×15°

2.7K 451 28
                                    

Hyunjin memasuki ruang kelasnya yang tampak masih sepi. Ada Jeno dan Jaemin di sana, namun mereka sudah tidak pernah saling bertegur sapa sejak bertengkar dengan Hyunjin kemarin. Hyunjin juga sepertinya menjaga jarak dengan kedua orang yang pernah dianggapnya sebagai teman tersebut.

Selang beberapa menit sejak Hyunjin masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya, Jinyoung memasuki kelas bersama Felix. Mereka membicarakan soal ulangan matematika kemarin. Hyunjin ingat, dia belum mengikuti ulangan matematika kemarin, sebab dia ketiduran di UKS. Mungkin pulang sekolah nanti, Hyunjin bisa menemui Pak Yoon untuk mengikuti ulangan susulan. Bisa gawat kalau nilai akhir semester Hyunjin jelek, ayahnya bisa menceramahinya dengan kalimat-kalimat menyebalkan. Hyunjin benci itu.

"Heh, kutil kuda! Pak Yoon memintamu menemui beliau di ruangannya usai jam istirahat pertama," kata Jinyoung pada Hyunjin.

Hyunjin hanya berdecih. Kesal sebab Jinyoung mengatainya kutil kuda. Tak bisakah Jinyoung berbicara dengan baik pada Hyunjin, toh Hyunjin juga akan mendengarkannya dengan baik.

"Jangan membuat banyak masalah, ayahmu sangat mengkhawatirkanmu," lanjut Jinyoung yang sebenarnya sudah lelah menasehati teman sekelas, sekaligus saudara tirinya tersebut. Hyunjin tidak pernah mendengarkannya.

"Hm." Hanya sebuah balasan singkat sebelum Hyunjin belajar untuk ulangan susulan.

Jinyoung hanya geleng-geleng kepala. Padahal Hyunjin semalam bersikap sok akrab dengannya, tapi sekarang dia sudah mulai bersikap sok tidak kenal. Random sekali.

Bukan Hwang Hyunjin namanya kalau dia tidak berubah-ubah sesuai mood dan kondisi sekitarnya.

***

"Kak!"

Hyunjin terkejut dan hampir menjatuhkan kaleng sodanya kala telinganya menangkap suara Jeongin yang memanggil namanya. Hyunjin menoleh, mencoba mencari sumber suara. Dia yakin seratus persen kalau itu suara si manis dari Busan, Yang Jeongin. Hyunjin kaget bukan main, ternyata Jeongin sudah ada di sampingnya. Sejak kapan? Hyunjin tak tahu pasti, yang jelas keberadaan Jeongin sungguh membuatnya terkejut.

"J-jeongin? Ada apa?" Tanya Hyunjin memalingkan wajahnya, enggan menatap Jeongin. Takut bahwa ia akan luluh pada manik coklat gelap yang menyihirnya untuk mengagumi binar kesungguhannya.

"Kak Hyunjin mau tidak bergabung dengan tim proyek game?" Tawar Jeongin. Pokoknya di harus berhasil membuat Hyunjin bergabung, bagaimanapun caranya. Ini amanat dari Jisung.

Hyunjin tertawa terbahak-bahak mendengar tawaran Jeongin. Dia memang punya kelainan humor sejak mengenal Jeongin.

Jeongin memiringkan kepalanya, bingung kenapa Hyunjin malah menertawainya. "Ada yang lucu?"

Hyunjin berhenti tertawa, meskipun sesekali masih terbahak. "Kau yang lucu! Tidakkah kau ingat kalimat-kalimat kebencianku akan tim proyek game konyolmu itu? Dan sekarang kau malah memintaku bergabung dengan tim bodohmu itu, haha! Lucu sekali!"

Raut wajah Jeongin berubah. Dia mengerucutkan bibirnya kesal. Hyunjin memang menyebalkan. Pantas dia tidak punya teman. Tapi, kali ini Jeongin bertekad untuk menjadikan orang yang memiliki hati sekeras batu dan sedingin es tersebut sebagai kawan. Percayalah, Jeongin adalah orang yang gemar berkawan, walau pada kehidupan nyatanya di Busan, dia tak punya banyak kawan.

"Akan kubuat Kakak berhenti tertawa dan bergabung dengan tim proyek game kami! Camkan itu!" Kata Jeongin menekankan setiap kalimatnya. Ia merasa tertantang sekarang. Tertantang untuk menaklukan Hwang Hyunjin.

Cloudburst | hyunjeong ✔Where stories live. Discover now