❁ 29. Hanya Berdua ❁

3K 124 0
                                    

Dekat denganmu berlama-lama membuatku selalu membeku dengan semua tingkah sederhanamu

▪▪▪

Tegar tersenyum tipis, mendapat pandangan gadis yang ia sukai tengah mengotak-atik dapur. Tipe cewek pertamanya adalah mencintai kesederhanaan, kedua adalah pandai memasak, dan ketiga adalah tidak terlalu banyak tingkah seperti kebanyakan wanita di luaran sana. Kriterianya sudah berada pada diri perempuan tersebut.

Tegar melihat gadis itu tengah kesusahan melakukan aktivitasnya. Karena rambut panjangnya terus menghalangi pandangannya. Ia bangkit, menghapiri Kristin. Dia mengikat rambut gadis itu asal tanpa permisi.

Kristin menahan napasnya sebentar, tindakan kecilnya mampu membuat jantungnya kembali berdisko. Namun, dengan sisa kemampuannya ia tetap melanjutkan aktivitasnya.

Merasa penasaran dengan gadis itu karena tangannya bergerak kaku saat memotong bawang. Akhirnya Tegar memiringkan kepalanya menatap Kristin dingin. Sontak Kristin memfokuskan pandangannya pada bawang itu. Mencoba kabur dari tatapan lelaki tampan itu. Entah kenapa akhir-akhir ini dirinya selalu gugup bila didekat pria dingin di sampingnya.

Tegar tertawa lepas selepas-lepasnya melihat wajah gugup gadis itu. Sampai-sampai dirinya memegang perut saking lucunya wajah itu. Kristin menghentikan aktivitasnya, ia menoleh pada lelaki itu. Tawanya begitu lepas, itulah yang dilihat Kristin. Bukannya kesal, melainkan terpanah. Baru pertama kali dirinya melihat dan mendengar tawa itu. Ia sampai tidak mengedipkan matanya, merasa takjub dengan indahnya pemandangan itu.

Tegar menegakkan tubuhnya dengan napas tak beraturan karena terlalu banyak tertawa. Dia memegang bahu Kristin dengan sesekali tertawa kecil.
Ia menatapnya. "Kedip!"

Kontan Kristin sedikit menjauh dari pria itu, mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha sadar. Ia memalingkan wajahnya ke asal arah, menjauhi tatapan itu.

"Ke-kenapa lo ketawa?" tanya Kristin terbata, sebab ia tidak bisa mengontrol jantung dan kegugupannya. Sungguh, dirinya dibuat super gugup kali ini. Biasanya dirinya selalu menghadapi semua dengan tenang seakan reaksi semua cowok itu hanyalah sebuah permainan yang menghibur. Tapi, hari ini apa? Dia ingin segera menghilang dari tempat ini sekarang juga.

Tegar mengangkat sebelah alisnya. Bahagia sekaligus merasa aneh. Bahagia karena dirinya menertawakan gadis itu dan aneh karena baru kali ini dia menunjukkan tawa lepasnya pada seseorang termasuk orang tuanya. Wajahnya kembali menjadi dingin lagi.

"Lucu," jawabnya santai. Kristin menoleh, masih dengan tampang gugupnya. "Karna baru kali ini gue ngeliat cewek gugup setelah bercumbu."

Kristin membalikkan badannya, membelakangi lelaki itu. Itu mulut bisa dijaga nggak sih ...?! Asal ceplos aja kalo ngomong, batinnya. Ia berusaha menetralkan jantungnya, memberanikan diri untuk menatapnya. "Heh! Pergi sana, jangan ganggu gue masak. Kalo nggak jadi-jadi jangan salahin gue," usirnya ketus.

Tegar memiringkan kepalanya, bingung. Tadi gugup, sekarang ketus. Batinnya. Ia tertawa sinis mendapat ketusan itu. "Masak aja, nggak akan gue ganggu kok."

Kristin menatap lelaki itu lalu menyergah, "Ya udah kalau nggak mau pergi, gue nggak akan masak. Gitu aja repot."

"Lanjutin atau gue cium lagi?"

Kristin mengangkat sebelah alisnya. "Berani?" remehnya.

Gadis itu melotot. Sebab Tegar dengan cepat menarik tengkuknya dan menciumnya kemudian melepaskannya. "Lo pikir omongan gue main-main?"

Kristin bungkam. Lantas dia menyikut perut lelaki itu kasar membuatnya meringis kesakitan.

"Rasain," ejeknya kemudian melanjutkan aktivitas yang tadi sempat tertunda.

Terlintas ide jahil berlalu di otak Tegar. "Aaaargh ... sakit banget ...," teriaknya.

Kristin menoleh, matanya melotot melihat lelaki itu kesakitan berguling-guling di lantai. Karena khawatir dia duduk di sebelahnya.

"Tegar, lo kenapa, hah?"

"Perut gue sakit ... Kris ... arrgh. Gue nggak tahan ...," teriaknya lagi.

Kristin semakin dibuat khawatir dengan lelaki itu. Ia bingung harus berbuat apa. Kemudian dia meletakkan kepala pria itu di pangkuannya. "Gar ... kalo perut lo ada lukanya, kenapa nggak bilang? Gue minta maaf," sesalnya.

Kristin bertambah panik, pasalnya lelaki itu sudah tak sadarkan diri. Dia berusaha membangunkannya dengan menepuk pipinya berkali-kali.
"Gar bangun, jangan buat gue khawatir sama lo dong! Bangun ...." Tak terasa air beningnya mulai berjatuhan membasahi wajah lelaki itu.

Segera Kristin menghapus air matanya kasar, meletakkan kepala lelaki itu di lantai sebelum berdiri mengambil ponselnya di tas yang ia letakkan di sofa tadi.

Sebelah mata Tegar terbuka, melihat apa yang dilakukan gadis itu. Mulutnya terbuka, ketika tahu bila gadis itu mungkin akan menelepon ambulan atau para sahabatnya. Segera dia bangkit, perlahan menghampiri gadis itu. Dia memeluknya dari belakang sebelum mengambil ponsel gadis itu. Mematikan sambungannya sebelum terhubung, lalu melemparkan ke sofa.

Kristin membeku. Semua yang dilakuan lelaki itu terlalu mendadak. Jantungnya pun mulai berdisko lagi.

Tegar mengeratkan pelukannya di perut perempuan itu. Kepalanya ia sandarkan di bahunya, dia menyukai aroma badan gadis itu. Sangat menyegarkan. Entah kenapa dirinya begitu tergila-gila pada gadis itu. Seakan tak ingin terlepas dan jauh darinya.

"Lo gugup lagi ya?" bisik Tegar mempertahankan posisinya. Napasnya menyapu-nyapu leher jenjang Kristin.

Sementara gadis itu memejamkan matanya akibat deruan napas itu terasa geli di lehernya. Dia hanya bisa diam.

"Baru kali ini gue suka sama cewek. Kalo dulu mungkin gue terlalu masa bodoh tentang cewek. Tapi sekarang, gue bener suka sama lo. Gue mau ngerubah kepalsuan itu jadi kebenaran. Menjadikan status yang lebih terikat. Lo mau, kan?"

Kristin memutar balik tubuhnya, menatap lelaki itu dari dekat. Beberapa saat dia diam sebelum mengalungkan tangannya di leher Tegar. Dia tersenyum senang kemudian mengangguk. "Gue mau."

Saking senangnya, Tegar reflek memeluk gadis itu erat yang juga dibalas olehnya. "Jadi, kita resmi pacaran?" Ia meyakinkan.

Kristin mengangguk dalam pelukan.

"Makasih."

🌻🌻🌻

Wew! Udah jadian aja mereka. Yoks, masih ada hambatan berat didepan mereka. Apakah mereka bisa melewatinya bersama?
Baca bila penasaran.....

Jangan lupa vote and comentnya
🌈🌈🌈

Cool Boy and Strong Girl             [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang