Muaro Cinta di Ranah Minang

2.6K 88 17
                                    

UJIAN semester tinggal menghitung hari, setelah itu ia akan kembali ke Indonesia untuk bertemu dengan batu nisan Udanya.

Hasan menghabiskan waktu bergelut dengan buku di dalam kamarnya. Sebab esok ia harus segera mengikuti ujian semester. Berdegublah hatinya, ketika ujian sudah di depan matanya. Ia sangat serius mengerjakannya, karena nilai itu harus ia persembahkan untuk Uda Nasirnya. Jika dengan tidak melihat wajahnya terakhir kali, maka ia harus membalas dendam dengan nilai terbaik untuk Uda yang ia cintai.

Ujian telah selesai, nilaipun memuaskan, suatu kebanggaan baginya. Dipersiapkanlah segala sesuatunya untuk kepulangannya menuju Tanah Minang, tempat ia dilahirkan. Sesampainya di bandara Minang Kabau, berderailah air matanya. Ketika Amak, Abak, Lidar, Surya dan Udin menjemput kepulangannya.

Menangislah ia dalam pelukan Amaknya. Saat kenyataan yang singgah jauh lebih kejam dari pada sekedar cinta yang terabaikan. Pergilah ia menuju tempat peristirahatan terakhir Udanya, sebisa mungkin ditahannya air mata yang ingin tumpah tanpa permisi.

"Uda...Lihatlah, lihatlah adikmu ini, pulang dengan nilai terbaiknya. Tak banggakah kamu da?" Ucapnya dengan air mata terus menangis.

"Alah San, Uda ang alah tanang di sisi Allah," Ucap Amak mengelus punggung Hasan.

"Iyo Mak."

Kesedihan mendalam masih menguasai hatinya, ketika bayangan Uda Nasir menari-nari dipikirannya. Direbahkan badannya yang sudah lelah, terbayang sekilas akan kondisi Yuli yang hingga kini belum tau bagaimana kabarnya, sejak empat hari kepergian suaminya, tersiar kabar dari Udin bahwa gadis itu tak pernah keluar rumah dan selalu mengurung diri.

Keesokan harinya pergilah Hasan bersama Udin untuk melihat kondisi Kaka iparnya. ternyata kondisinya sudah sangat membaik, Hasan percaya gadis seperti Yuli sangatlah tegar. Apa lagi ia seorang muslimah yang taat, mana mungkin ia berlarut-larut dalam kesedihan. Itulah mengapa Hasan sangat tergila-gila kepada gadis itu, Yuli tak hanya cantik luarnya, namun hatinya sungguh sangat mulia. Beruntunglah Udanya pernah mempersunting gadis rancak dari Tanah Minang itu.

Bergetarlah hatinya, untuk mempersunting Yuli. Meski seharusnya ia tau diri, namun ia berpikir tak ingin melakukan kesalahan kedua lagi. Setelah ikhlas diberikan kepada Udanya, mungkin ini takdir yang telah Allah pilih untuknya. Atas semua penantian panjangnya selama bertahun-tahun lamanya.

Sesampainya di rumah duduklah Amak, Uni Linda dan Abaknya berkumpul di ruang tamu. Sebelum ia mengutarakan hatinya, serta niatnya untuk mempersunting Yuli setelah masa Iddah nya. Rupanya Amaknya lebih dulu memberikan kabar, akan wanita yang pantas untuk bersanding dengannya.

"Hasan, ada yang hendak Amak dan Abak sampaikan kepadamu!"

"Apa Mak?"

Mula-mula ia ingin menyampaikan kabar bahagia itu kepada Hasan, namun dipersilahkan Abaknya lebih dulu untuk menyampaikan kabar baik itu.

"Begini San, alah tigo hari lamonyo. Keluarga Pak Rahim datang kamai mananyokan Hasan, untuak kamanakannyo. Namo anak tu Suci Ranai Nirmala, lulusan S2 di Universitas Oxford di Inggris. Kiro-kiro ba'a manuruik Hasan? Sebab setelah kami barundiang, Abak, Amak jo Uni Linda kami batigo sapakaik manarimonyo."

Mula-mula wajahnya biasa tak ada mimik keterkejutan yang ia perlihatkan. Setelah disebutnya nama Ranai serta nama kampusnya, tempat ia menempuh pendidikan. Terkejutlah ia seketika dengan informasi yang singgah ke telinganya.

"Setelah Uni cari tau informasi tentangnyo. Gadih tu karajo di Jakarta, urang tuonyo alah pensiun, kini manatap di Kampuang Apar. Gadih tu elok, pandai dan genius. Apo lagi dulu pernah satu sakolah jo wa'ang."

Muaro Cinta di Ranah Minang (Sudah terbit)Where stories live. Discover now