|20| Refleksi

14.3K 1.9K 107
                                    


|20| Refleksi



"Yakin, bener-bener cuma temen?"

Mendengar pertanyaan yang sama dari orang yang sama pula membuat Laga bingung harus menjawab apa lagi. Dari tadi dia sudah mengulang jawaban yang sama hampir lima kali, tapi sepertinya jawabannya tidak mampu meredakan  rasa penasaran dari orang itu. Pada akhirnya Laga hanya bisa tersenyum kecil sambil menggaruk belakang kepalanya. Pura-pura misterius a.k.a bodoh mungkin pilihan yang paling baik untuk saat ini. Tentunya hal ini untuk menghindari momen akwawrd yang bisa saja terjadi antara dirinya dan Pesona. Laga sadar betul jawabannya untuk pertanyaan itu berpengaruh pada hubungannya dengan Pesona.

Merasa tidak puas dengan respon Laga, Saras berdecak kesal. Kemudian dia mendekatkan tempat duduknya ke arah Laga yang kontan membuat pria itu meringis ketakutan. Iya, ini kali pertama dia bertemu dengan wanita se-ekstrem Saras. Bahkan jawaban berulang yang diberikan Laga dan Pesona tidak mampu membuat Wanita itu puas. Bagai kaset rusak bibirnya terus mengulang pertanyaan yang sama.

"Dia udah bilang iya." Ucap Pesona malas.

"I-iya. Kami emang cuma temen." Tegas Laga untuk ucapan Pesona barusan.

Tapi sepertinya bukan itu jawaban yang ingin Saras dengarkan, buktinya wanita itu malah mengerucutkan bibirnya sebal lantas bersandar di bahu kursi sambil menampilkan raut tidak puas secara sengaja.

"Gak percaya!" Seru Saras dengan banyak penekanan.

"Gak masalah."

"Kalian pasti bohong."

"Terserah."

"Aku yakin ada affair di antara hubungan sebatas 'teman' yang kalian omongin itu."

"Serah."

"Kenapa mesti bohong sih, toh, aku dan yang lain juga pasti bakalan setuju. Siapa tahu bulan depan kalian bisa nyusul Dyah sama Ganda."

Saras terus saja berbalas kata dengan Pesona, walau hanya direspon singkat oleh gadis itu.

Jika tidak dihentikan sepertinya mereka akan terus saling balas sampai petugas katering membersihkan meja-meja berisi makanan. Untuk itu demi mendapat kenyamanan, Maya memilih jadi penengah. Dia juga sudah bosan mendengar perdebatan antara Saras dan Pesona. Walaupun dia tahu niat Saras yang ingin mengorek informasi paling jujur dari Laga dan Pesona tidak ada salahnya. Hanya saja, menurut Maya hal ini hanya bisa dibicarakan oleh yang bersangkutan. Dia dan yang lain tidak berhak untuk ikut campur.

"Mbak, kan udah dijawab gak ada apa-apa." Tekan Maya pada Saras. Namun hanya kata itu yang berani Maya utarakan, pelototan mata dari Saras cukup mampu membuat gadis itu menutup mulut dan menundukkan kepalanya.

Sedangkan orang-orang lain di meja itu memilih jadi pendengar atau pura-pura jadi patung atau stupa sekalian.

Saras tiba-tiba berdecak kesal. "Ah bohong. Aku gak percaya kalau di antara kalian gak ada apa-apanya."

Pesona memutar bola matanya mendengar itu. "Aku juga gak masalah kalau kamu gak percaya." Gadis itu beralih pada Laga. "Gak usah notice dia. Lama-lama juga bosan."

Tiba-tiba Maya memekik kesakitan saat kepalanya ditoyor oleh Saras. Saras sendiri tidak peduli dengan tindakan kasar yang ia lakukan, bahkan pelototan suaminya hanya dianggap angin lalu oleh wanita itu.

"Kok noyor aku sih, mbak?" Protes Maya tidak terima.

"Aku kesel."

"Lah salahku apa?"

"Gak ada." Jawab Saras yang membuat Maya mendengus sebal. Gadis itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal tanpa bisa membalas.

Sedangkan Pesona sendiri tidak ambil pusing, toh, dia sudah biasa melihat tingkah absurd salah satu sahabatnya itu.

Refleksi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang