?" Davian berjalan menuju kursi kebesaranya dan duduk disana.

"Iya Pak, saya" jawab Ervida masih berdiri namun sudah mendekat ke meja Davian.

"Duduk dulu" titah Davian dan dituruti oleh Ervida.

"Berkas sudah ditandatangani semua sama pihak Jaksen?" tanya Davian tanpa mengalihkan pandangannya dari Ervda.

"Sudah Pak, kemarin berkas sudah selesai dilegalisasi semua" Davian hanya mengangguk.

"Oke" dapat dilihat Ervida menghembuskan nafas lega. Tapi berubah menjadi tegang.

"Saya seperti mengenal kamu" Ervida melotot mendengar penyataan Davian.

"Ah iya, Nama kamu Ervida? Ervida Vantikasari? SMK Bina Utama?" Ervida semakin kaget, bahkan sekarang ia sudah menganga lebar mendengar penuturan Davian.

"Benar?" kata Davian yang akhirnya diangguki oleh Ervida. Ervida segera menormalkan ekspresinya sesekali mengalihkan pandangannya dari wajah Davian.

"Oh benarkah? Berarti kamu teman sekelasku?" ucap Davian pura-pura baru mengenali Ervida.

"Bapak benar benar Davian?" Davian terkekeh dan mengangguk.

"Pertanyaanmu seolah tidak percaya kalau aku ini teman sekelasmu"kata Davian.

"Yah aku hanya jaga-jaga saja, kalau kamu bukan teman sekelasku kan aku malu kalau sok kenal sama kamu" kata Ervida menjalaskan.

"Strategi yang bagus, jadi kita berteman lagi?" kata Davian.

"Sejak kapan kita musuhan?" sanggah Ervida.

"Oke kita masih teman, kalau lebih? Bisakah aku mendapatkan kesempatan itu?" Raut Ervida berubah menjadi kaku, ia menegang, tak tahu harus menjawab apa, ini erlalu mengejutkan untuknya.

"Gimana Er?Bolehkah-" Kata Davian yang sudah disela oleh Evida.

"Jangan! Jangan datang padaku menginginkan hubungan lebih dari teman, aku tidak bisa" Davian pun terkejut akan jawaban Ervida.

"Kenapa?" tanya Davian masih terpaku.

"Karena kesempatan itu sudah hilang setelah kamu pergi, kesempatan itu sudah hancur setelah kamu hilang, semuanya sudah tidak ada kesempatan untuk lebih dari teman, aku tidak bisa lagi menerimamu" jelas Ervida memandang kearah lain. Ia tidak ingin luluh kali ini, dia tidak ingin jatuh kembali pada luka yang sama, lukanya yang sesekali masih terasa nyeri, kini terasa basah kembali.

"Kalau begitu aku akan membuatmu menerimaku" tekad Davian.

"Lakukan saja, lakukan apapun yang kamu mau Dav, tapi aku ingatkan, jangan sampai kamu melakukan hal yang ujungnya akan sia-sia" Ervida bangkit dari kursi hendak keluar dari ruangan Davian, ia membuka knop pintu dan mendengar teriakan Davian.

You Are My AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang