Part 10◽Sick

3K 289 23
                                    

"Oppa?!" Tangan seseorang menahan lengannya. Membuatnya langsung menoleh dan mendapati tatapan tak percaya dari Haneul. Gadis itu masih memegang denyutan dikepalanya, sepertinya masih ada sedikit efek alkohol dalam dirinya.

"Haneul?" Ucap Yonghwa tak percaya.

"Kenapa kau ada disini?" Tanya Haneul yang sedikit bingung. Saat dirinya berniat pulang tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat banyaknya kerumunan orang dan melihat siluet tubuh tegap yang dimiliki Yonghwa.

"Ak-aku.. Pulanglah naik taxi. Kau sepertinya mabuk." Haneul mengeryitkan alisnya. Menatap tak percaya saat melihat Yonghwa berniat pergi meninggalkannya?

"Kau mau kemana? Aku tak ingin pulang jika tak kau antar!" Ujarnya merasa kesal saat Yonghwa mengabaikannya seperti ini.

"Shit!" Umpat Yonghwa yang merasa kesal, ucapan Yonghwa barusan tentu saja membuat Haneul membulatkan matanya. Kenapa pria itu merasa kesal?

"Pulanglah sendiri. Ada urusan penting yang harus kulakukan. Ah, sial." Ungkap Yonghwa yang sedari tadi menyembunyikan rasa kesalnya terhadap gadis didepannya ini. Kini pandangan memujanya terhadap Haneul telah hilang sejak kejadian yang menimpa Nara barusan. Pasti Haneul ikut terlibat membuat Nara sampai seperti itu. Yah. Ia sangat yakin. Meski belum mempunyai bukti.

"Kenapa kau merasa kesal? Apa salahku? Lalu urusan mendadak apa yang ingin kau lakukan?" Tanya Hanuel merasa kesal. Ia tak suka Yonghwa menunjukkan rasa kesalnya. Terlebih pada dirinya. Selama ini Yonghwa begitu sabar dan perhatian, bahkan disaat dirinya telah menyakiti pria itu begitu dalam. Lalu kenapa sikap pria itu tiba-tiba berubah?

"Mulai hari ini aku dan kau tak mempunyai hubungan lagi. Mari kita tak usah bertemu lagi mulai sekarang dan semoga sikapmu berubah, Haneul. Anggaplah aku sebagai orang asing." Yonghwa mencoba melepaskan tangan Haneul yang tadi sempat mencengkram pergelangan tangannya. Sepertinya, Yonghwa sudah memutuskan pilihannya. Haneul terdiam kaku. Pria itu berjalan cepat menuju mobilnya dan tak menoleh lagi kearahnya.

Raut wajah yang Yonghwa tunjukkan tadi sungguh serius. Haneul tau itu. Tidak. Setelah semua dendamnya terbalas dan niatnya untuk kembali kepada Yonghwa akan terwujud. Pria itu tak boleh meninggalkannya seperti ini.

"Tidak!!! Kau tak bisa meninggalkanku!!" Haneul berteriak nyaring dan frustasi. Orang-orang yang berlalu lalang menatapnya aneh. Haneul menangis karena kesal. Lalu tangannya mengepal dengan erat. Ia akan mencari tau siapa yang menyebabkan Yonghwa bisa berpikir untuk meninggalkannya. Ia harus mencari benalu itu dan membuangnya jauh atau jika perlu menyingkirkan lalu membuatnya hancur seperti apa yang telah ia lakukan kepada si Jung Nara sialan itu.

"Tidak. Aku ini kuat. Yonghwa oppa pasti tadi sedang lelah dan ada seseorang yang mempengaruhinya. Besok, Yonghwa oppa pasti akan sadar dan kami akan kembali bersama." Tiba-tiba Haneul mengusap air matanya yang sempat keluar lalu kembali menunjukkan senyumnya. Kerumunan orang yang sejak tadi sebenarnya menganggunya, membuatnya tanpa sadar melangkah kesisi jalanan.

Darah? Ia mengeryitkan alisnya. Jadi, yang dilihat Yonghwa saat ia menghampirinya tadi adalah pemandangan itu? Itukah penyebab Yonghwa berubah?

"Apa tadi ada kecelakaan?" Pikirnya bermonolog. Merasa sedikit tertarik dengan kejadian didepan matanya.

••◽◽••

"Nara! Bertahanlah sayang!" Yian terus saja mengikuti Nara yang kini sedang ditangani oleh dokter dirumah sakit tersebut. Tubuh Nara sudah diletakkan ditempat tidur beroda. Mata Nara masih sedikit terbuka dan lagi-lagi Yian mengenggam tangan Nara dengan sangat erat. Berharap jika Nara masih sadar.

Pria itu masih saja menemani Nara dan ikut berlari saat semua orang dirumah sakit itu begitu cepat menangani Nara. Ruang operasi darurat sudah disiapkan dan saat langkah kakinya sudah mulai memasuki ruangan operasi tersebut, Yian pun dengan tak rela melepaskan tangan Nara. Tanda mengerti.

"Bertahanlah, aku akan menunggumu." Ujar Yian berbisik ditelinga kekasihnya itu. Tubuh Nara menghilang dibalik pintu ruang operasi dan mata gadis itu pun kembali terpenjam sepenuhnya.

"Yian!" Teriak seseorang yang berlari dengan nafas yang tersengal. Hak tinggi yang ia pakai saat ini tak membuat dirinya kesusahan untuk berlari. Ia sangat terkejut dan merasa khawatir saat mendengar jawaban dari Yian saat ia menelpon tadi karena pria itu mengatakan jika dirinya ada dirumah sakit.

Tanpa berlama-lama Minsu menyuruh supir taxi yang ia tumpangi agar berbalik arah dan langsung menuju rumah sakit yang pria itu sebutkan.

"Kau tak apa? Darah! Apa kau mengalami kecelakaan?" Minsu sedikit teriak saat menyadari tubuh pria itu terdapat begitu banyak darah. Baju putih yang dikenakan Yian saat ini sangat membuat hal itu semakin jelas lalu pipi Yian juga terdapat noda darah.

"Aku tak apa tapi dialah yang terluka parah." Yian jatuh terduduk lalu menahan isakanya. Minsu membantu tubuh Yian untuk duduk dilorong rumah sakit.

Ia memegang wajah Yian yang kini terlihat kosong.

"Ak-aku tak tau jika pertemuan kami kembali harus seperti ini." Yian menangis dan hal itu tentu saja membuat hatinya merasa sakit. Pasti pria itu begitu terluka. Minsu baru pertama kali melihat Yian seperti ini dan sepertinya ia tau siapa orang yang Yian maksud. Dan saat itulah ia merasakan hatinya kembali tersayat saat mengetahui fakta ini.

"Aku sangat merindukannya dan ingin memeluknya. Aku sangat senang mengetahui kami bisa bertemu tapi dia kritis Minsu! Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?!" Teriak Yian dan air mata pria itu kembali mengalir. Minsu memejamkan matanya sejenak dan membawa Yian kedalam pelukannya.

"Tenanglah. Kau harus bertahan dan yakin jika Nara akan baik-baik saja. Kita harus berdo'a. Tuhan pasti sedang menguji cinta kalian. Aku yakin kau dan Nara akan kembali bersama. Katamu Nara adalah gadis yang kuat bukan? Jadi, percayalah kepada Nara jika dia akan bisa melewati masa kritisnya." Ujar Minsu menenangkan. Yian membalas pelukan Minsu. Yah. Sahabatnya ini benar. Nara adalah gadis yang kuat dan tak mungkin mati secepat itu. Terlebih mereka belum sempat mengungkapkan perasaan rindu masing-masing.

"Yah. Nara pasti bisa karena dialah hidupku." Ucap Yian begitu yakin. Minsu kembali memejamkan matanya dengan kuat dan hatinya seolah tak sanggup untuk mendengar ucapan Yian disaat pria itu bilang jika Nara adalah hidupnya?

Sebesar itukah cinta Yian?

Tak bisakah ia masuk kecelah hati pria yang tengah ia peluk saat ini?

Meski sedikit saja?

Ah, bodoh. Apa yang sedang ia pikirkan saat ini?

Harusnya ia tak memikirkan hal bodoh semacam itu disaat situasi seperti ini. Yah. Kau memang bodoh dan jahat Minsu! Teriaknya dalam hati berulang kali.

"Tuan, ini ponsel pasien tadi." Ucap salah seorang suster yang datang menghampiri mereka. Sontak keduanya melepas pelukan dan menatap barang tersebut.

"Terima kasih." Yian menerimanya dengan cepat dan memperhatikan ponsel yang ia genggam saat ini. Ini ponsel Nara. Suster itupun pamit untuk pergi.

"Lihatlah, ternyata ia masih menyimpan gantungan ponsel yang kuberikan." Yian tersenyun ditengah kesedihannya. Minsu hanya menatapnya dalam diam, tidak tau harus berkata apa.

Pria itu terus memperhatikan gantungan ponsel berbentuk hati itu dengan mata menerawang, mengingat kenangannya bersama dengan Nara saat dulu.

Tiba-tiba ponsel yang ia pegang bergetar dan munculah nama seseorang yang membuatnya terkejut. Nama itu adalah...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pak Jung, ayah Nara?

••◽TBC◽••

Makasih yang udah setia nunggu kelanjutan ini cerita ^^
Finally bisa update lagi hehe...

Buat @riviKhanza
Makasih udah memberikan byk semangat untuk diriku~~ *:

Nah, untuk next part nya gak usah terlalu ditunggu karena takut lama?

Wedding Dress•Kyuhyun (END)Where stories live. Discover now