×19°

2.6K 436 24
                                    

Hyunjin tersenyum getir menatap secarik kertas bertuliskan nomor telepon Jeongin. Dia bingung. Haruskah dia menyimpan nomor Jeongin? Ingin Hyunjin menolak, tapi instingnya mengatakan bahwa dia harus menyimpan nomor Jeongin.

"Haruskah aku menyimpannya? Tapi buat apa? Aku tidak butuh dia, tapi aku harus menyimpan nomornya. Ah! Membingungkan!" Hyunjin meracau tidak jelas sambil mengacak rambutnya frustrasi.

"Kau itu ribut kenapa sih?" Suara Jinyoung menginterupsi kegundahan hati Hwang Hyunjin.

Hyunjin lantas menoleh ke arah saudara tirinya yang berdiri di ambang pintu kamar Hyunjin dengan gaya sok cool (menurut Hyunjin).

"Bukan urusanmu," balas Hyunjin cuek.

Jinyoung terkekeh, "Ahh, biar aku tebak! Pasti Yang Jeongin-mu itu, bukan? Tidak ada orang yang mampu membuatmu uring-uringan selain Yang Jeongin."

Melihat perubahan ekspresi Hyunjin, Jinyoung dapat memastikan bahwa jawabannya seratus persen benar adanya. Ini akan jadi berita yang menghebohkan, bahwasanya Hwang Hyunjin dibuat uring-uringan oleh Yang Jeongin.

"Kau hanya tinggal menyimpan nomornya saja repot sekali," gerutu Jinyoung merampas paksa kertas bertuliskan nomor telepon Jeongin dan juga ponsel pintar milik Hyunjin.

Jemarinya mengetikkan angka-angka nomor telepon Jeongin di ponsel Hyunjin. Menamainya dengan nama Jeongin dan menyimpannya. Jemari Jinyoung bergerak membuka aplikasi chat milik Hyunjin. Mengetikkan pesan pada kontak Jeongin.

"Heh! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Hyunjin terkesiap menyadari apa yang dilakukan oleh Jinyoung.

"Membantumu menyimpan nomornya," jawab Jinyoung tanpa dosa.

"Ya, tapi kenapa kau mengirim pesan padanya juga, Bae Sialan Jinyoung?!"

Jinyoung mengangkat bahunya masa bodoh. "Hanya mengetes jaringan internet ponselmu."

Hyunjin segera merebut ponselnya dari tangan Jinyoung. Jantungnya bak berhenti berdetak mendapati pesan balasan dari Jeongin.



Yang Jeongin: Iya kak, ada apa?

***

Jeongin mengernyitkan dahinya. Sungguh tidak disangka, Hyunjin benar-benar menyimpan nomornya dan menghubunginya. Cukup mencengangkan, apalagi tadi Hyunjin nampak tidak suka dengan ulah Jeongin memberikan nomor ponselnya. Sekarang Hyunjin mengiriminya pesan.


Kak Hyunjin: Selamat malam, Jeongin :)



Jeongin tidak paham. Kenapa pula Hyunjin mengirim pesan kepadanya hanya untuk mengucapkan selamat malam? Membuang semua pemikiran negatifnya, Jeongin memilih untuk mengetikkan balasan pada Hyunjin. Menanyakan ada apa, untuk tahu apa maksud Hyunjin. Mungkin saja Hyunjin sudah mau berteman dengannya.

Dua menit kemudian, balasan dari Hyunjin datang. Jeongin buru-buru membacanya.



Kak Hyunjin: Enggak ada apa-apa, tadi hp ku dibajak Bae Jinyoung

Dahi Jeongin berkerut. Bae Jinyoung? Dia itu siapanya Hyunjin? Perasaan mereka terlihat tidak akrab sama sekali. Mereka hanya teman satu kelas biasa. Kalaupun mereka akrab, apa yang mereka lakukan malam-malam begini bersama? Apa mereka biasa nongkrong bareng atau bagaimana? Ah, Jeongin tidak paham.

Jeongin mengakhiri sesi chat-nya dengan Hyunjin. Matanya sudah sangat berat, minta diistirahatkan. Sejak pulang sekolah,dia sibuk berkutat dengan kertas-kertas dan pena, malam ini Jeongin baru bisa benar-benar beristirahat. Dia bahkan sengaja tidak datang ke kumpul tim proyek game seperti biasa dan memilih untuk menyelesaikan alur novelnya di rumah.

Cloudburst | hyunjeong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang