❁ 20. Ego Memimpin ❁

3K 122 0
                                    

Tegar hendak pergi, namun tangannya tercekal.

"Makasih udah bantuin gue. Dan ... maaf soal ngomong keras di depan lo tadi." Meskipun di keadaannya yang tidak memungkinkan gadis ini menguatkan dirinya untuk berucap.

Tegar duduk di sebelah Kristin "Sama-sama. Kalau boleh tahu lo kenapa?"

"Phobia durian. Ella, Nadia dan teman-temannya yang buat gue jadi kayak gini. Kalo saja gue nggak phobia mungkin mereka udah habis di tangan gue," kata Kristin diiringi senyum getir.

Tangan Tegar terulur mengacak gemas rambut Kristin. "Istirahat. Kalo udah baikan gue siap terbuka."

Tanpa diduga oleh Kristin, lelaki ini mengecup singkat dahinya sebelum pergi. Tentu itu membuat gadis itu terpaku.

•••

Pulang sekolah. Nadia bertambah kesal pada Tegar. Menurutnya Tegar sudah kelewatan, dia sudah membawa Kristin pulang ke rumahya dan dirinya tidak dijemput di sekolah yang membuatnya harus naik taxi sendiri. Ditambah lagi lelaki itu semakin dingin padanya. Tidak menggubris segala racauannya sejak tadi, dirinya tidak peduli bila istirahat Kristin terganggu.

"Heh! Dengerin gue dong Gar! Lo itu gimana sih?! Seharusnya tadi itu lo jemput gue. Telpon nggak diangkat, pesan nggak dibales, mau lo apa? Emangnya apa sih kelebihan tu cewek?!" racau Nadia lagi mengokori Tegar kemanapaun lelaki itu pergi.

Tegar menulikan telinganya, membuat semua kondisi masa bodoh. Ia tetap fokus membuatkan bubur dan teh manis untuk Kristin. Setidaknya itu yang bisa dirinya lakukan.

Selesai dengan aktivitasnya. Tegar membawa nampan itu ke atas dan tentunya Nadia bertambah kesal. Tapi dengan terpaksa Nadia mengekori Tegar lagi.

Dengan perlahan Tegar membuka pintu kamarnya. Yang awalnya tempat tidur itu kosong, kini telah ditempati seorang perempuan cantik yang mengisi hati hampanya. Kepura-puraan mereka masih mode on, entah kapan itu semua akan off.

Kristin membuka matanya ketika terdengar suara dari arah pintu. Sebenarnya ia tidak tidur hanya menutup matanya sebentar.
Wajah itu masih senantiasa dingin, tetapi itulah yang menambah kadar ketampanannya. Lelaki itu berjalan menghampirinya. Meletakkan nampan di atas nakas. Sekilas Kristin melihatnya, rasa ingin makan dan tidak beradu sendiri.

Kristin hanya mengikuti apa yang dilakukan Tegar padanya. Seperti menuntunnya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Tegar duduk di sampingnya, mengambil mangkuk bubur kemudian menyuapkannya pada Kristin.

Setelah menelan makanannya Kristin bertanya. "Lo udah makan?"

Tegar menggeleng sebelum menyuapkannya pada Kristin lagi. Kristin mengambil alih sendoknya kemudian menyodorkannya pada Tegar.

"Nanti gue makan sendiri," balas Tegar setelah dirinya tahu apa yang ingin dilakukan Kristin.

"Lo juga harus makan, ayo buka mulutnya," suruh Kristin, ia menyodorkan ujung sendok itu di depan mulutnya.

Dengan ragu Tegar menerimanya, melihat hal itu Kristin tersenyum.

Beberapa menit kemudian, mangkuk itu sudah kosong
"Ini lo yang buat?" tanya Kristin memiringkan kepalanya.

Tegar mengangguk. "Kenapa?"

"Lumayan. Tapi kurang manis dikit," kritik Kristin diiringi senyum jahil.

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now